part 23

41.1K 1.8K 25
                                    

Rifaldy pov

Aku mengancingkan lengan kemejaku dan memasang jam tangan pada pergelangan tanganku. Berjalan ke meja makan untuk melihat sarapan yang sudah dibuatkan oleh cellya untukku.

Baru saja hendak melangkah ke dapur. Tapi aku menghentikan langkah kakiku saat melihat dia masih berdiri diambang pintu.

"Loh kok kamu masih dirumah yank. Katanya mau keluar".

Mataku yang masih terfokus dengan kegiatan mengancing lengan kemejaku pun teralih karena merasa tidak ada jawaban atau sedikit suara yang keluar dari bibir istri cantikku.

Kurasa dia sedang melamun.
Aku mendekatinya, saat dia menoleh kearahku. Apakah ada tamu? Lalu kenapa tidak disuruh masuk?

"Ada apa sih cell?".

"Eh..itu..anu..ada." aku semakin dibuatnya bingung. Kenapa suaranya seperti terlihat begitu gugup.

"Stooooppppp". Dia berteriak sebelum aku sampai didepannya beberapa langkah lagi. "Aku keluar sekarang. Daaaahhh sayang."

Cup...

Dia mencium bibirku secara express dan melangkah cepat menutup pintu.
Aku sendiri hanya mengedikkan bahu saja dan berjalan kembali menuju meja makan.

Rifal pov end

****

"Kenapa kamu tidak membiarkan kita masuk dan melihat suamimu?". Ujar Jeremi.

"Papah pikir aku tidak tahu apa yang akan papah lakukan saat bertemu dengannya?" Jawab cellya ketus.

"Sudah-sudah sebaiknya kita bicarakan dirumah herdianto saja. Ini kan masih di dalam taxi, tidak enak didengar sama pak sopir". Sang mamah memilih untuk menengahi suaminya dan juga anak semata wayangnya.

Cellya dan Jeremi pun menuruti perkataan wanita itu.

Sesampainya di kediaman keluarga Herdianto dan juga Ratna. Mereka semua berkumpul diruang keluarga untuk membicarakan Cellya tentunya.

"Bisa tinggalkan kami bertiga?". Ucap Jeremi mengarahkan matanya kepada Ratna dan Herdianto.

"Baiklah. Kami akan meninggalkan kalian bertiga". Jawab Herdianto dengan membawa sang istri meninggalkan ruangan itu.

Beberapa menit nampak hanya suara angin yg berasal dari luar rumah mengisi ruangan itu. Tak ada satupun yang memilih berbicara terlebih dahulu. Jeremi masih terlihat santai menatap putrinya dari ujung rambut sampai ke perut buncitnya.

Cellya sendiri hanya menundukkan kepalanya sembali memegangi perut miliknya. Dia tahu semenjak tadi, ayahnya memperhatikannya begitu serius.

Jeremi berdiri dan mendekat kearah Cellya dengan berjalan perlahan.
Dia menghembuskan nafasnya sebentar. Dan mengangkat wajah putrinya.

Plak...plak..

Pria paruh baya itu menampar pipi kanan dan pipi kiri cellya bergantian dengan sangat keras. Membuat warna pipinya berubah menjadi merah dengan bekas tamparan tangan yang menghias dipipinya.

"Paaahh". Teriak Sonia. Wanita itu bangkit dan mendekati putrinya.

Sakit dan perih... namun cellya masih bertahan dan sebisa mungkin tidak mengeluarkan air matanya.
Dia hanya menunggu reaksi selanjutnya akan seperti apa? Jika pun papahnya akan memukulinya berkali-kali, dia akan pasrah dan menerimanya dengan ikhlas.

"Anak bodoh.. anak tidak tahu diuntung. Selama ini aku begitu menyayangimu dengan ikhlas. Tapi apa yang aku dapat, kamu malah mengecewakan kami berdua." Jeremi terlihat begitu berapi-api memandang sengit kewajah cellya yang kini dicengkaramnya dengan kuat. Cellya masih diam dan tetap bertahan untuk tidak menangis.

UNEXPECTED LOVE (Complete)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora