35. Bukan Pilihan

3.2K 185 9
                                    

Tak secerah kemarin, hari ini kota kecil pinggiran Jakarta tak menampakan cahaya sang surya. Matahari yang biasa tak pernah lelah bersinar hari ini seakan tak ingin terlihat. Dibalik mendung hitam dia menyembunyikan diri. Tidak ada ujan, tapi awan hitam yang menjadi payung kota kali ini terlihat aneh.
Entahlah.
Apa mungkin cuaca yang memburuk atau ada salah satu malaikat disana  yang sedang bersedih.



Tak jauh beda dengan keadaan gadis mungil bernama Prilly. Sejak kejadian di rofftop kemarin dia masih menyembunyikan diri di sebuah kamar bernuansa ocean. Bukan kamarnya, tapi kamar Mila. Karna tak ingin terlihat kacau di depan mama nya, Prilly lebih memilih menginap di apartemen Mila dengan usulan Ali. Bahkan dia tak jadi menemani mama nya pulang dari rumah sakit. Lewat sambungan telphon, Prilly hanya mengabari mamanya bahwa dia ada tugas kampus yang tak bisa ditinggal. Dan menuntut nya untuk menginap di apartemen Mila agar dapat menyelesaikan sesuai deadline. Meski merasa aneh, tapi mama Prilly tetap percaya dan akhirnya memberi ijin itu.





Luka di lengan nya cukup panjang, membuat pergerakan nya pun lumayan terganggu. Bahkan dokter tak mengizinkan Prilly banyak bergerak agar jahitan nya tak robek. Dan Prilly menurut. Dia ingin segera pulih dan kembali pulang untuk menemani mama nya. Tentu saja tanpa luka ini. Atau setidaknya perban nya sudah dilepas agar tak terlihat mencolok. Maka dari itu, dia memilih disini untuk memulihkan luka nya.
Sudah tiga hari dua malam dia mengungsi di tempat Mila. Dan hari ini, Prilly memutuskan untuk pulang.




Keputusan sepihak karna Prilly sendiri yang memutuskan tanpa persetujuan pemilik apartemen bahkan kekasih nya sendiri, Ali.
Melupakan rencana awal mereka, bahwa Prilly harus memulihkan luka nya selama 5 hari di apartemen Mila. Namun 3 hari berdiam diri disini membuat Prilly merasa cukup. Dia harus segera pulang.





Dengan gerakan lembut, Prilly memulai membuka perban nya. Sedikit nyeri karna memang belum sepenuhnya sembuh. Tapi luka nya sudah lumayan kering, jadi dia putuskan untuk tak lagi memakai perban. Hanya perlu memakai pakaian berlengan panjang untuk menutupinya.








Sambil mematut bayangan nya dalam cermin, Prilly tersenyum tipis. Kemudian berjalan mendekati nakas dan menulis sesuatu dalam kertas note bersama bolpoin di atasnya.
Setelah dirasa cukup, dia pun bergegas keluar dari kamar dan meninggalkan apartemen sekaligus klinik perwatan nya selama tiga hari ini.

**********






Prilly Pov

Dengan perasaan yang tak menentu, aku berdiri menatap pintu yang sudah tiga hari ini ku lupakan. Bukan, bukan melupakan. Lebih tepatnya pintu yang ku hindari.




Ya, aku memang sudah sampai di rumah. Tapi masih di luar pintu. Entah kenapa ada perasaan ragu untuk masuk. Mengingat sebelumnya aku sangat bersemangat untuk kembali pulang. Namun sekarang, hmm entahlah. Aku tak bisa menjelaskan perasaan ku saat ini. Semua terlalu abu2.





"Kau sudah pulang nak" sebuah teguran tak asing membuat ku tersentak. Dan reflek menoleh ke samping.



Aku tersenyum ragu padanya, tiga hari tidak bertemu entah kenapa membuat ku canggung. Mungkin karna aku sudah berbohong padanya.




"Ayo masuk, kau sepertinya sangat lelah" ucap nya lagi sambil membuka pintu yang sedari tadi hanya ku pandangi saja.






"Kau terlihat kurang sehat nak, apa selama belajar disana kau melupakan jam istirahat mu ?"




"Ya begitulah ma, tapi tak apa jangan cemaskan aku. Apa mama sudah baikan ? Dan darimana mama barusan ?"




Dapat ku tangkap perubahan ekspresi nya, yang awal nya begitu tenang berubah sedikit menegang. Aku tak tau, apa ada yang salah dengan pertanyaan ku.







Sketsa of Love (Hold) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang