5 - Capture (Shin Peniel)

1.4K 146 36
                                    

"Huft, bosan sekali didalam studio."

Gadis berkepang satu itu bangkit dari kursinya. Rasanya penat sekali berjam-jam di studionya. Berkutat dengan beberapa kanvas dan cat yang sudah meluber dari tempatnya kesana-sini. Kaos putih yang ia kenakan pun sudah terkena cat dimana-mana, pun dengan ripped blue jeansnya.

Han Jieun, sang gadis pelukis itu memutuskan untuk pergi keluar dari studionya sejenak, melepas penat. Tak lupa dengan kebiasaannya, membawa sebuah buku gambar berukuran A3 dan sebuah pensil. Siapa tahu menemukan objek bagus di luar sana.

"Hana-ya, aku pergi keluar dulu ya."

"Eoddiga?"

"Cari udara segar."

"Baiklah. Sana pergi." Jawab rekannya itu, tanpa mengalihkan pandangannya dari kanvas dihadapannya. Sedang menikmati momen kebersamaannya dengan selembar kain putih yang sudah dianggap seperti kekasih saja. Jieun hanya tersenyum dengan tingkah acuh rekannya. Toh dia juga kadang begitu, bahkan lebih acuh.

"Hmm. Harus pergi kemana ya?" Jieun terpaku di depan pintu studionya. Berpikir.

***

Seorang lelaki bertopi hitam terduduk di sebuah kursi di sebuah taman yang sore itu sedang ramai oleh para pengunjung. Beberapa anak kecil sedang berkejaran kesana kemari. Beberapa anak lain sedang duduk santai di sudut lain sambil menikmati beberapa potong kimbap. Tampak pula sepasang kekasih yang sedang bercengkrama di dekat danau yang luas.

Dengan sebuah kamera Polaroid di tangannya, lelaki itu mencoba mengabadikan setiap momen yang ada di sekelilingnya.

Ceklek!

Angin lembut membelai kepalanya yang tak berambut tapi tertutup topi hitamnya itu. Bibirnya menyungging senyum. Dia tak mau melewatkan kesempatan itu.

Ceklek !

Dan helaian rumput yang bergoyang itu dia abadikan oleh polaroidnya. Lembar demi lembar hasil jepretannya ia masukkan dalam sebuah tas kecil.

Mata jelinya kembali mencari-cari objek yang ingin ia capture. Dan tiba-tiba matanya tertarik pada kursi taman di sebelahnya. Seorang gadis berkepang satu sedang duduk disana. Kepangnya ia ulurkan di sebelah kanan kepalanya. Matanya sedang tertuju pada sebuah buku gambar di hadapannya. Berbalut kaos putih dan ripped blue jeans yang telah ternodai cat lukis.

Cantik sekali.

Ceklek!

Cukup lama lelaki itu melihat hasil jepretan terakhirnya. Dan tanpa sadar, senyum lebar menghiasi wajah tampannya. Sangat lebar, dan tiada henti.

***

Ya, tetaplah disana. Tetaplah disana. Jangan dulu berpindah tempat.

Jieun sedang duduk di kursi taman. Sedang memata-matai 'mangsa'nya diam-diam. Ya, mangsa dari pensil nakal nya itu. Tangan nakalnya, tepatnya. Selalu tak tahan dengan objek yang bagus. Objek apakah itu? Seorang lelaki ?

Ya.

Lelaki yang sedang duduk di kursi taman itu. Dia sedang melihat hasil foto dari kamera polaroidnya. Seorang fotografer. Mengenakan sweater, celana jeans, dan topi berwarna hitam. Sepertinya dia tak berambut. Tapi menurutnya, itu menjadi salah satu daya tarik objek. Parasnya, ya Tuhan. Mata besarnya itu. Dan lagi, dia sedang tersenyum.

Seperti senyum bocah kecil yang baru kuberi eskrim coklat. Senyuman yang indah.

Jieun terus menggores-gores pensilnya dalam buku gambar, membuat sketsa yang menakjubkan. Sangat mirip dengan objek aslinya. Jieun terlalu hanyut dalam gambarnya hingga saat ia menoleh ke arah objek, objeknya sudah tidak ada.

Kemana dia ?

Jieun membuang napasnya, lesu. Di kertas gambarnya masih tergambar sketsa kasar. Dengan lesu dia kembali menggores pensilnya. Tanpa objek, tapi memanfaatkan imajinasinya.

"Seharusnya kau izin dulu, nona. Jika kau mau menggunakanku sebagai objek lukisanmu."

Tangan Jieun terhenti dari aktivitasnya karena suara berat di belakangnya. Jieun menoleh. Oh tidak..

Objek lukisannya sedang berdiri di belakangnya. Jieun segera berdiri. "Ah, maafkan saya. Maafkan saya. Aku tidak.. Bermaksud.."

Lelaki itu tertawa. "Gwaenchana.. Aku hanya bercanda. Mm, bolehkah aku duduk disini ?"

"Ah, ya.. Tentu saja. Duduklah."

Kini Jieun dan lelaki yang menjadi objek sketsanya itu duduk berdampingan. Keduanya terpisah sejarak setengah meter.

"Han Jieun."

"Peniel."

Keduanya hanya tertawa berbarengan seperti mereka mengenalkan diri mereka berbarengan pula.

"Siapa namamu tadi?" Tangannya mendarat ke telapak tangan Jieun.

"Jieun. Han Jieun. Dan kau.." Tangannya menggenggam balik tangan lelaki itu.

"Peniel. Not Pencil."

Jieun tersenyum dengan gurauan kecil lelaki itu. Mengingat salah satu tangannya sedang memegang sebuah pensil.

"Kau, seorang fotografer?"

"Bukan. Aku hanya menyalurkan hobiku saja. Mau lihat?"

Peniel menyerahkan lembaran foto yang sudah tercetak dari foto Polaroidnya.

"Tapi hasil karyamu tidak menunjukkan seorang amatir. Bagus sekali."

"Hehe, tidak juga. Tapi terimakasih." Lelaki itu tersenyum. "Karyamu juga tak kalah bagusnya."

"Ah.." Pipi gadis itu merona, malu. "Sekali lagi, maaf aku telah menjadikanmu sebagai objek lukisanmu, tanpa izin darimu. Maaf." Kini gadis itu menganggukkan kepalanya.

"Ah, sudahlah jangan terlalu dipikirkan."

Matanya bertemu dengan mata besar dihadapannya. Lagi, Jieun terpana dengan objek lukisnya. Ternyata, dari dekat, objeknya terlihat lebih tampan..

"Ah, ya.. Sepertinya aku harus pergi," Peniel beranjak dari tempat duduknya. "Senang bisa berkenalan denganmu, Han Jieun."

Jieun turut berdiri dan menganggukkan kepalanya. "Aku juga. Senang berkenalan denganmu, Peniel-ssi."

Peniel tersenyum. "Panggil saja Peniel."

"Ah, baiklah, Peniel."

Peniel mengangguk lalu berlalu dari hadapannya.

"Tunggu sebentar, Peniel."

Peniel menghentikan langkahnya, berbalik badan.

"Untukmu."

Tangan Jieun mengulurkan sebuah kertas gambar yang telah disobek dari bukunya. Sketsa Peniel.

"Untukku?"

"Ya. Untukmu. Bayaran dariku sebagai objek lukisanku."

"Ah, baiklah. Terimakasih." Peniel menerima sketsa gambarnya itu dengan senyuman lebarnya. Lebar sekali. Tangannya merongoh sesuatu dari tas kameranya.

"Ini. Tanda terimakasihku."

Peniel memberikan selembar kertas foto pada Jieun. Jieun menerimanya dengan hati berdebar. Peniel berlalu meninggalkan Jieun yang masih terpaku di tempatnya. Tertulis kalimat di belakang foto.

Hey, pretty girl. Fighting ! I hope you will be a shining artist in the future :)

Sepertinya jantung Jieun mau meledak saja.

He just captured me on his Polaroid camera.
And I'm already capture him on my heart.

-end-

CRUSH ON YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang