Delapan

227 18 0
                                    


Sejak seminggu yang lalu Aelke berubah sikap pada Rafael kekasihnya. Dan dengan nekatnya, Aelke sudah menjalani hubungan rahasia dengan Rangga sejak 3 hari terakhir..

Aelke tengah berada di ruangan musik, ia yang akan menyanyi, dan Morgan disana memainkan piano klasik, hanya latihan. Karena Aelke memang mengikuti kegiatan musik setiap minggunya selain siaran di Radio.

"Nyanyi itu dari hati, biar nyampenya juga ke hati." sindir Morgan yang sejak tadi merasakan Aelke tidak fokus menyanyi padahal, teman-teman lainnya terlihat antusias berlatih alat-alat musik yang lain.

"Iya..." ujar Aelke malas, dan mulai membuka mulutnya untuk kembali bernyanyi. Kali ini, Aelke akan menyanyikan lagu 'Bila Rasaku ini Rasamu' dari Kerispatih.

Dengan lihai, Morgan mengiringi Aelke bernyanyi dengan nada yang seimbang. Kali ini Aelke fokus bernyanyi, tapi ia berhenti di tengah lirik karena ada Rafael yang menontonnya di kursi penonton dan tersenyum padanya.

"Gue pergi dulu ya..." Aelke buru-buru turun dari panggung dan berlalu, Rafael menghembuskan nafas berat dan berlari mengejar Aelke. Belakangan ini, Rafael selalu kejar-kejaran dengan Aelke, dan Aelke selalu menghindarinya. Morgan menghentikan aktifitas jemarinya di atas piano. Ada yang aneh dengan Rafael dan Aelke, tapi apapun itu, Morgan tak mau ikut campur. Ia kembali menekan tuts-tuts piano dan mengalunkan nada Canon In-D dengan merdunya.

***

Rafael dengan langkah panjang terus berlari melewati koridor sekolahan yang ramai. Setiap sabtu, memang khusus untuk pengembangan diri dan wajar jika banyak murid berkeliaran di berbagai tempat.

"Aelke! Aelke....!" teriak Rafael berusaha mendekati Aelke yang terus menghindar.

"Kita harus bicara!" tukas Rafael mensabotase langkah Aelke. Aelke hendak menerobos, tapi Rafael menutup jalan dari celah manapun untuk Aelke pergi, Rafael sudah tak tahan dengan Aelke yang aneh, ada apa sebenarnya.

"Gak perlu ngomong apa-apa, aku mau pergi, misi..." ujar Aelke menghalau tangan Rafael yang menghalanginya.

"Kamu kenapa? Kalo aku buat kamu bete, bilang sama aku. Aku salahnya dimana, jangan begini sayang..." ujar Rafael tidak memberikan jalan untuk Aelke, Aelke masih berusaha menghindar, dan dengan gemas, Rafael menarik tangan Aelke secara paksa dan membawanya ke taman dekat pohon Akasia kesayangan Morgan, disana sepi.

Aelke meronta dan melepaskan tangan Rafael begitu saja. Rafael dan Aelke kini berhadapan, Aelke menunduk, Rafael menatap kekasihnya seksama.

"Karena aku sibuk, kamu marah, iya?" tanya Rafael lembut, Aelke menggeleng.

"Waktu aku gak banyak buat kamu?" Aelke menggeleng lagi.

"Kamu bosen sama aku, sayang?" ketiga kalinya, Aelke menggeleng lagi.

"Bilang, aku salah apa?" Rafael hampir putus asa, Aelke tidak biasanya seperti ini.

"Sayang, ngomong. Apapun itu, kamu bilang sama aku..." Rafael mengguncangkan tubuh Aelke pelan. Aelke terenyuh, Rafael begitu lembut padanya selama ini, dan Aelke amat menyukai laki-laki yang memperlakukan wanita se-spesial ini. Andai tidak ada nama Putri, Aelke tak mau semua jadi begini.

"Apa aku nyakitin kamu tanpa aku sadari?" tanya Rafael sambil mengangkat dagu Aelke dan menatap bola matanya dalam, Aelke menghindari kontak mata Rafael, tapi Rafael seolah mengunci pandangan Aelke dan entah bagaimana, Aelke mengangguk lemah. Rafael sontak memeluk Aelke dan mendekapnya hangat.

Edelweis dan AkasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang