2 - Perfect (Lee Minhyuk)

2.5K 216 53
                                    

It's not about finding someone perfect for me, It's just about two imperfect people completed each other.

***

"Oppa, aku lelah."

Ucapanku membuat mata bulat lelaki yang kupanggil Oppa itu menatapku dalam. Terpancar seribu tanda tanya yang siap dia lontarkan padaku.

"Lelah?" Namun hanya itu kata yang terucap dari bibirnya.

Kami tenggelam sejenak dalam bisu. Sampai akhirnya dia kembali memecahkan kebisuan itu.

"Kau lelah dengan aktivitasmu? Itu sebabnya aku tidak bisa menghubungimu selama beberapa hari ini?"

"Bukan.. Bukan itu maksudku," kugelengkan kepalaku. "Aku.. Tidak sanggup lagi bersamamu." Kepalaku menunduk berat.

"Apa?" Kini tangannya menggenggam tanganku. "Kenapa, Inha-ya?" Nadanya terdengar sedikit panik.

Kucoba menahan gejolak di dalam hatiku.

Aku sedang berada diantara dua mata pisau yang berlainan. Di satu sisi aku sama sekali tidak ingin melepaskannya, namun di sisi lain segenap pikiran rasional mengharuskanku untuk berpisah dengannya. Ya, rasanya bukan hal yang rasional jika Song Inha, seorang mahasiswa tingkat satu yang biasa-biasa saja, tidak terlalu tinggi, tidak begitu rupawan, tidak memiliki prestasi yang membanggakan, tiba-tiba menjalin hubungan dengan seorang Lee Minhyuk, sang senior tampan dan perfeksionis.

Aku lelah menjalin hubungan dengannya, meski baru satu bulan saja. Awalnya kami menyembunyikan hubungan kami dari publik. Namun itu sia-sia saja gara-gara kepopuleran oppa. Bak selebriti, ada saja sesaeng yang menguntiti Oppa hingga foto kencanku dengannya di sebuah kafe tersebar di blog kampus.

Entah sudah berapa kali aku mendapatkan surat teror di lokerku, mengancamku untuk meninggalkan oppa. Minah, teman sekelasku yang juga menyukai oppa, tiba-tiba bersikap begitu sinis padaku.

Untuk mengakhiri semuanya, satu-satunya cara yang harus kulakukan adalah, memutuskan hubunganku dengan oppa.

"Apakah karena.. Teror itu ?"

Bah. Tanpa kuberitahu, ternyata Oppa  sudah mengetahuinya.

"Tatap aku, Song Inha."

Ah, tidak. Aku hanya akan kembali lemah dan hanyut dalam tatapannya.

"Song Inha."

Akhirnya ku pertemukan juga mataku dengan mata teduhnya. Ah, tubuhku lumpuh seketika. Lenyap sudah keinginanku untuk melepasnya. Yang kuinginkan adalah berlama-lama berdiam dalam mata damainya.

"Meninggalkan masalah tanpa penyelesaian itu bukan solusi, chagi." Bibirnya menyungging senyum.

"Aku tidak punya cara lain, Oppa."

"Aku punya."

Tangan kekarnya membelai lembut rambutku. Kemudian menyentuh pipiku.

"Festival Tahunan Kampus."

Aku masih tidak mengerti.

***

Oppa sudah gila.

"Mana mungkin aku bisa melakukannya Oppa? Mungkin nanti beberapa orang akan melempariku dengan telur mentah ketika aku baru menginjakkan kaki ke panggung."

"Kita punya waktu satu minggu, Inha-ya. Aku sudah menyiapkan schedule yang pas untukmu." Oppa tidak menghiraukan keluhanku.

Dia memperlihatkan tab-nya. Dari layar kotak tipis itu terlihat sebuah daftar kegiatan. Hari, tanggal, jam, latihan vokal, fitting baju..

"Apa ini ? Memangnya kita grup idol yang mau melakukan konser ?"

Oppa ini keterlaluan. Bahkan jadwal makanku saja sudah diatur untuk seminggu kedepan. Oppa benar-benar terobsesi untuk mengumumkan hubungan kamu di hadapan publik dengan cara ini, kami tampil duet di acara Festival Tahunan Kampus. Memaksa suara cemprengku bak kaleng kosong tergeleng truk bernyanyi dengannya, seorang perfeksionis Lee Minhyuk. Lee Minhyuk yang bisa melakukan apapun. Bernyanyi, bermain musik, menari, bahkan rap.

"Perencanaan akan membuat semuanya lebih mudah, Inha-ya. Kita harus melakukan yang terbaik."

As expected, the perfectionist Lee Minhyuk. Aku hanya bisa mendesah pasrah.

***

" RING RING RING RING.. yeojeonhi bappeun ni pon oneuldo buri na -" *)

"Sedikit lagi chagi. Kau hanya perlu menaikkan nadanya sedikit lagi. Oneuldo buri na.." Oppa menirukan line Kang Minkyung Davichi itu dengan sempurna. Lebih bagus daripada yang kulakukan.

Kubuang napasku dengan berat. Sudah sepuluh kali aku mengulang satu line yang sama, padahal ini kan baru line pertama.

Oppa malah tertawa melihat wajah kesalku, memperlihatkan gigi tupainya yang menggemaskan. "Sabar chagi. Kau harus lelah dulu sedikit untuk mendapatkan yang terbaik." Tangannya menjawil kedua pipiku.

Tak ada lagi yang bisa kulakukan selain tersenyum melihat tingkahnya. Lelaki ini selalu optimis. Aku pun harus begitu.

"Kita mulai lagi ya ?" Oppa kembali memetik gitarnya, kemudian menyanyikan  line K. Will dengan merdu.

***

Akhirnya, hari itu tiba.

Kupandangi bayangan diriku di cermin dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sebuah dress putih berlengan pendek kini menutupi tubuhku hingga selutut. Rambutku sudah ditata dengan cantik. Jangan tanya oleh siapa. Siapa lagi kalau bukan Minhyuk oppa.

Apakah aku sudah pantas menjadi kekasih oppa ? Bagaimana jika nada yang kunyanyikan nanti crack ? Tak mungkin aku mempermalukan oppa didepan warga kampus..

"Inha-ya ?" Suara berat familiar memanggilku. Oppa sudah berdiri didepan pintu ruang rias. Menggunakan kemeja putih dengan dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka. Sangat tampan, tentu saja.

"Kau sudah siap?" Oppa menghampiriku.

Aku masih tak bisa menyembunyikan rasa gugupku. Kugelengkan kepalaku pelan.

"Song Inha, tatap mataku."

Kutatap mata bulatnya. Ah! Matanya saja sudah membuat setengah keraguanku hilang. Kurasakan tangannya menggenggam tanganku, erat.

"Kita sudah berusaha mempersiapkan yang terbaik. Buang semua keraguan dalam hatimu, dan kita lakukan yang terbaik bersama-sama." Tangan kanannya membelai rambutku dengan lembut. "Dan.. Kau cantik sekali malam ini."

Dalam sekejap tubuhku terasa ringan seperti bulu-bulu. Biarpun aku tahu dia jago menggombal, tapi gadis manapun pasti akan berbunga-bunga ketika pangeran setampan Lee Minhyuk memuji kecantikannya.

Wajah oppa mendekatiku. Dengan lembut, sebuah kecupan mendarat di keningku.

"Mari kita lakukan yang terbaik, chagi."

Ku anggukkan kepalaku. Tanpa sedikitpun keraguan.

***

CRUSH ON YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang