Bencana Jawa Series 5

58 4 0
                                    

Pagi itu diwaktu yang sama, tanggal 5 Juli 2011, pukul 06.28, di rumah kediaman
seorang boss pimpinan group perusahaan besar, Bersaudara International Tbk di
Jakarta Selatan.
Pagi itu ternyata boss besar perusahaan, bapak Richard Wicaksono, sudah
mendengar kejadian di gresik Jawa Timur tersebut. Oleh karena itu, dia segera
memanggil para staff inti kepercayaannya, untuk segera datang ke rumahnya
melakukan rapat membahas kejadian ini.
Salah satu anak perusahaan Bersaudara International yang bergerak dalam bidang
eksplorasi minyak dan gas bumi sedang dalam kasus persidangan akibat kasus
beberapa tahun lalu. Tepatnya di tahun 2006, mereka melakukan kesalahan
pengeboran di sekitar Jawa Timur. Pada waktu itu yang keluar bukannya gas alam
yang diharapkan, tetapi malah semburan cairan lumpur panas. Sampai hari ini
luapan lumpur tersebut belum dapat dihentikan. Lumpur itu telah menenggelamkan
ribuan hektar sawah, ratusan rumah dan pabrik. Puluhan ribu jiwa harus mengungsi
dari tempat tinggal mereka. Sebagian sudah mendapatkan pengantian uang dan
rumah tinggal, lebih banyak lagi yang masih terkatung-katung nasibnya tanpa
kejelasan. Mereka sekarang masih tinggal di tempat penampungan dan hidup hanya
mengharapkan belas kasihan.
Rumah pak Richard ini bergaya neo klasik dengan tiang-tiang besar simetris dan
dekoratif. Pintu masuk utamanya dinaungi oleh portico dan sepasang kolom
mengesankan kemegahan dan kemewahan. Didekat pagar masuk ada paviliun
rumah para penjaga keamanan yang siap sedia 24 jam.
Warna dinding luar rumah didominasi oleh warna putih gading dan cokelat serta
dihias dengan cladding dengan batu sandstone yang dipadukan dengan ukiran pada
batu mocca cream serta profil pada lisplank.
Memasuki halaman rumah, tampak dua buah tiang besar dan tinggi sekali seperti
menunjang kanopi di depan sepasang pintu dengan tinggi dua kali orang dewasa
dengan lebar masing-masing pintu kira-kira 160 sentimeter. Pintu-pintu ini terbuat
dari kayu hitam (ebony) dari Sulawesi dengan ukiran gaya tribal yang terkesan
mewah, berseni dan berkelas. Disebelah pintu terdapat sebuah jendela besar dengan
kaca satu arah, dimana orang di dalam bisa melihat keluar, tapi orang diluar tidak
dapat melihat ke dalam.
Begitu masuk, mata para tamu akan langsung menengok pada lukisan besar ukuran
120 cm x 80 cm yang memperlihatkan seorang perempuan sedang dalam posisi
berdiri mengenakan kemben warna hijau dan kebaya hitam bercorak putih. Sebuah
selendang sutra hijau tipis disilangkan di bahunya, cantik sekali. Kabarnya lukisan
ini merupakan karya Basuki Abdullah. Perempuan ini adalah istri pemilik rumah
diwaktu muda.
Basuki Abdullah adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia yang namanya
terkenal diseluruh dunia. Lukisannya ada yang telah menjadi harta simpanan
museum di luar negeri. Di tangan para kolektor, lukisan-lukisan beliau dihargai
dengan nilai yang mencengangkan. Biasanya 1 buah lukisan minimum dihargai
diatas Rp. 1 Milyar.
Interior rumah ditata dengan citra serba simetris dan pola pengulangan / repetitif
menghadirkan kesan formal dan teratur. Hal ini juga terlihat pada lis profil dan
panel yang menghias bagian kolom dan dinding serta cornice pada plafon. Plafon
tidak lupa dilengkapi oleh kamera pengintai dan lampu tersembunyi yang berfungsi
ganda sekaligus untuk menghilangkan kesan "berat" dari ornamen dinding, tapi
juga sebagai alat keamanan yang siaga memantau gerak gerik seluruh penghuni
rumah dan tamu.
Seluruh lantai dilapisi dengan marmer jenis crema marvil yang dikombinasikan
dengan motif serat kayu antik sebagai bingkai tepinya. Furnitur yang khas klasik
seperti kursi berlengan dan sofa berukuran besar serta finishing antique wash
menghias setiap ruang. Disana sini juga terdapat patung dan lukisan ukuran sedang,
menyatu sebagai penghias dinding dan ruang.
