Ernanda POV
Aku berlari ke kamarku setelah mendengarkan perkataan ayah. Awalnya aku berusaha untuk tetap kuat. Aku tidak ingin Irvin tahu jika ayah tidak menyukaiku. Tetapi ketika ayah berkata seperti itu di depan Irvin membuatku memilih untuk melarikan diri.
Aku sedih, hatiku sakit karena ayah masih saja membenciku. Tapi aku juga merasa malu dan marah karena ayah menunjukkan rasa bencinya di hadapan orang lain. Tidak cukupkah ayah membenciku hanya di hadapan keluarga saja? Lagipula siapa anak yang ingin di tinggal mati oleh ibunya, bahkan sebelum ia mengingat apa pun?
Ya Tuhan... apakah pintu hati ayahku takkan pernah terbuka untukku? Aku sungguh mencintainya, Tuhan. Terlepas seperti apapun sikapnya terhadapku.
Entah sudah berapa lama aku menangis hingga aku merasa lelah sendiri dan memilih untuk tidur. Selamat malam, ayah. Semoga besok kau sudah mulai menyayangiku.
****
"Pagi, ayah, nenek, kakek." Sapaku kepada seluruh penghuni rumah.
Pagi ini aku kembali mengenakan topeng baik-baik saja-ku. Biar bagaimana pun aku tidak ingin membuat nenek dan kakek semakin merasa bersalah karena sikap ayah. Terlebih lagi aku harus tetap kuat untuk meluluhkan hati ayah.
"Pagi sayang," jawab nenek dan memberikan roti selai kacang padaku.
"Kau akan berangkat kerja?" Tanya kakekku.
"Umm... aku sudah terlalu lama bolos. Aku yakin bosku akan mengamuk." Jawabku disela-sela mengunyah roti.
"Baguslah kalau kau sudah sadar dengan tanggung jawabmu. Jangan bisanya hanya jadi beban orang lain saja." Sahut ayah dengan nada tajam sedingin es.
"Pasti, Ayah." Jawabku singkat. Ayah hanya mendengus sebagai jawaban perkataanku.
"Baiklah aku pergi dulu. Aku tak mau terjebak macet. Bye, Ayah, nenek, kakek." Pamitku. Aku mencium pipi kiri dan kanan kakek dan nenek bergantian. Ketika aku akan mencium pipi ayah, ayah memalingkan wajahnya menolak ciumanku.
"Baiklah. Semoga harimu menyenangkan, Ayah." Aku langsung pergi berusaha untuk menyelamatkan hatiku yang semakin terluka akan sikap penolakan ayah.
***
Sesampainya di kantor aku langsung meminta kepada sekretarisku untuk memberikan semua pekerjaan yang aku tinggalkan selama aku tidak masuk.
Kurang dari lima menit setelah perintahku kepada Reni. Entah memang Reni membenciku atau memang ingin balas dendam karena aku satu minggu tidak masuk bekerja. Ia membawakan setumpuk berkas yang harus aku kerjakan. Melihat tumpukan map itu membuatku hampir muntah.
Ohh... sepertinya aku akan lembur hari ini. Batinku mengeluh. Sepertinya pagi ini aku sudah terlalu banyak mengeluh. Semoga saja hari ini tidak akan menjadi lebih buruk lagi.
Tok...tok...tok...
"Masuk," jawabku tanpa mengalihkan fokusku dari berkas laporan dari team Design Grafis di bawah pimpinanku.
"Bu, pak Irvin meminta anda ke ruangannya sekarang." Ucap Reni.
Aku menghela nafasku lelah. Oh, apalagi ini? Aku belum siap untuk bertemu dengannya. Aku terlalu malu.
"Aku akan segera kesana. Tapi Reni, jangan panggil aku dengan sebutan ibu. Panggil saja Nanda, karena aku merasa risih mendengarnya. Oke," aku memberikan senyumku dengan mata puppy eyes untuk menggodanya.
"Oh, baiklah bu... ehh maksud saya Nanda." Ucapnya kaku. Aku hanya bisa tertawa mendengarnya.
"Oh, Reni... kau sungguh menggemaskan," aku mencubit pipi Reni lalu pergi menuju lantai CEO.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ernanda (NEW VERSION)
RomanceDi cap sebagai anak pembawa sial serta pembunuh oleh ayah yang paling di cintainya, membuat seorang Ernanda Luna Heriyanto bekerja keras untuk berusaha meluluhkan hati sang ayah. Belum cair es yang membekukan hati ayahnya, Ernanda di hadapkan pada k...