Satu

877 29 0
                                    

Pagi yang sibuk di Boarding School (Sekolah Asrama) SMA Fontana. Seluruh siswa sedang mengikuti kegiatan apel pagi di lapangan outdoor sekolah yang luas. Sampai saat ini, murid di SMA Fontana sudah terdaftar 850 siswa. SMA yang memiliki fasilitas lengkap ini adalah sekolah swasta yang sukses. Mendidik anak-anak murid menjadi siswa yang mandiri, dan bertanggung jawab pada apapun.

Sebuah mobil mewah melesat dan terparkir rapi di parkiran SMA Fontana.

"Yah, kan. Kepagian datengnya. Lagi pada apel, kan malu, pa..." ujar seorang gadis dari dalam mobil. Ia melihat keluar jendela dan memerhatikan siswa-siswi yang berbaris rapi tengah mendengarkan sambutan dari pihak sekolah.

"Kan biar bisa ikut belajar hari ini juga, sayang. Kamu yang mau cepet-cepet, kan?" ujar sang ayah. Gadis itu mengangguk saja.

"Udah, kita ke dalem ya. Pendaftaran kamu udah selesai kemarin. Sekarang tinggal enaknya." sang papa membuka pintu, dan gadis itu ikut membuka pintu mobil, lalu keluar. Saking rapinya berbaris, tidak ada seorang siswa dan siswi yang menoleh ke lain arah saat apel. Gadis itu berdecak kagum. Mulai saat ini, ia akan sekolah dan tinggal di asrama, ini adalah kemauannya sejak lama. Belajar mandiri di asrama.

Ayah gadis itu membuka bagasi dan mengambil koper yang cukup besar. Sedangkan gadis yang bernama Aelke Mariska memakai tas gendong dan mengekor di belakang ayahnya menuju ruang Tata Usaha yang terlihat dari kejauhan.

"Selamat pagi, pak! Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita muda yang sepertinya adalah guru di SMA Fontana. Papa Aelke tersenyum.

"Ini anak saya Aelke Mariska, kemarin sudah diterima untuk sekolah di asrama ini." jelas Tn. Darmawan, papa Aelke. Aelke hanya tersenyum menatap guru wanita yang manis itu.

"Tunggu sampai apelnya selesai, ya. Sepertinya hanya 3 menit lagi. Silahkan duduk!" ujar sang guru, Aelke dan papanya mengangguk dan duduk di sofa yang tersedia disana. Ruang Tata Usaha terlihat sepi, hanya ada pekerja yang sibuk dengan laptopnya, dan guru wanita ini, entah siapa namanya.

Tak lama, seorang siswa dengan seragam lengkap memasuki ruang Tata Usaha dan menghampiri mereka.

"Rafael. Ini Aelke Mariska. Siswi baru. Kamu atur semuanya. Dan antarkan dia ke kelasnya." ujar sang guru. Siswa yang dipanggil Rafael itu mengangguk dan menyapa Aelke serta ayahnya.

Tn. Darmawan berdiri dan memeluk Aelke erat. "Papa bakal tengokin kamu 3 hari sekali, ya. Nanti ajak mama kesini." ujar Tn. Darmawan yang langsung membuat Aelke melepaskan pelukannya.

"Ih, papa. Aku kesini buat belajar mandiri. Kalo ditengok 3 hari sekali mah sama aja boong..." ujar Aelke menggerutu. Tn. Darmawan hanya terkekeh mendengar ucapan anaknya. Aelke memang sosok yang tidak suka dimanja-manja. Rafael yang berdiri disana hanya menatap Aelke dan papanya.

"Nak, bantu anak saya beradaptasi, ya." ujar papa Aelke, dan Rafael menganggukkan kepalanya sopan.

***

Rafael menghentikan langkahnya saat sudah berada di kelas XI IPA 1. "Aelke, kelas kamu disini." ucap Rafael. Aelke mengangguk dan mengikuti Rafael yang memasuki kelasnya.

"Selamat pagi, semuanya!" seru Rafael lantang. Dengan satu suara yang serempak, semua murid yang berada di kelas langsung menyahut "Selamat pagi, kak!"

"Perhatian! Kenalkan, ini siswi baru pindahan dari SMA Negeri. Namanya Aelke Mariska. Kalian diijinkan berkenalan dan berinteraksi dengannya setelah jam pertama selesai." ujar Rafael, semua murid kelas XI IPA 1 sepertinya hanya mengangguk saja. Aelke menatap sekelilingnya. Suasana kelas yang tenang, atau garing?

Edelweis dan AkasiaWhere stories live. Discover now