TwentyOne : Panik

87 8 5
                                    

*

Mama sedang menyapu di ruang tamu sambil bersenandung kecil.

'TOK TOK TOK TOK TOK'

suara ketukan di pintu yang bertubi - tubi dan keras membuatnya menatap heran ke pintu itu.

Beliau meletakkan sapu di dinding dan menghampiri pintu lalu membukanya.

"MAMA!!" teriak kedua anaknya bersamaan. Mereka memeluk  tubuh Mama.

"Ya ampun, kalian kenapa?" tanya Mama menatap heran kedua anaknya.

"Hiks..hiks..hiks.." perlahan Aci mulai menangis dan kembali memeluk Mama.

Sapna terdiam, gadis itu menunduk.

Mama bergantian melihat Aci yang memeluknya dan Sapna yang berada di hadapannya tapi menunduk lemas.
"Sebenernya kenapa ini? Kalian kenapa?"

"Hiks..hiks" Aci melepas pelukannya dan menatap Mama walau masih sesegukan.

"Dae-daengMina..hiks.. Di-di- hiks"

"Kamu kenapa sih? Daengmu kenapa? Kalau ngomong yang jelas nak!"

"DaengMina diculik!" kata Sapna. Gadis itu menatap kedua mata Mama yang membulat karena kaget.

"Kamu bercanda! Gak mungkin daengmu diculik! Dia gadis kuat!"
Katanya masih tak percaya. Beliau menatap kedua mata Sapna, mencari kebohongan di sana, tapi sayang. Gadis itu bersungguh - sungguh dengan kata - katanya.

"Tadi Sapna sama Aci ngikutin daengMina. Selama ini ada orang yang jadi pengagum rahasia daengMina, terus tadi daengMina ketemuan sama orang itu. Ternyata orang itu kak Rahman mah! Kak Rahman!!"

"Rahman?" Mama melihat Sapna mengangguk.

"Dan kak Rahman nyulik daengMina mah!! Hiks.." jerit Aci, air mata gadis itu kembali keluar.

"Rahman mantan pacarnya daengmu? Ngapain dia dateng lagi?" tanya Mama. Jelas sekali dari raut wajahnya kalau beliau membenci laki - laki yang memiliki nama itu.

Kedua anak gadisnya menggeleng lemah.

'Nyut'

Kepala Mama terasa sakit. Beliau memegang kepala bagian kanannya. "Sshh"

"Mah?!" Aci dan Sapna langsung menahan tubuh Mama yang hampir jatuh.

Mama pingsan.

"MAMA!! BANGUN!!" jerit Aci. "Sap, telpon kak Karin cepetan!!"

Sapna mengangguk dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Mengetik sesuatu dan mendekatkan ponsel itu ke telinga kanannya.

"Mah, bangun mah.." Aci masih berusaha menyadarkan Mama sambil menepuk pipi Mama.

"Halo."

"Halo kak! Tolong cepet kesini! Mama pingsan!!" kata Sapna dengan nada panik. Gadis itu cemas.

"Hah? Kok bisa?"

"Aduh.. Gak usah banyak tanya dulu deh kak! Mendingan kakak cepetan kesini!! Gue sama Aci gak tau mau ngapain!!"

"Oh, oke. Tunggu gue di situ. Gue dateng sama Norman."

"Cepetan kak!!"

Sapna memutuskan sambungan telepon dan kembali menatap Mama yang masih memejamkan mata di pangkuan adiknya.

"Mah, bangun.." ujarnya sambil mengelus tangan Mama.

Tangis Aci semakin menjadi. Dia takut sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada Mamanya.

Unbelievable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang