Eight : Janji.

85 9 0
                                    

*

Norman membuka lembar proposal yang ada di hadapannya.
Dibacanya dengan saksama.

'Tok Tok Tok'

Suara ketukan membuatnya menatap ke pintu ruang kerjanya.

"Masuk"

Pintu terbuka dan Karina masuk sambil membawa nampan berisi kopi untuk Norman.
Gadis itu menunduk dan meletakkan kopi dengan hati-hati di atas meja kerja Norman.

Norman menatap Karina yang terus menunduk.
Rambut gadis itu dikuncir kuda. Seragam office girl berwarna biru yang dia kenakan agak kebesaran di tubuhnya.
Karina merasa canggung karena terus diperhatikan.

"Kalau tidak ada lagi yang bapak butuhkan, saya permisi.." Karina menunduk dan berbalik.

"Tunggu, masih ada yang mau saya bicarakan." Norman berdiri dari duduknya dan menghampiri Karina yang membelakanginya.

"Kenapa akhir-akhir ini kamu ngejauh dari saya?" tanya Norman saat sudah berada tepat di belakang Karina. Gadis itu berbalik dan mendongak menatap mata Norman.

"Saya gak ngejauhin bapak. Tapi, saya gak enak aja denger gosip macem-macem pak!" Norman tertawa kecil.

"Aku udah bilang ke kamu, jangan panggil Bapak. Soalnya aku masih muda. Umur aku baru 28 tahun. Kalau lagi berdua gini, panggil nama aja. Padahal kita sudah nge-date, tapi kamu masih canggung."

Karina menunduk "Saya ngerasa gak pantes manggil nama Bapak, apalagi denger gosip kemarin, saya makin gak enak."

Norman menaikkan sebelah alisnya. "Dari tadi kamu ngomongin gosip, emang kamu denger gosip apa?" katanya sambil memajukan tubuhnya.

Karina mundur saat Norman memajukan tubuhnya hingga dia terpojok di pintu.

"Go..gosip..yang bilang ka..kalo ssa..ssaaya..." ada jeda sejenak sebelum dia lanjut berbicara "sa..saya ngerayu Bapak dan..dan saya ngincar harta Bapak." suaranya makin mengecil dan kepalanya semakin menunduk.

Norman membulatkan matanya. Dia tak tahan menahan tawa yang akhirnya meledak.
"Hahahahaha gosip dari mana tuh? Hahaha aduh. Hahaha" Laki-laki itu terus tertawa sambil memegang perutnya.

Karina menatap heran bosnya itu.
"Tapi mereka bener-bener bilang itu kok pak!"

Norman langsung berhenti tertawa dan menatap intens Karina.
"Siapa aja yang ngomong gitu?" tanyanya dengan raut wajah serius.

Karina membulatkan matanya melihat perubahan ekspresi Norman yang sangat cepat.
'Ni orang gak gila kan?' pikirnya.

"Aku bilang, siapa yang ngomong begitu?" tanya Norman lagi dengan raut wajah mengintimidasi. Karina menelan ludahnya. 'Mampus gue'

Norman menarik tangan kanan Kasmi keluar dari ruangannya, hampir saja nampan yang sedari tadi dipeluk Karina terjatuh.

"Dengar semuanya!!" serunya pada semua karyawan yang berada di dekat ruang kerjanya.

Ia menarik Karina ke depannya sambil memeluk pinggang Karina dari belakang.

"Karina Khairunnisa, mulai hari ini adalah tunangan saya.. Jadi, siapa saja yang bergosip macam-macam atau menjelek-jelekannya akan langsung berhadapan dengan saya! MENGERTI?!" Karina membulatkan matanya menatap sekeliling.
'Sumpah cowok ini udah gila!' jeritnya dalam hati. Ditatapnya ekspresi orang-orang yang ada di ruangan itu, ada yang tidak percaya, ada yang tersenyum dan ada yang menatap sinis ke arahnya. Dia tau betul arti tatapan sinis itu. 'Lo bakal sengsara!'

'Ya Allah,cobaan apa lagi yang engkau berikan?'

***

"Cie cie yang udah tunangan sama pak Norman.. Haha" ledek Vina, teman sesama office girl nya.

Unbelievable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang