Jilid 6 : Membebaskan Buddha Antik Asli dari Kurungan

5.5K 68 2
                                    

MENGHINDARKAN diri, balas menyerang semua dilakukan pada saat yang bersamaan dan menggunakan kecepatan yang luar biasa sekali, bukan saja angin pukulan terasa menderu- deru bahkan amat menyilaukan mata, hal ini membuktikan bahwa tenaga dalam yang dimiliki orang ini sama sekali tidak berada dibawah Gak In Ling.

Si anak muda itu sendiri juga tak menyangka kalau tenaga dalam serta gerakan jurus yang dimiliki orang itu telah mencapai puncak kesempurnaan, karena bertindak gegabah dengan cepat ia terjerumus dalam posisi yang terdesak hebat.
Setelah berhasil merebut kedudukan diatas angin, semangat tempur Kongsun To berlipat ganda, jurus demi jurus dilancarkan tiada hentinya membuat orang lain tak mampu melancarkan serangan balasan.

Di atas kening Leng In poocu mulai dibasahi eleh keringat dingin, ia bukan menguatirkan keselamatan dari Gak In Ling, sebaliknya menguatirkan kekalahan sianak muda ini bisa mengakibatkan dirinya akan terkurung untuk selamanya ditempat itu atau bahkan menemui ajalnya ditangan Kongsun To.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah bertempur sebanyak puluhan jurus, dengan dilangsungkannya pertarungan ini maka peredaran darah dalam tubuh pemuda itu beredar semakin kencang, itu berarti kadar racun yang mengeram dalam tubuhnya ikut menyebar semakin cepat, ketika secara tiba-tiba pemuda itu merasakan perubahan didalam tubuhnya, ia merasa amat terperanjat, pikirnya.
"Kalau pertarungan ini dilangsungkan lebih jauh, mungkin aku benar- benar akan menderita kekalahan-"
Berpikir sampai disitu, ia segera membentak keras. "Tunggu sebentar " Sambil berseru dia loncat keluar dari gelanggang.
Kongsun To mengira Gak In Ling sudah menyadari bahwa dia bukan tandingannya dan minta berhenti, sebagai orang yang berakal licik dan pada dasarnya memang tiada bermaksud menghabisi nyawa Gak In Ling, dengan cepat ia tarik kembali serangannya dan loncat mundur sejauh tiga depa dari tempat semula, serunya dengan wajah mengejek. "Engkau jeri ?" Gak In Ling tertawa dingin-
"Karena aku merasa tak mampu membinasakan dirimu, maka aku suruh engkau berhenti bertempur "
Kong sun To berdiri tertegun setelah mendengar perkataan itu, ujarnya dengan bimbang.
"Perkataanmu itu kau ucapkan untuk siapa?" Jelas ia merasa tak mengerti dengan ucapan lawannya, sebab ditinjau dari situasi pertarungan yang dihadapinya, Gak In Ling terdesak dibawah angin-
"Tentu saja kuucapkan bagimu " sahut sang pemuda.
"Haahaa sekarang aku sudah paham, engkau tentu merasa takut menderita kekalahan ditanganku sehingga malu bertemu dengan orang- lain ?"
"Hmm, pikiran seperti itu masih terlalu pagi untuk diungkapkan-" sambil berkata sianak muda itu segera ayunkan telapak tangannya yang berwarna merah dan berseru sambil tertawa dingin. "coba engkau lihatlah ini"
Kongsun To menengadah ke atas, setelah mengetahui apa yang terlihat dengan ketakutan ia mundur selangkah ke belakang, airmukanya berubah hebat, lama sekali baru pulih kembali dalam ketenangan-
"Gak In Ling" katanya kemudian dengan suara menyeramkan- "Bila kita sampai berjumpa lagi dikemudian hari, mungkin akan kugunakan segenap kemampuan yang kumiliki untuk merebut kemenangan dari tanganmu "
"Hmm " Gak In Ling mendengus dingin. "Bila kita berjumpa lagi dikemudian hari, mungkin engkau tak akan punya waktu untuk menggunakan benda-benda racunmu itu." habis berkata ia segera berjalan menghampiri Leng In poocu, sementara Kongsun To sendiri tercekam dalam kebimbangan dan kebingungan-
Dua kali dentingan nyaring menggema diang kasadan dua batang rantai bajapun putus jadi dua bagian, Leng In poocu serta seorang kakek berjubah padri berambut panjang dan bermuka penuh tato segera bebas dari belenggu, diantara ketiga orang itu hanya kakek bercodet saja yang belum menyanggupi untuk menerima syarat apapun dari Gak in Ling.
Rambut yang panjang hampir menutupi wajah mereka, kecuali perbedaan pakaian yang dikenakan, hampir boleh dibilang tiada perbedaan lain yang terdapat diantara orang-orang itu.
Dengan pandangan yang tajam Leng In poocu menatap tajam wajah Gak In Liig kemudian berkata.
"Gak-heng, sekarang engkau boleh ajukan syarat yang kau kehendaki."
Gak In Ling memandang sekejap kearahnya dengan pandangan hambar, lalu menggeleng. "Aku tidak mempunyai permintaan apa-apa terhadap dirimu "
sahutnya dengan tenang. "Apakah engkau tidak merasa terlalu rugi?"
Sekali lagi Gak In Ling menggeleng setelah menyapu sekejap sekeliling ruangan itu. "Aku sama sekali tidak mempunyai jalan pikiran seperti itu." setelah berhenti sebentar, tiba-tiba tegurnya dengan suara dingin. "Buddha Antik berada dimana ?"
"Akulah Buddha Antik "jawab kakek berjubah padri dan wajah penuh codet itu sambil maju selangkah kedepan.
Mendengar jawaban itu Gak In Ling melengak, ditinjau dari sudut manapun juga ia tidak berhasil menemukan suatu persamaan apapun antara Buddha Antik yang berada dihadapannya saat ini dengan Budha Antik yang pernah dijumpainya belum lama berselang. Ia jadi sangsi dan tanyanya dengan ragu. ^
"Sebenarnya dalam dunia persilatan semua terdapat berapa orang Buddha Antik ?"
"Buddha Antik hanya aku seorang "jawab padri bermuka codet sambil menghela napas.
"Tidak. aku pernah berjumpa dengan Buddha Antik kedua," sahut Gak In Ling sambil gelengkan kepalanya, "bersediakah taysu memperlihatkan telapak tanganmu kepada aku ?"
Tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benakpadri bercodot itu, pikirnya didalam hati.
"oraag yang dia temui mungkinkah dirinya." Ingatan tersebut hanya sebentar saja berkelebat dalam benaknya, ia segera maju kedepan dan secara sukarela memperlihatkan lengan kanannya kepada sia nak muda itu.
"Mungkin siau-sicu pernah menyaksikan raut wajahku pada masa yang lampau..." tanyanya dengan suara berat.
Gak In Ling menyapu sekejap lengan kanan Buddha Antik, kemudian dengan hati kecewa menggeleng
"Terima kasih taysu." katanya.
Buddha Antik tarik kembali lengan kanannya dan berkata lagi dengan suara berat.
"Raut wajahku sudah hampir lima belas tahun lamanya dirusak orang, mungkin selama lima belas tahun belakangan ini raut wajahku yang lampau telah melakukan banyak kejahatan dan perbuatan terkutuk... aaaaiii... "
Gak In Ling tidak menggubris padri bermuka codet lagi, dengan hati. kecewa ia berjalan kehadapan Kongsun To dan berkata. "Berikan obat pemunah bagianku itu "
Dengan gerakan yang cepat dan cekatan Nabi racun Kongsun To mengambil keluar sebutir pil berwarna hitam diantara botol-botol obatnya, siapapun tak sempat dari botol manakah dia mengambil obat tersebut, dari sini dapat dinilai betapa licik dan berhati- hatinya orang ini.
Tanpa ragu-ragu ataupun berpikir panjang Gak In Ling menelan obat itu kedalam perut.
Melihat sikap sang pemuda yang begitu gegabah, Kongsun To dengan wajah tercengang segera menegur.
"Apakah engkau tak takut aku main gila dengan dirimu ?" "sekalipun aku takut juga tak ada gunanya."
"Haa haa , perkataanmu memang benar, dan engkau memang pemuda yang amat
cerdik." seru Kongsun To sambil tertawa.
Pada saat itulah tiba tiba dari sisi kanan berkumandang datang suara langkah manusia yang lirih, baru saja Gak In Ling hendak berpaling, tiba-tiba Kongsun To berteriak keras.
"Roboh kalian semua, bangsat"
Tidak terlihat bagaimanakah ia menggerakkan tubuhnya, dari balik ruangan berkumandang dua kali dengusan berat.
Menanti Gak In Ling putar badan, maka terlihatlah dalam ruangan itu sudah bertambah dengan dua sosok mayat, disisinya tampak nasi dan sayur berserakan diatas tanah, rupanya kedua orang itu adalah petugas pengantar makanan dari lembah itu. Leng In poocu tertawa dingin.
"Kongsun-heng, cepat amat gerakan tubuhmu." ejeknya.
"IHee hee... terima kasih, terima kasih, sayang aku telah menumpahkan santapan enak kalian berdua." seru Kongsun To pula sambil tertawa dingin.
Gak In Ling segan mendengarkan cekcok dan ribut diantara manusia-manusia aneh itu, setelah menyapu sekejap kearah dua sosok mayat yang terkapar dilantai tanah, satu ingatan berkelebat dalam benaknya, kepada Nabi racun itu segera serunya. "Bagaimana dengan syarat-syarat yang
lain-"
"Hm jangan terburu napsu, aku tokh belum lolos dari kurungan," sambung kakek licik itu dengan cepat.
"Hm Engkau jangan lupa, bahwa pada saat ini engkau masih berada didaratan Tionggoan." setelah berhenti sejenak. dengan nada memerintah serunya kembali.
"Sekarang engkau harus memunahkan lebih dahulu racun yang mengeram dalam tubuh kedua orang gadis itu."
"Gak-heng" seru Leng In poocu sambil tertawa. "aku lihat engkau sangat menguatirkan sekali keselamatan mereka, hubungan persahabatan semacam ini sungguh jarang kutemui dikolong
langit."
Walaupun Gak In Ling dapat menangkap maksud dari ucapan Leng In poocu namun ia tidak membantah ataupun mengakui, hanya ujarnya sambil tertawa hambar.
"Setiap umat persilatan di kolong langit wajib menguatirkan keselamatan mereka, demikian pula dengan diriku."
Dari salah seorang korbannya yang terkapar mati diatas tanah, Kongsun To melepaskan jubah panjang yang dikenakan dan segera dipakai di badan, setelah itu ujarnya.
"Baiklah, mari sekarang juga kita berlalu dari sini " tanpa menanti yang lain lagi ia berjalan lebih dahulu menuju keluar.
Leng In poocu segera menyusul dibelakangnya, sedangkan Buddha Antik berada dipaling belakang.
Setelah berjalan beberapa langkah dan tidak melihat Gak In Ling mengikuti di belakang mereka, Buddha Antik segera menghentikan langkahnya dan berpaling. "Sicu, engkau tidak ikut keluar ?" tegurnya
"Tidak- aku ingin berhenti sebentar lagi di sini." sahut sang pemuda setelah melirik sekejap kearah gua bagian dalam.
Buddha Antik gelengkan kepalanya dan menarik napas panjang.
"Lembah Toan-hun-kok adalah sarang naga gua harimau, dengan tenaga gabungan Kongsun To, Leng In poocu serta aku, akhirnya kami masih tertawan juga oleh mereka, apalagi sicu hanya seorang diri. Siau-sicu, aku harap engkau suka bertindak hati-hati dan jangan menempuh bahaya dengan percuma."
Dengan penuh rasa terima kasih Gak In Ling tertawa jawabnya.
"Terima kasih atas perhatian dari taysu, harap taysu suka menasehati kedua orang nona itu cepat-cepat tinggalkan tempat ini, ingatkan mereka bahwa kepentingan umat persilatan jauh lebih penting dari urusan ditempat ini "
"Kalau engkau tidak pergi, masa mereka bersedia pergi dari sini?"
Gak In Ling tartawa tawa "Mungkin mereka berharap. agar aku bisa cepat-cepat mati."
"Aaaah Masa begitu ?" Gak In Ling tidak mengomentari ucapan itu lagi, ia putar badan dan menambahkan-
"Setelah bertemu dengan mereka, taysu akam mengerti dengan sendirinya, sekarang pikiranku sedang kalut dan kacau tak karuan, harap taysu segera tinggalkan tempat ini"
Buddha Antik mengiakan dengan nada berat, ia dapat ikut merasakan bahwa pemuda pemurung ini seolah-olah mempunyai rahasia hati yang tak dapat diberitahukan kepada orang lain akhirnya ia hanya bisa berpesan dengan nada berat.
"Siau-sicu, sebelum melakukan sesuatu tindakan terlebih dahulu pikirlah tiga kali." kemudian tanpa banyak bicara lagi diapun keluar dari ruangan itu.
Baru saja Buddha Antik menarik napas kebebasan, tiba-tiba bayangan manusia berkelebat di hadapan matanya dan serentetan suara yang merdu telah menyusup masuk kedalam telinganya. "Dimanakah Gak In Ling ?"
Suaranya begitu cemas, gelisah dan tidak tenang, dia bukan lain adalah Thian-hong pangcu.
Melihat dara cantik yang berada di hadapannya, Buddha Antik segera membathin dalam hatinya.
"omitohud Gadis ini benar-benar mempunyai kecantikan yang luar biasa sekali " Ia segera balik bertanya. "Kalian sudah menelan obat pemunah?" thian- hong pangcu mengangguk. "Sudah, dimana Gak In Ling ?" tanyanya gelisah. "Masih berada dalam ruangan "
"Kenapa tidak keluar ? Apa yang sedang dilakukan didalam sana ?" tanya perempuan berkerudung merah dengan cepat.
Melihat sikap serta tingkah laku dua orang gadis itu, Buddha Antik kembali berpikir didalam
hati.
"Jika kutinjau dari sikap mereka yang gelisah dan tidak tenang, sedikitpun tidak nampak kalau mereka mengharapkan pemuda itu cepat mati, tapi apa sebabnya pemuda itu berkata demikian?" berpikir sampai disitu segera ujarnya.
"Tempat ini tidak dapat didiami terlalu lama dia suruh aku menyampaikan kepada kalian berdua, katanya demi masa depan dan kesejahteraan umat persilatan lebih baik kalian berdua segera tinggalkan tempat ini"
Ucapan tersebut dengan cepat menimbulkan firasat jelek dalam hati kedua orang gadis itu, dengan perasaan tidak senang thian- hong pangcu segera bertanya.
"Tapi ia tidak akan menerjang masuk kelambung lembah Toan-hun-kok seorang diri, bukan?"
"Aaaiii semoga saja ia dapat merubah rencananya semula." sahut Buddha Antik sambil menghela napas panjang.
Mendengar jawaban tersebut, kedua orang gadis tersebut berseru tertahan, tiba-tiba Thian-hong pangcu berseru sambil menahan isak tangis.
"oh, Gak In Ling, Gak In Ling kau... kau tidak seharusnya pergi menempuh bahaya, kami
belum pernah kami membenci dirimu " sambil berseru ia segera menerjang masuk kedalam
ruangan, diikuti gadis berkerudung merah itu pun menyusul dari belakangnya.
Jeritan yang melengking dan menyayatkan hati itu segera menyayatkan hati Buddha Antik. Nabi racun Kongsun To serta Leng In poocu, dengan cepat mereka memburu kembali kedalam ruangan-
Ketika ketiga orang itu masuk kembali kedalam ruang batu yang mengurung mereka selama hampir lima belas tahun lamanya itu, yang ditemui hanyalah dua orang gadis yang berdiri menjublek dalam ruangan, mata mereka terbelalak dan sukma serasa telah melayang tinggalkan raganya.
Kedua orang itu bukan lain adalah gadis berkerudung merah serta Thian-hong pangcu, dari sikap mereka jelas terlihat bahwa kedua orang itu merasa sedih sekali.
Dengan pandangan yang tajam Leng Inpoo cu menyapu sekejap sekeliling tempat itu, ketika sorot matanya membentur pada pintu batu disebelah dalam ia segera berseru.
"Gak In Ling seorang diri telah menerobos masuk lembah Toan-hun-kok dan kini sudah berada dilambung bukit, tak ada gunanya kita berdiam terlalu lama ditempat ini "
"Benar "jawab Kongsun To sambil mendengus. "Terlalu lama berada disini, kemungkinan besar kita akan terkurung selama lima belas tahun lagi di dalam gua yang gelap ini."
Selamanya dia tidak akur dengan Leng In poocu, maka dalam pembicaraannya kata-katanya selalu mengandung nada sindiran yang tajam.
Leng In poocu bukan manusia sembarangan tentu saja ia tak sudi menerima kata-kata tersebut dengan begitu saja, serunya.
"Kong-heng, apakah engkau tidak merasa bahwa nyalimupun kecil sekali Tetapi tiap orang mempunyai pandangan yaag berbeda, aku tak berani menahan dirimu terlalu lama, jika Kongsun-heng ingin berlalu dari sini, nah silahkan"
Nabi racun Kongsun To jadi naik pitam, sorot matanya berubah jadi merah berapi, katanya kembali dengan dingin.
"Leng heng, engkau jangan melulu menuduh orang lain saja yang bernyali kecil, kalau mulut sudah terlanjur busuk. macam dirimu itulah keadaannya."
Buddha Antik yang berada disamping lapangan segera menyadari bahwa percekcokan itu bila dilanjutkan maka suatu pertarungan sengit tidak bisa dihindarkan lagi, mengingat diri mereka masih berada dalam sarang naga gua harimau, bila pertarungan benar-benar telah terjadi, itu berarti sama halnya dengan menggali Ling kabur buat diri sendiri. oleh sebab itu buru-buru ia menasehati.
"Kalaupun kalian berdua mempunyai pendapat yang saling berbeda, aku percaya bahwa pendapat itu tak akan lebih memalukan daripada peristiwa terkurungnya kita ditempat ini sejak lima belas tahun berselang, entah bagaimanakah pendapat kalian atas ucapanku itu ?"
Baik Kongsun To maupun Leng In poocu sama-sama merasakan hatinya terperanjat setelah mendengar perkataan itu, mereka saling bertukar pandangan sekejap lalu menjawab. "Perkataan taysu tepat sekali "
Buddha Antik tersenyum, sambil berpaling kearah Thian-hong pangcu ujarnya dengan suara berat.
"Pangcu, menurut pendapatku lebih baik kita tinggalkan saja tempat ini "
"Dari jalan yang manakah Gak In Ling masuk kedalam lambung lembah Toan-hun-kok ?" bukannya menjawab Thian-hong pangcu malah balik bertanya, suaranya penuh kepedihan dan entah sedari kapan airmata telah membasahi pipinya.
Satu ingatan berkelebat dalam benak Budha Antik, dengan wajah serius segera ujarnya.
"Gak sicu berulang kali menyatakan kepadaku, bahwa pangcu adalah seorang pemimpin umat persilatan didaratan Tionggoan, ia menganjurkan agar pangcu sagera tinggalkan tempat ini, perhatian yang dia berikan terhadap diri pangcu tidak berada dibawah perhatian pangcu atas dirinya, jikalau pangcu bersikeras untuk memasuki lambung lembah, bukankah itu berarti bahwa engkau menyia-nykkan maksud baik Gak sicu ?"
Senyum getir terlintas diatas wajah Thian-hong pangcu, sambil gelengkan, kepala ia menjawab.
"Ia bukan menguatirkan diriku, bukan menaruh perhatian kepadaku, tapi umat persilatan yang ada dikolong langit... "
"Hm tak kusangka bocah keparat itu masih mempunyai parasaan suci seperti itu " pikir Kongsun To didalam hati. Sebaliknya Leng In poocu berpikir lain-
"Hm, rupanya bocah she Gak itu adalah seorang pendekar yang berjiwa besar.. "
cuma pikiran semacam itu hanya sebentar saja berkelebat dalam benak mereka untuk kemudian lenyap tak berbekas, sebab mereka masing-masing mempunyai cara berpikir sendiri-sendiri.
"Apakah pangcu bersikeras akan memasuki lembah ini ?" tanya Buddha Antik kembali. "sedikitpun tidak salah, dimanakah pintunya ?"
"Aku sendiripun tak tahu ia lewat pintu yang mana" jawab padri bermuka codet itu sambil menggeleng, sambil menuding kearah dua sosok mayat yang menggeletak diatas tanah, dia melanjutkan-
"Mungkin sewaktu kedua orang ini masuk kedalam ruangan tadi, pintu masuknya telah terlihat olehnya."
"Kalau ada pintu, kita pasti akan berhasil untuk menemukannya." sela perempuan berkerudung merah secara tiba-tiba. "Silahkan kalian bertiga segera tinggalkan tempat ini "
Selesai berkata ia segera maju kedepan dan rupanya sedang mencari letak pintu masuk rahasia
itu.
"Li sicu berdua, bagaimanakah pendapat kalian tentang tenaga dalam yang kumiliki ?" tanya Buddha Antik secara tiba-tiba.
Thian-hong pangcu tertegun mendengar pertanyaan itu, setelah sangsi sejenak jawabnya. "Boleh dibilang jago paling lihay dalam dunia persilatan " Bhuddha Antik mengangguk. ujarnya kembali.
"Tetapi dengan tenaga gabungan kami bertiga, akhirnya tokh kami terkurung juga selama lima belas tahun dalam gua ini. Ilmusilat yang dimiliki majikan tempat ini luar biasa sekali dan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, oleh karena itu menurut dugaanku seandainya majikan tempat ini tidak berhasrat membunuh Gak In Ling keadaan mungkin mendingan, kalau ia bermaksud membinasakan dirinya, mungkin pada saat ini Gak sicu telah mendingin."
Meskipun tujuan dari ucapan itu hanya menakut-nakuti dua orang gadis tersebut, namun dalam kenyataan begitulah adanya.
Tapi sayang, bukan saja ucapan itu tidak mendatangkan hasil apapun, sebaliknya malah makin mempertebal niat kedua orang gadis itu untuk menemukan Gak In Ling.
"sekalipun dia sudah mati, kami harus menemukan jenazahnya." ujar Thian-hong pangcu
Selesai berkata ia berjalan menuju kearah yang berlawanan dari perempuan berkerudung merah itu, dan diatas dinding batu ia berusaha menemukan pintu rahasia tersebut.
Buddha Antik yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghalangi niat kedua orang gadis tersebut masuk kedaiam lembah Toan-hun-kokpun mengalami kegagalan totai, setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya akhirnya ia cuma bisa menghela napas sambil gelengkan kepalanya berulang kali.
Leng In poocu memandang sekejap kearah dua orang gadis itu tiba-tiba ia berkata.
"Jikalau kailan mencari dengan cara begitu maka sampai hari geiappun belum tentu jalan masuk itu berhasil ditemukan, menurut pendapat ku lebih baik kailan masuk lewat mulut gua yang pernah kita lalui lima belas tahun yang lampau, sebab kemungkinan berhasiljauh lebih besar."
Dalam pada itu Thian-hong pangcu berdua memang sedang putus asa karena tidak berhasil menemukan suatu tanda yang menunjukkan disana ada pintu rahasia, mendengar ucapan tersebut mereka segera hentikan pekerjaannya dan bertanya. "Berapa jauh letaknya dari tempat
ini ?"
"Kita harus melewati bukit ini lebih dahulu, menurut perhitungan dari kekuatan langkah kita mungkin tidak sampai setengah jam kita bisa mencapai tempat itu." Buddha Antik yang ikut mendengar perkataan itujadi tertegun, pikirnya.
"Pada lima belas tahun yang lalu terang-terangan kami masuk lewat dari tempat ini, masa dibelakang gunung sanapun ada tempat masuk ?" Sebaliknya Kongsun To sambil tertawa dingin pikirnya.
"Aku orang she Kongsun tak pernah berpikir bahwa siasat mengelabui langit menyebrangi sungai ini bisa digunakan untuk menghadapi dua orang gadis cilik ini, dia memang licik"
Pada waktu itu Thian-hong pangcu berdua sedang bingung dan pikirannya kalut, mereka tak berpikir lebih jauh, setelah gagal menemukan jalan masuk maka harapannyapun digantungkan pada petunjuk dari Leng in poocu.
"Kalau begitu mari kita berangkat" serunya kemudian. Leng In poocu tertawa.
"Menolong orang bagaikan menolong api, mari kita berangkat sekarang juga " habis berkata ia berjalan lebih dahulu tinggalkan ruangan ini disusul dua orang gadis itu dan paling depan adalah Kengsun To.
Sedangkan Buddha Antik sendiri setelah berpikir sebentar tiba-tiba ia menyadari akan sesuatu, sambil mengangguk ia menghela napas panjang.
"Omitohud Mungkin perbuatan itu merupakan tindakan bajik pertama yang pernah dilakukan
Leng sicu selama hidupnya " iapun melangkah keluar dari ruangan itu dan menyusul rekan-rekan
lainnya.
OodwoO

Telapak Setan - Gu LongWhere stories live. Discover now