Chapter 1 - Bagian 2

17.7K 1K 79
                                    

Kyle keluar dari mobilnya, berjalan menyusuri hutan lebat yang dimasukinya dengan cepat. Beberapa menit setelahnya, Kyle sampai pada tempat yang ditujunya. Ia memberhentikan langkahnya, tepat di depan pepohonan yang berjejer sangat rapat, terlalu rapat hingga orang awam mungkin tidak akan bisa melihat atau mengintip apapun isi di balik pepohonan itu.

Kyle menutup matanya sejenak, dan kembali membukanya. Ia menatap barisan pepohonan yang menghilang dengan perlahan, berganti dengan jalan setapak besar yang membentang sejauh matanya memandang, bersamaan dengan barisan pohon rimbun di kanan kirinya. Muncul secara bertahap.

Kyle menatap tajam jalan setapak itu sesaat, merasa cukup jijik karena harus kembali menginjakkan kaki di tempat memuakkan ini. Ia mengepalkan tangannya dengan erat, lalu melangkah dengan enggan. Berjanji dalam hati, bahwa ia akan segera menyelesaikan keperluannya, agar bisa cepet pergi dari tempat yang amat sangat dibencinya ini.

Sedangkan di sisi lain tempat itu, berbanding terbalik dengan Kyle yang merasa amat muak. Riddick justru tengah mengulas senyum simpul. Ia merasa sangat senang ketika merasakan kehadiran seseorang yang sejak dulu ia tunggu, kembali muncul di Negerinya.

*****

Shinta menyusuri koridor fakultas nya dengan perlahan, tatapannya fokus ke depan. Pandangan orang-orang di sekitarnya, tidak di hiraukan. Ia sudah cukup terbiasa menjadi pusat perhatian. Menilik bagaimana asal-usul nya sebagai putri dari seorang Mikyle Gerald, sang pengusaha ternama yang bisnis nya merajai benua Eropa, Amerika, dan merambat ke benua Asia.

Sebenarnya, Shinta tidaklah suka menjadi populer di kalangannya. Berbeda dengan Rama yang sering menebar pesona, Shinta lebih suka duduk diam tanpa menggubris orang-orang yang mencari perhatian padanya. Ia dan Rama layaknya dua sisi mata koin, yang bertolak belakang.

Namun, Shinta merasa jika sifat pendiamnya ini sama sekali tidak membuat banyak orang menjauhi nya. Anehnya, mereka malah semakin merapatkan diri pada Shinta, semakin gencar mendekati dirinya. Terkadang itu membuat Shinta terheran-heran.

Shinta tersentak ketika merasakan tepukan di bahunya, ia menoleh denga terkejut ke arah Jill yang sedang mengulum senyum di belakangnya.

"Oh, Jill, kau mengejutkan ku!"

Jill terkekeh senang, ia menyamakan langkahnya dengan sang sahabat, lalu berjalan beriringan.

"Itu salahmu karena melamun." Sahutnya, ia mengalihkan tatapannya pada Shinta. "Kau tahu, kau terlihat banyak pikiran."

"Begitulah," Shinta mendesah. "Aku merasa begitu lelah akhir-akhir ini."

Jill mengangkat alisnya sejenak, ia merangkulkan sebelah tangannya ke pundak Shinta. Gadis itu kembali membuka mulutnya seraya berkata, ia memanggil Shinta dengan nama yang sudah sering disebutkan oleh teman-teman sebayanya untuk Shinta; Verine.

"Itulah kenapa, aku selalu menyuruhmu untuk mencari seorang pria, kau membutuhkannya, Verine..." Jill menekuk sudut bibirnya membentuk seringaian, "Lihat, umurmu bahkan sudah dua puluh tahun. Tapi berciumanpun kau belum pernah..."

Shinta mendelik kesal, ia menyikut lengan Jill dengan jengkel.

"Kau ini, opinimu sama sekali tidak membantu!" cetus Shinta. Ia melepaskan rangkulan Jill, lalu berjalan cepat mendahului.

Shinta mendengus ketika mendengar kekehan Jill di belakangnya.

"Verine, ayolah.. Aku hanya bercanda." Gumam Jill, gadis itu mengejar langkah Shinta.

Shinta hanya bungkam, ia menatap lurus ke depan. Jill memanyunkan bibirnya ketika merasa tidak di gubris. Ia mengamit tangan kanan Shinta lalu menggandengnya.

The Prince Vampire : Empress Of The Pure BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang