BAGIAN 6: SETAN 2

644 50 4
                                    

Lima menit sudah Nabila duduk dibangku itu. Dengan keheningan dan atmosfer yang berbeda dari biasanya. Tas sekolahnya belum ia lepaskan. Menggantung rapih dikedua bahunya. Posisinya kali ini membuat gadis dengan kuncir kuda itu tidak dapat berpikir dengan baik.

Yang bisa ia lakukan kali ini hanya diam. Merasakan sebuah gejolak dihati yang kembali terbungkam. Membuat jantung yang tidak bisa dikendalikan. Memecah rasa yang beberapa bulan ini sulit disatukan.

Rasa yang dalam beberapa bulan ini ia pendam dalam-dalam, kini muncul kepermukaan. Mengambil alih pikiran dan membuatnya tidak karuan. Jauh di lubuk hatinya. Gadis berparas manis itu ingin memeluk pria yang kini ada disampingnya. Pria yang sedang menatap fokus buku yang ia baca. Tanpa menoleh sedikitpun padanya.

Namun, keinginan itu ia tepis jauh-jauh menginat ini di dalam kelas dan mengingat laki-laki itu hanya khayalannya saja. Nabila mengusap wajahnya kasar dan menghembuskan napas berat sembari berucap bahwa ia hanya berimajinasi.

Nabila mengeluarkan handphonenya dan sebuah earphone berbentuk doraemon. Ia memutar musik dan membuka grup chat bersama sahabatnya.

NabilaGDewantara: Tolongin gue.

@TaniaSavira: Lo kenapa?

NabilaGDewantara: Nafis muncul disamping gue sekarang. Dan dia nggak mau pergi. Gue coba normalin otak gue tapi dia tetep aja disini. Gue harus gimana. Gue pengen nangis tau nggak. Pengen peluk. Gue rindu.

@TaniaSavira: serusan? Demi apa lo? Gini deh gini. Lo coba keluar kelas cuci muka. Ambil wudhu kek. Apa kek gitu.

NabilaGDewantara: Gue gak bohong. Oke deh gue ikutin saran lo. Thanks ya, Tania.

Tanpa menunggu balasan lagi  dari Tania langsung saja  memasukkan handphonenya kedalam tas. Berlalu begitu saja meninggalkan kelas untuk mengikuti saran dari Tania.

Tidak butuh waktu lama untuk Nabila kembali ke kelasnya. Dengan wajah yang kembali segar ia membuka pintu kelasnya. Tentunya dengan harapan bahwa laki-laki itu sudah menghilang. Namun, naas. Dugaannya salah. Ketika netra itu mengarah pada tempat ia duduk laki-laki itu masih ada disana. Namun dengan posisi yang berbeda. Bukan bersandar dengan buku bacaan tebalnya. Kini pria itu duduk dengan serius mengerjakan tugas yang tadinya di sampaikan oleh Bu Dwi.

Harapannya musnah. Saat ini yang harus ia lakukan hanyalah menguatkan diri agar ia tidak berteriak secara tiba-tiba. Kini gadis itu duduk dan mengeluarkan buku Fisika. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Dwi.

Jantungnya masih saja berdegup kencang. Walaupun sugestinya mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi dari degub jantungnya bisa dilihat bahwa semua tidak baik-baik saja bagi Nabila. Ia ingin jam pelajaran ini cepat diakhiri. Ia sangat takut. Bagaimana jika Nafis mengganggunya. Sebenarnya apa yang Nafis inginkan hingga dia menampakkan dirinya dihadapan Nabila ketika sudah meninggal. Ia tak henti-hentinya mengucapkan kalimat-kalimat do'a dengan lirih. Sangking lirihnya mungkin hanya dia saja yang dapat mendengarnya.

☆☆☆

Waktu terasa begitu lambat hari ini. Hingga ia selesai mengerjakan soal di LKS, bel istirahat masih belum berbunyi. Ia melirik jam yang melingkar cantik dilengan kirinya. Tangan kanannya sibuk menggoyang-goyangkan sebuah bolpoint.

'Oke, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1' Nabila menghitung mundur detik di jam digitalnya.

Tet!!!!

Bintang PelindungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang