[12] - Gengsi

171 6 0
                                    

Ervan. : Lo ikut Persami?

Elena Novalina : Giliran tadi aja gue ajak ngobrol lo malah sok cuek, sekarang gue mau nanya, kenapa sih lo tuh beda banget sikapnya kalo pas sekolah sama di luar sekolah?

Ervan. : Gapapa

Elena Novalina : jawab pertanyaan gue!

Ervan. : Oke oke, klo lo mau tau kenapa di sekolah gue selalu cuek, karena gue pengen dapet perhatian dari lo.

Elena Novalina : jawaban macam apa itu!

Ervan. : Ih beneran, gw gk pernah boong deh, apalagi sama lo.

Elena berbaring diatas kasurnya dengan jengkel karena melihat jawaban Ervan.

Ia sengaja tidak membalasnya.

Ervan. : Len, lo ikut persami gak? Pertanyaan gue tadi belum dijawab.

Elena Novalina : Ikut.

Ervan. : Yaudah brti gw jg ikut.

Elena Novalina : Dihh, ngapain lo jadi ikut-ikutan gue.

Ervan. : Siapa juga yang ngikutin lo! GR

Elena hanya memutarkan bola matanya melihat jawaban dari cowo itu.

-----

Tak terasa sudah seminggu berlalu, dan sekarang hari Jumat, besok mereka harus berangkat Persami di daerah Hambalang.
Selama seminggu itu, Ervan dan Elena semakin dekat, tapi sama saja Elena kesal dengan sikapnya Ervan yang kadang menyebalkan.

Calvin? Ia mencoba mengobrol dengan Elena, namun Elena selalu mengabaikannya dan mulai untuk menghapus perasaannya yang tumbuh kepada pemuda itu.

2 hari sebelum itu, Elena sudah merapihkan baju yang akan di bawa. Ia yakin pasti disana juga tidak ada waktu untuk mandi, jadi ya, dia tidak membawa peralatan mandi, hanya bedak agar badannya tidak gatal-gatal. Jorok? Ya itulah Elena.

Dan barusan sudah di beritahu barang tambahan yang harus dibawa, pengumuman itu di tempel di Mading yang berada di sebelah kantor guru.
Tapi ternyata masih ada lagi barang tambahan yang belum ia bawa.
Dan Elena baru saja selesai mencatatnya.

"Semoga aja besok tempatnya bagus." Elena mendapati Dira yang ada di belakangnya baru selesai mencatat barang yang dibawa untuk besok.

"Maksudnya bagus gimana Dir?" Elena menolehkan kepala ke sebelahnya, yaitu ke arah Dira lalu menutup buku yang barusan ia pakai untuk menulis segala hal yang ada di mading.

"Ya gitu, ada TV, kasur ah apalagi kalo ada AC nya." Ujar Dira terlalu men-dramatisir.

"Gue mah sabar deh punya temen kayak lo." Elena memutar tubuhnya meninggalkan Dira yang daritadi cengengesan, tapi tubuhnya berhenti saat Rena datang sambil menatapnya sinis.

"Ren, plis gue mau kita baikan, ya?" ujar Elena sambil menahan lengan Rena.

Bukannya menjawab Rena malah melepaskan genggaman tangan Lena dan langsung menulis perlengkapan persami.

"Ren, lo gak boleh kayak gitu dong sama Lena, dia udah baik loh jauhin Calvin karena elo," ucap Dira lalu segera meninggalkan Rena yang baru saja datang.

"Well, kalo lo suka, ambil aja Len, gue udah males bahas dia lagi," ujar Rena tanpa menatap kedua sahabatnya.

"Gue gak mau jadi gini Ren, gue mau lo sama Calvin baikan dan bisa kayak dulu lagi, gue mau buat dia jadi Calvin yang pertama lo kenal." Elena memasang ekspresi memohon, ia tidak ingin seperti ini terus, ia rela mengorbankan cinta pertamanya demi sahabat barunya ini.

Our TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang