Hanya kenangan Tak Lebih (republish)

409 23 24
                                    

Hey kamu..

Sudah 3 hari ini Desembermu tak di guyur hujan.Hanya mendung di sore hari namun gerimis pun tak menyapa 3 hari ini. Dan sudah 3 hari ini pula aku tak duduk di depan jendela kacaku menatap curahan bulir hujan yang terjun bebas mengkuyup bumi sembari menyesap cappuccino panasku berserta selimut yang menutup tubuhku.

Ya, sudah 3 hari ini aku tak melakukan itu.

Dan kamu tau.. Aku merindukan hujan Desembermu yang 3 hari ini absen menyapa rerumputan dan tanah yang mulai kering, kurasa mereka juga merindukan sejuknya bulir hujan Desember yang menyegarkan dan penuh kenangan serta aroma Manisnya. Dan juga merindukan riuh gemericik mereka menyapa atap rumahku yang lusuh. Aku merindukan dinginnya sapaan angin di kala hujan yang membuat ku gigil namun ku akui gigilnya tak membuatku membencinya malah membuatku merindukannya. Merindukan dingin yang mnyelusup pori-pori menembus kulit hingga menusuk tulang. Merindukan gigil menggelutuk hingga rahang terasa kaku dan tubuh terasa beku. Akhh gigil itu.. Gigil rindu temu..

Kamuu

Akhh entahlah bahkan tanpa riuh bisik hujan pun slide show tentang mu seakan terplay dengan sendirinya di kepalaku memaksaku kembali mengingat kenangan bertahun lalu saat masih berseragam putih abu-abu.

Perlakuan lembutmu dan perhatian kecilmu padaku yang mungkin bagimu tak ada yang special dan biasa saja namun bagiku malah sebaliknya. Dimana kamu yang selalu merapikan dan menyisiri rambutku yang berantakan,mengkucirnya dan mengganti karet gelang yang selalu ku gunakan sebagai ikatan dengan Ikat rambutmu yang entah berapa banyak kau berikan padaku, tapi selalu hilang dan berganti karet gelang lagi dan lagi.

Dan dimana kamu yang dengan rutin memeriksa kukuku lalu memotongnya, tak jarang kau malah merengek manja dan membujukku dengan wajah memohon untuk membiarkanmu memoles kukuku dengan cat kuku yang baru kau beli .

Meski batinku meringis dan berteriak tidak saat itu karena warnanya yang sedikit norak menurutku, namun,  kepalaku berkata lain ia mengangguk pasrah padamu.mungkin karena senyum lebarmu dan wajah ceriamu itu yang tak ingin ku ubah menjadi sendu karena penolakanku.

Dan aku kembali ingat betapa merasa bersalahnya kamu padaku di saat kamu yang tak sengaja memotong kukuku terlalu dalam hingga ujung jariku terluka. Aku meringis namun kamu malah menangis menggengam erat jariku yang sedikit berdarah lalu meniupnya pelan sembari merapal kata maaf atas kecerobohanmu kala itu.

Kamu..

Mungkin apa yang ku ingat tak kau ingat. Tak apa tak mengapa,  aku juga kini perlahan mencoba untuk melupakan, menutup semua folder tentangmu lalu mendeletenya kalau bisa lalu menggantinya dengan folder yang baru.

17/12/2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


17/12/2016

"Di suatu petang yang mendung tanpa hujan sambil menatap sendu cangkir kerinduan yang telah kosong"

Aku, Kamu dan Rasa. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang