Part 9

1.6K 116 6
                                    

Irvin Pov

"Apa yang telah Anda lakukan kepada Puteri Saya?" tanya Ayah Nanda begitu Beliau membukakan pintu.

Aku meneguk ludahku susah payah. Dulu saat mengantarkan Clara pulang walau dalam keadaan seperti apapun,  Orang tua Clara tidak pernah menatap dengan aura yang sangat mendominasi dan penuh tekanan seperti ini.

Ketika beberapa minggu lalu Aku datang kemari untuk menegur Nanda, bahkan Ayah Nanda terlihat seperti begitu tidak menyukai anaknya. Tapi kini yang terlihat adalah seorang Ayah yang sangat protektif terhadap Puterinya.

"Kenapa malah melamun? Jawab Saya! Apa yang telah Anda lakukan terhadap Puteri Saya. Kenapa Dia pulang dengan keadaan yang seperti itu?"

"Eh ... anu, Pak. Tadi kami tidak sengaja bertemu dan melihat Nanda yang pulang sendirian, Saya berniat mengantarkannya pulang. Tetapi Nanda malah ketiduran di tengah jalan dan susah di bangunkan. Jadi terpaksa Saya gendong." Kilahku berbohong. Biar saja urusan Nanda dan Kevin menjadi urusan mereka.

Ayah Nanda tampak tidak percaya. Matanya menyipit mencoba mencari kebohongan. Hei, memangnya Aku ini apa sampai sampai seperti tersangka seperti ini?

"Sekarang pulanglah. Sudah larut malam. Lagipula,  Anda sudah tidak ada urusan lagi disini." Ucapnya dengan usiran langsung. Bayangkan! Seorang Irvin Alexander di usir!

Ckck, sepertinya dunia mau kiamat.

"Baiklah. Kalau begitu Saya permisi dulu. Mari, Pak." Ucapku lalu kembali ke mobilku setwlah mendapat anggukan dari ayah Nanda.

Aku mengendarai mobil menuju apartemen dengan perasaan tak menentu. Aneh rasanya saat hati ini sudah terbiasa untuk memupuk benci lalu tiba-tiba menjadi peduli. Terlebih ketika melihat pertengkaran gadis itu dengan Kevin. Hatiku rasanya panas saat melihat tangan Kevin menyentuh tangannya dan memaksa Nanda untuk tetap bersamanya tanpa melihat ketakutan yang terpancar di wajah gadis itu.

Aku sendiri tidak mengerti kenapa perasaan ini bisa berubah. Seolah aku adalah remaja labil yang baru mengenal rasa.

Aku memarkirkan mobilku di basement lalu menaiki lift menuju lantai 20. Tubuhku rasanya sangat lelah. Padahal hari ini aku hanya menghadiri satu kali meeting dan sisanya hanya mengurus berkas-berkas di ruanganku.

"Surprise..."

Teriakan dari dalam apartementku membuatku diam mematung di depan pintu.

Apa-apaan ini?

"Hei... kenapa malah melamun?" Tanya wanita yang ada di depanku.

"Cla... Clara..." ucapku terbata. Antara percaya tak percaya pada apa yang ku lihat saat ini.

"Apa-apaan kau ini! Ini aku Clarisa, Irvin!" Ucap wanita itu kesal. Bibirnya mencebik dengan tangan yang terlipat di dada.

"Clarisa?" Wanita itu mengangguk dengan senyum sumringah yang terbit di bibirnya. "Kenapa kau ada di sini?" Tuntutku tak suka.

Well yeah! Ini apartemenku, tempat pribadiku. Hanya orang-orang tertentu saja yang aku perbolehkan untuk menginjakkan kaki di dalamnya. Termasuk Clarisa.  Kembaran mantan calon istrinya. Clara.

Irvin menatap Clarisa tajam. Menunjukkan secara terang-terangan ketidak sukaannya akan kehadiran wanita itu di apartemenya. Bahkan Clara pun baru menginjakkan kakinya di tempat ini setelah mereka resmi bertunangan. Irvin sendiri tidak tahu bagaimana caranya Clarisa bisa masuk ke dalam apartemennya.  Padahal hanya tiga orang yang mengetahui nomor kombinasi apartemennya. Dirinya sendiri, ibunya, serta Clara.

"Kok kamu kaya gitu sih ngomongnya? Emangnya kamu gak kangen sama aku?" Tanyanya dengan nada menggoda.

Aku tersenyum sinis. Dia pikir dia siapa? Jangan hanya karena wajahnya yang serupa dengan Clara, lantas bisa membuatku beralih padanya. Tidak akan pernah!

My Ernanda (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang