Bab. 17

9.1K 884 205
                                    

Yue

Aku bersenandung riang, menikmati acara berbelanja dengan kakak impianku. Ternyata istri Lexus adalah sosok kakak yang baik hati, selain penuh perhatian dan bisa membungkam sikap tiran Lexus, dia juga berbaik hati membelikanku pakaian setelah tau Vance brengsek itu menyeret ku kemari tanpa membawa apapun.

Meski sebenarnya Vance sudah memberiku uang sebelum berangkat, tapi kalau sudah ada yang membayarkan... Buat apa bayar sendiri, lebih baik aku menabung.

"Masih ada yang mau kamu beli, Yue?" Tanya Samantha, menunjuk ke sebuah departemen store yang kami lewati.

"Kakak yang bayarkan kan? Aku mau donat warna-warni di sana saja." Aku jawab dengan tatapan berbinar-binar, bersikap seperti adik polos yang imut.

Kakakku yang cantik itu tersenyum dan mengandeng ku ke arah toko donat di seberang departemen store itu. "Tentu saja, kebetulan Vance dan Vella juga sangat suka donat, ayo beli beberapa kotak." Membelikan berkotak-kotak donat empuk itu.

Walaupun aku tak tau kenapa dia mengira Vella akan datang hari ini, sementara sebenarnya kembaran Vance yang liar itu baru saja menghubungiku tadi sebelum berangkat dan mengatakan kalau dia berniat double honeymoons dulu selama seminggu baru menyusul kemari. Tentu saja tujuan adalah menitipkan anaknya padaku, agar Rin tak dibajak oleh Lexus.

Aku sih setuju saja saat melihat notifikasi akun bank ku baru saja terisi, tapi sedetik kemudian saat Rin diseret Si Kakek raksasa buat latihan di kebun binatang depan rumah, aku pura-pura tak lihat. Intinya kan bukan Lexus yang seret, meski Lexus dan Vivian juga berjalan di belakang Si Kakek saat Rin diseret pergi.

Setelah membeli donat, kami pulang ke rumah jahanam itu. Tentunya aku tak sudi melihat ke luar jendela, sengaja memakai penutup mata dan pura-pura tertidur sementara kakakku menyetir. Tapi begitu sampai di depan pintu, aku langsung berlarian ke dalam rumah, membiarkan pelayan yang membawakan belanjaanku. Anggap saja aku sudah jadi nyonya rumah, belajar jadi istri Vance yang sombong.

"Vance, sedang apa?" Sekalian menyapa Vance saat menemukannya sedang duduk baca buku di halaman samping rumah yang mirip taman dan aman dari singa yang mereka sebut kucing itu. Langsung naik ke atas pangkuannya, numpang ikutan baca saat melihat judul buku yang kusukai.

"Kau sudah tau, buat apa tanya! Dan sebaiknya kau menyingkir dariku, duduk di tempat lain sana!" Seperti biasanya, jawaban judes yang tak membuatku terganggu sama sekali. Sebab meskipun mengusir dengan kata-kata, tapi tindakannya berlawanan.

"Aku kan mau ikut baca, jangan pelit begitu."

"Cih. Baca buku lain sana, cari di perpustakaan. Mana kau paham baca dari pertengahan seperti ini."

"Tak masalah, aku suka bab ini... 'Cara mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat', tak perlu baca bagian awalnya yang tak penting."

"Terserah, dasar matre."

Lihat saja tingkahnya, diam saja membiarkanku bersandar di dadanya, malah dia ikutan menyandarkan dagunya di atas kepalaku. Membaca bersama dengan kompak, sementara Vance memegangi buku itu, aku yang membolak-balikan halaman.

Sementara aku banyak tanya istilah yang tak kupahami, Vance dengan sabar menjelaskannya. Kurang sayang apa lagi padaku? Selain kurang berkata jujur, tapi itu toh tak penting. Karena tanpa sadar, aku sudah terlanjur nyaman dengannya, satu paket dengan ke-denial-an yang mustahil sembuh itu.

Hingga sebuah suara yang kurindukan terdengar dari arah belakang. "Di sini kau rupanya Yue, aku mencarimu dari tadi dan anak sialan ini tak mau mengatakan kau dimana." Datang sambil membawa sekotak donat yang tadi dibelikan kakakku, mengusap kepalaku setelah menyingkirkan dagu Vance yang bertengger di sana.

OBSESSION [END]Where stories live. Discover now