5

126 38 19
                                    


Kepalaku pusing. Sepertinya ini karena efek tidur terlalu lama.

HAH? JAM ENAM? KOK NGGAK ADA YANG MBANGUNIN GUE SIH? IH.

Dengan terburu-buru, aku langsung lari ke kamar mandi.





"Loh, Ra?"

Aku menoleh. Jimin bersama keenam temannya sedang berkumpul. Dan dua belas pasang mata yang ada di kamar Jimin itu menatap ke arahku. Termasuk Kak Taehyung. Duh, jantungku mulai lompat-lompat.

Kak Bobby, yang ada di sebelah Jimin tiba-tiba langsung tertawa. Keras sekali.

Aku mengerjap-ngerjapkan mata. Masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Jim, adek lo mabok tuh kayaknya kebanyakan micin deh. AHAHA!"

"Lah anjir gue sampe lupa kalau gue lagi main PS." Sahut seseorang lainnya. Sepertinya namanya Yuta, deh.

"Lah iya gue juga." Sahut yang di sebelahnya. Sepertinya namanya Yoyo. Aku baru mencari tahu tadi. sebelum ketiduran—

Tunggu—

HAH?

Aku langsung lari masuk ke kamar lagi.

Suara Kak Bobby tertawa masih terdengar jelas mendominasi. Bukan hanya Kak Bobby saja. Tapi hampir semua lelaki yang ada di sana tertawa. Sungguh, ini adalah hal yang paling memalukan. Sialan. Ingin rasanya aku mengeluarkan semua sumpah serapah yang pernah ada.

Asal kalian tahu ya, sekrang itu memang jam tujuh. Tapi jam tujuh malam. MALAM. Perlu kugaris bawahi. MALAM.

Gara-gara ketiduran, otakku jadi error. Aku serasa seperti perempuan berkepala tujuh yang sudah linglung. Coba dipikir, bisa-bisanya aku jam enam mandi, lalu bersiap untuk berangkat sekolah? Konyol!

Dan konyolnya, aku kepergok Jimin dan teman-temannya. Termasuk Kak Taehyung. Mau ditaruh di mana mukaku nanti? Ingin rasanya aku operasi plastik sekarang juga.

"Jim, dicek gih, siapa tahu adek lo berangkat sekolah. AHAHA." Suara Kak Bobby terdengar.

Astaga, ada apa dengannya? Aku sudah cukup malu.

"Berisik lo, habis ini giliran gue yang main. Lo cek aja sendiri ih."

LAH, LAH, MAKSUDNYA APA KAK?

Terdengar suara pintu diketuk. Lah. Siapa?

"Woi, adeknya Jimin! Lo nggak berangkat sekolah, kan?" tanya Bobby disusul dengan suara tertawa yang ditahan.

Aku memutar bola mata. Sesungguhnya aku malas sekali bertemu dengannya. Terlebih lagi, aku belum berganti baju. Tapi dia terus-terusan mengetuk pintu.

Aku menghembuskan napas keras-keras. Jimin itu jadi kakak tidak ada gunanya sama sekali. Seharusnya ia mencegah temannya untuk melakukan hal konyol—mengusiliku, misalnya.

Dengan amat sangat terpaksa, aku membuka pintu. Keluar. Lalu segera menutup pintu kamar. Aku tidak ingin Kak Bobby melihat kamar yang bahkan lebih berantakan dibanding kamar Jimin.

"Lah lo cinta amat yak sama seragam sekolah?"

"Belom sempet ganti, kak!"

Ya bagaimana caranya ganti, kalau mau ganti sudah diganggu.

"Oiya nama lo siapa sih? Rara?"

"Raina."

"Kelas berapa?"

"Sepuluh ipa 6, kak."

Sungguh, aku merasa ini seperti sedang wawancara. Dan aku narasumbernya.

"Lah lo sekelas sama pacar gue dong!"

Aku mengernyit, mengingat setiap perempuan yang ada di kelas. Setahuku, tidak ada tuh yang berpacaran dengan lelaki di hadapanku ini.

"Siapa?"

"Jasmine." Jawabnya sambil senyum-senyum.

Aku juga heran kenapa dia senyum-senyum. Ini orang kesambet atau bagaimana? Eh, tadi bilang Jasmine? JASMINE? Sejak kapan bocah itu punya pacar?

"Serius?"

Dia mengangguk.

"Kok Jasmine nggak pernah cerita ya, padahal gue temen deketnya."

"Bukan pacar sih sebenernya, cuma pernah nembak." Kak Bobby memberi jeda, "Tapi ditolak."

"Oh!"

"Njir lo ngagetin gue."

"Jadi orang itu elo, kak? Jasmine pernah cerita dia ditembak orang tapi nggak bilang siapa orangnya. Katanya orang nyebelin, kak."

"Anjir. Ah bodo amat sekarang gue udah punya pacar ini."

"Ciyeeee, siapa kak? Kali ini pacar beneran, kan?" godaku.

"Ya masa pacar bohong-bohongan. Lo lah, siapa lagi?" Lelaki itu kemudian tertawa.

Astaga, ini orang kayaknya hobi banget ya, ketawa. Sungguh, ketawanya itu lebih menarik perhatianku daripada jawaban yang ia lontarkan. Kalau yang bicara begini Kak Bobby sih, aku biasa aja. Tapi kalau kak Taehyung....

"Tadi lo bilang apa, Bob?" teriak Jimin dari dalam.

Kak Bobby memelankan suaranya, "Tuh, kan. Ada yang ngamuk."

"Canda doang kali, Jim!"

Ia berbisik lagi, "Punya kakak kaya Jimin sabar aja, ya. Lo kayaknya bakal jomblo terus. Yah, kecuali lo nyariin pacar buat kakak lo itu."

Jadi, itulah alasan Jimin tidak ingin aku mendekati teman-temannya. Tinggal bilang begitu saja, kenapa sih harus bilang kalau teman-temannya sudah punya pacarlah, tidak ada yang benarlah. Dasar.

"Oh iya, yang tadi cuma bercanda. Karena gue nggak mungkin nikung temen. Udah ah, gue mau main. Lo ganti baju, gih."

Setelah Kak Bobby kembali ke dunianya, ada satu kalimat yang terngiang-ngiang di otakku.

Karena gue nggak mungkin nikung temen.

Maksudnya apa ya, kak?

tbc

gue update lagi, guys. semoga kalian nggak bosen yaaa hehe

salam,

heybabble aka ocha

Ra's Guardian [Kim Taehyung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang