BAB 5 : KEPUTUSAN MENIKAH

8.7K 274 58
                                    

"Chan, kamu makan dulu ya, Sayang. Biar sore ini kita bisa bercinta lagi seperti semalam," ucap Clarissa dengan suara agak nyaring.

Chandra hanya mematung ditempat dengan ponsel yang masih tersabung di telinganya. Dia yakin, kalau Oppa-nya pasti mendengar ucapan Clarissa barusan. Sial!

"Pulang ke rumah sekarang, Chan! Ini perintah!" pinta Oppanya dengan suara geram diseberang sana.

Chandra hanya bisa berharap bahwa situasi ini tidak akan seburuk apa yang ada di pikirannya sekarang. Sial!      

@@@

"Apa kamu sudah tidak waras? Bagaimana bisa kamu melakukan hubungan terlarang itu sebelum menikah?" bentak Sebastian saat melihat Chandra memasuki ruang kerjanya.

Chandra berjalan dengan tenang lalu menempati kursi kosong di hadapan Sebastian. Chandra hanya diam sambil meletakan telapak tangannya di atas meja. Dia tidak mempunyai satu alasan pun, untuk dijadikan pembenaran atas kesalahannya.

"Beri tahu aku alasanmu, Chandra Pramoedya Wijaya!" bentak Sebastian lalu bangkit dari kursi nya dan mulai berjalan mondar-mandir. Dia tampak sangat marah sekaligus gelisah.

"Itu wajar, karena kami adalah pasangan dewasa yang saling mencintai, Oppa. Lagipula, itu juga biasa dilakukan oleh pasangan lain," ucap Chandra dengan tenang.

Sebastian selalu menyukai kepribadian Chandra yang tenang. Namun, kali ini, dia membenci sikap tenang dari cucu kesayangannya itu.

"Tapi kau menyandang nama belakang keluargaku. Apapun perbuatanmu, akan disangkut pautkan denganku. Ingat itu!" bentak Sebastian lagi. Dia lalu memukul keras meja kerjanya dengan penuh rasa marah.

Chandra hanya terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. Dia mutlak salah.

"Sesering apa kalian melakukannya?" cecar Sebastian lagi. Kali ini dengan nada suara yang lebih tenang.

"Kami baru melakukannya sekali, Oppa."

"Jujur padaku, Chan!" Sebastian kembali berteriak.

"Demi Tuhan, Oppa. Semalam adalah pengalaman pertamaku." Chandra menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil mengadah ke atas. Ia merasa frustasi sekaligus malu.

Sial, Kemarahan Oppa-nya, bahkan lebih buruk dari apa yang dibayangannya tadi.

"Ku harap, aku masih bisa mempercayaimu, Chan," sindir Sebastian sambil menatap Chandra dengan pandangan kosong. Laki-laki itu mencoba menenangkan diri dan kembali duduk di kursinya.

Chandra kembali diam. Hatinya terasa sangat sakit setelah mendengar pengakuan kecewa dari Sebastian – Oppa yang telah merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal.

"Apa sebelum melakukannya denganmu, Clarissa masih perawan?"

Chandra terkejut saat mendengar pertanyaan Sebastian barusan. Dia lalu menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Haruskah aku menjawabnya?" tanya Chandra dengan nada pasrah. Sejujurnya, dia sangat malas menjawab pertanyaan barusan.

"Aku hapal watakmu." Senyum sinis terpampang jelas di wajah Sebastian yang sudah keriput. "Jadi, dia sudah tidak perawan kan? Sangat miris mengakui bahwa keturunan keluargaku mendapat wanita bekas pakai."

"Cukup, Oppa!" Tanpa sadar, Chandra justru berbalik membentak Sebastian. "Aku tahu kalau Oppa tidak pernah menyukai Clarissa. Tapi tolong jangan hina dia lagi, bukankah Oppa yang mengajariku untuk selalu menghargai wanita? Lagipula...." Lagi-lagi Chandra menjeda ucapannya. "Aku juga salah. Jadi, lebih baik Oppa menghina aku saja."

Sebastian terdiam. Ucapan Chandra sangat menusuk sampai ke pangkal hatinya. Ya, Sebastian tahu kalau ucapannya barusan memang sangat keteraluan.

"Tinggalkan dia!" tegas Sebastian, seolah itu adalah perintah yang tidak dapat diganggu gugat.

Chandra menatap wajah Oppanya dengan tatapan terkejut. Dia tidak menyangka kalau Oppanya mampu memutuskan hal demikian.

"Aku tidak bisa meninggalkannya, Oppa. Aku mencintainya dan mungkin saja..." Chandra menjeda ucapannya sejenak untuk menarik napas agak dalam. "Dia sedang mengandung anakku."

"Jangan berpikir bodoh, Chan! Sekalipun wanita itu mengandung, belum tentu itu adalah anakmu!" teriak Oppa sangat kencang.

Untungnya ruang kerja ini sengaja dibuat kedap suara, jadi tidak ada satu orang pun di luar yang mendengar pertengkaran hebat antara oppa dengan cucunya ini.

"Aku bukan pria pengecut yang akan lari dari tanggung jawab, Oppa," ucap Chandra dengan nada tenang lalu berbalik untuk meninggalkan ruangan.

Ketika sudah hampir mencapai pintu, Chandra sejenak menghentikan langkahnya. Pikiran dan suasana hatinya saat ini sangat kacau balau.

"Oppa tenang saja, nama baik keluarga kita akan tetap terjaga..." Chandra menjeda ucapannya sejenak. Dia takut kalau keputusannya ini akan membuat penyakit Oppa nya kembali kumat. "Karena aku akan segera menikahinya," lanjutnya dengan nada tenang, sesaat sebelum menutup pintu ruangan tersebut.

Sebastian memandang punggung Chandra yang semakin menjauh dan hilang setelah pintu ruangan itu tertutup. Sebastian lalu membuka nakas meja kerjanya dan mengambil amplop coklat dari dalam sana. Matanya tidak bisa lepas dari ketikan nama yang ada di bagian depan amplop.

"Saat ini, kamu hanya sedang dibutakan oleh cinta. Ku harap kamu bisa menyadarinya sebelum terlambat dan menemukan wanita yang lebih baik darinya," ucap Sebastian sambil melempar pelan amplop coklat yang bertuliskan nama Clarissa Bella ke atas meja.

Bagaimana caraku untuk memberitahumu kebenaran tentang Clarissa, Chan? Sebastian membantin dengan nada frustasi. Pandangannya kosong.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hei, guys,

Gimanaa?? Kepooo gak??? 😁

Diikutin terus ya.. Maaf kalo typo masih bertebaran.. Aku gak pinter kalo ttg typo, tapi please nikmatin ajalah ya alurnya, hehe ✌🏻️✌🏻️✌🏻️

Enjoy :*

23/12/2016

Deal With CEOUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum