Dua Puluh Delapan

3K 235 18
                                    

Aku berbisik pada langit.

Diam diam kuceritakan dirimu padanya.

Lalu aku dan ia berkonspirasi pada hujan disenja ini.

Menahan mu untuk tidak pulang.

Menahanmu agar lebih lama dapat kutatap.

Dan kau tahu hujan turun dengan lebatnya.

Lantas mengapa kau berlari?

Menapaki rintik hujan yang turun ke bumi.

Tak inginkah kau berteduh bersamaku?

*****

Desember 2009

Shilla berkali kali menepuk nepuk dadanya, seolah menahan sesak. Sesungguhnya ia resah. Resah akan apa yang terjadi antara Yasmin dan Kevin.

Shilla menutup matanya, ia memijat keningnya, kepalanya mendadak pusing memikirkan hal hal buruk yang mungkin saja terjadi.

Kevin, pria itu entah apa yang diucapkannya pada Yasmin, sejujurnya bukan ini yang ia inginkan, ia entah mengapa tanpa ia sadari mencoba menjauh dari semua kekacauan yang ada.

Menjauh dari Kevin, dan juga Juna. Ia takut jika ia melakukan sesuatu maka akan berdampak buruk, baik bagi Juna maupun Kevin.

Sejujurnya sudah sebulan ini segalanya menghantui Shilla, mulai dari Kevin yang sekarang ia ketahui perasaannya, dan juga Juna.

Shilla menarik secarik kertas berwarna biru langit yang berada di sakunya, ia membuka perlahan kertas yang terlipat menjadi dua itu.

Langit menghitam.
Bintang bersinar.
Sebuah dandelion menatap laut penuh sepi.
Tanpa ia tahu purnama terus menanti.
Tak tahukah gadis itu aku telah lama jatuh hati?

Begitulah isi dari secarik kertas yang terikan dengan pita biru ditangan boneka panda yang Juna berikan padanya.

Terus ia baca berulang kali, berharap tak ia temukan kata-kata itu didalamnya.

Dan sekarang jujur saja ia begitu bingung, lebih tepatnya otaknya menolak untuk mengerti makna dari tulisan itu.

Ah seandainya ia bisa lenyap saja.

"Srekk,"

Suara tarikan yang berasal dari kertas biru langit yang Shilla genggam membuat Shilla setengah mati terkejut.

Dilihatnya seseorang yang duduk disampingnya. Kevin.

Shilla meneguk ludah, seandainya saja kertas tadi berhasil berada di tangan Kevin, entah apa yang akan terjadi.

"Apa?" Ujar Shilla sembari memasukan kembali kertas biru langit itu kedalam saku bajunya.

Kevin, pria itu mengerutkan keningnya melihat ekspresi diwajah Shilla. "Kenapa?"

"Gue ganggu?" Tanya Kevin.

Shilla menghela nafas, lalu menggeleng pelan.

Dan ketika Shilla menggeleng, dengan cepat Kevin berbaring di pangkuan Shilla.

Shilla mengamati wajah Kevin, dilihatnya wajah pria yang matanya terpejam itu.

After SunshineWhere stories live. Discover now