Melewati ruang tamu depan, di tengah rumah, di sebuah ruangan 10 x 10 meter,
telah duduk dua orang kepercayaan pak Richard dengan pakaian formal rapi, celana
bahan dan kemeja berdasi. Mereka tampak tegang sekali. Ruang tengah ini
langsung menghadap taman pekarangan depan yang dihiasi dengan pohon-pohon
yang terawat baik. Ini adalah ruangan serba guna yang biasanya juga digunakan pak
Richard untuk menerima tamu-tamu dekat yang sudah dipercaya. Sedangkan untuk
tamu biasa, diterima di ruang tamu terdepan dimana bila tamu parkir mobil di
halaman depan dan naik beberapa undakan tangga, akan bertemu dengan meja
receptionis (lebih tepatnya satpam penjaga rumah).
Mereka berdua duduk di kursi sofa import Italia ukuran besar warna coklat
kehitam-hitaman. Disebelahnya sofa ukuran tiga orang dan sofa yang ukuran satu
orang, kosong, terlihat dingin angkuh menertawakan mereka berdua. Kursi sofa ini
terletak di atas lantai marmer italia yang bercorak hitam campur merah. Suasana
megah dan barang-barang mewah ini ternyata tidak membuat dua orang ini nyaman.
Sebaliknya malah terkesan menyeramkan.
"Kopinya diminum pak", tiba-tiba mereka mendengar seorang wanita setengah
baya meletakkan 2 cangkir kopi di sebuah meja pendek di depan mereka yang
terbuat dari marmer yang juga diimport dari Italia.
"Iya!" sahut mereka serempak tanpa sempat mengucapkan terima kasih lagi. Yang
ada di otak mereka adalah bagaimana menjelaskan dan mengatur perkataan dengan
boss nanti.
"Selamat pagi pak!" serempak mereka berdua berdiri dan mengucapkan salam
setelah melihat seseorang datang dan langsung duduk di kursi sofa yang berukuran
besar.
Pak Richard keluar masih mengenakan pakaian tidurnya, celana piyama sutra motif
daun kecil transparan, dengan dibalut jubah mandi, lengkap dengan cerutu di bibir
yang tidak pernah ketinggalan.
"Selamat pagi. Bagaimana kejadiannya?" jawab pak Richard. Pendek saja
pertanyaannya.
"Begini pak, dinihari tadi sekitar pukul tiga, saya dapat laporan dari Yudi, pimpinan
proyek di Jawa Timur bahwa ada ledakan di sekitar gresik." Sahut Ridwan. Ridwan
merupakan direktur operasional yang bertanggung jawab atas seluruh anak
perusahaan dalam payung grup Bersaudara International.
"Sumber penyebab ledakan belum diketahui. Lokasinya di salah satu sumur
penduduk. Ada kemungkinan sumur ini terhubung dengan aliran urat bumi yang
bersambungan dengan sumber gas dibawahnya, yang membawa tekanan gas fluida
dan menyembur keatas. Lokasi sumur ini berdekatan sekali dengan site kita pak,
sekitar 10 km. Saya mengkuatirkan bencana ini nanti bisa menjadi bahan spekulasi
wartawan dan politikus, diarahkan menjadi kesalahan kita." Jelas Ridwan.
Pengalaman membuat mereka cekatan. Karena kasus meluapnya lumpur sejak
bertahun-tahun lalu, dan sampai sekarang belum sepenuhnya tertangani. Beberapa
kasus tuntutan belum diputuskan pengadilan, sehingga membuat para pimpinan
perusahaan ini menjadi kuatir begitu mendengar ada bencana di dekat wilayah
perusahaan mereka. Para pimpinan ini bergerak cepat untuk mengantisipasi segala
kemungkinan.
"Sebagaimana diketahui, lumpur bertekanan tinggi ini selalu mencari jalan ke
segala penjuru untuk mengisi ruang yang mempunyai tekanan lebih rendah. Lapisan
sedimen dalam telah mengalami liquidasi akibat getaran, dan keluarnya lumpur dari
dalam bumi menciptakan rongga-rongga yang berisi fluida bertekanan tinggi.
Secara bertahap lapisan di atas rongga runtuh diiringi perpindahan fluida ke lapisan
atas. Proses ini terus berlanjut hingga kemudian giliran lapisan permukaan bumi
yang ambruk secara tiba-tiba dan fluida di bawahnya berpindah ke permukaan"
jelas Ridwan.
"Iya, saya sudah tahu teori itu. Tapi jangan dihubung-hubungkan kejadian ini
karena akibat dari bor kita! Masih banyak kemungkinan lain kan? Makanya saya
panggil kalian untuk segera antisipasi. Cari penjelasan yang masuk akal yang dapat
diterima ilmuwan dan umum, agar kita tidak disalahkan." Sahut pak Richard
dengan nada sedikit tinggi dan tidak sabar.
Dari pengalamannya ditahun-tahun bencana, selalu saja ada pihak yang akan
memanfaatkan situasi seperti ini untuk mendapatkan keuntungan atau dengan kata
lain pemerasan secara halus. Baik yang mengunakan data ilmiah ataupun yang
mengunakan aturan hukum, memakai tekanan media/ press, maupun gaya preman
dengan mengerahkan penduduk/massa. Sebagai pengusaha handal, dan telah
kenyang trik-trik bisnis, dia sudah paham benar dengan situasi begini. Bahkan dia
juga sering mengunakan trik yang sama untuk keuntungan perusahaan atau
pribadinya.
Begitu ditegur pak Richard, Ridwan dengan sigap bak prajurit langsung menjawab.
"Itu yang sedang saya siapkan pak." mungkin karena kebiasaannya bergaul dengan
kalangan pemerintahan dan jendral-jendral pimpinan TNI dan Polri.
"Sudah ada wartawan yang menghubungi kalian?" Tanya pak Richard kepada
Ridwan, sambil matanya juga melirik orang yang satu lagi.
"Sampai saat ini belum pak." Jawab Ridwan dengan sigap.
"Hati-hati, jangan mengeluarkan pernyataan yang sembrono. Bila ada wartawan
yang bertanya, jawab saja, tidak tahu, dan bilang kalian sedang menunggu hasil
investigasi dari pihak berwajib".
"Arahkan juga semua pertanyaan, agar dikonfirmasikan dengan kapolsek atau
kapolres setempat. Mengerti?"
"Mengerti pak." Kali ini Ridwan dan rekannya menjawab dengan kompak sambil
menganggukan kepala mereka.
"Sebagaimana sudah diketahui publik, sekarang ini boleh dibilang kita sudah
berhasil mengatasi keluarnya Lumpur. Sekarang ini di sekitar lokasi perusahaan
kita, juga banyak terdapat perusahaan lain yang sedang melakukan eksplorasi dan
eksploitasi disana. Ledakan gas juga bukan di lokasi dalam wilayah perusahaan
kita, tapi di sumur warga." Pak Ridwan melanjutkan.
"Nanti siang kita akan melakukan video conference dengan kantor Surabaya dan
sesudahnya dilanjutkan dengan kantor Semarang. Kita akan tahu perkembangan
terakhirnya pak."
Ridwan sebenarnya bukan orang sembarangan. Dia sudah ikut di grup Damai ini,
lebih dari 15 tahun. Awal karirnya adalah menjadi staf pemasaran di satu anak
perusahaan grup damai yang bergerak dalam pengadaan kebutuhan tentara, seperti
seragam, makanan kaleng dan lain-lain. Sehingga dia sudah malang melintang
lama dan mengenal hampir semua pejabat pimpinan dalam mabes ABRI maupun
mabes Polri. Belum lagi kegiatan sosialnya yang beraneka ragam dimana biasanya
selalu mengikut sertakan pimpinan partai politik. Hal ini yang menyebabkan dia
menjadi tangan kanan pak Richard. Bila diperlukan, negosiasi atau urusan
sosialisasi dan membangun jaringan dapat dilakukan Ridwan, atas nama pak
Richard atau bendera grup Bersaudara International.
"Baik, siapkan juga konferensi press sesudah kita mendapat laporan dari Surabaya
dan Semarang. Hari ini juga! Bagaimana menurut kamu?" Pak Richard
memberikan perintah, tapi juga kemudian berpikir kembali dan ragu dengan
keputusannya. Dia ingin ada masukan pendapat lain dari tangan kanannya ini.
"Menurut pendapat saya, lebih baik konferensi press dilakukan pagi-pagi pak.
Walaupun kita belum dapat data yang lengkap, tapi untuk mencegah spekulasi
wartawan, kita bisa keluarkan pernyataan resmi bahwa ledakan bukan berasal dari
perusahaan kita dan tidak berakibat pada perusahaan kita. Sehingga pasar saham
juga tidak perlu panik. Tapi selebihnya mengenai ledakan kita tidak perlu
menjawab,... seperti saran Bapak, pertanyaan tersebut dialihkan kepada kapolsek
atau kapolres saja" Ridwan memberikan usulnya.
"Hmm....oke, saya setuju. Konferensi press dilakukan jam 9.00 hari ini."
"Tikno, coba kamu siapkan press release untuk mengkounter berita-berita negatif
yang nanti mungkin muncul. Atur dengan konco-konco wartawan kamu. Jaga
harga saham kita agar tidak melorot", perintah pak Richard kepada Sutikno yang
duduk di sebelah kanan Ridwan.
"Baik pak!" sahut Sutikno. Dia adalah direktur keuangan grup yang mengurusi
segala hal yang berhubungan dengan uang. Dia sudah bekerja dengan pak Ridwan
sejak 23 tahun yang lalu, sejak mereka masih merintis usaha sama-sama. Sutikno
adalah lulusan Master keuangan dari Australia. Dialah arsitek keuangan grup
perusahaan sejak dari sebuah perusahaan keluarga dan sekarang telah menjadi suatu
perusahaan nasional yang disegani.

Bencana JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang