2 Grand Launching

72.4K 7.6K 97
                                    

2 Grand Launching

Oke harus kuakui, grand launchingnya benar-benar keren. Seluruh ballroom hotel disulap sedemikian rupa dengan ornamen putih dan perak dimana-mana. Aku memekik kegirangan dalam hati begitu melihat pria-pria tampan bertuxedo, yang biasanya hanya bisa aku lihat di layar tv, berjalan di hadapanku. Thanks to Gusti, aku tidak menyesal menghadiri pesta ini. Untuk seorang karyawan single yang jarang dapat hiburan gratis, acara ini pasti akan sangat menyenangkan.

Segera kutekan lock screen handphone dan mengabadikan momen ini di Instagram. Tidak mau kalah gaul dengan anak jaman sekarang yang kerjaannya dikit-dikit upload. Aku melambaikan tangan ke arah kamera dan merekam cepat ke sekeliling ruangan, sedikit malu jika ada yang memperhatikan, kemudian mengunggahnya. Beberapa detik kemudian notifikasi pun muncul.

@gustinugraha01 : jangan lupa cari jodoh. Btw, itu lipstick mentereng banget bikin silau😂

@jjannet : duh mau dibungkusin satu yang ganteng itu😍

@januariusss : Asik lah Atha, kalo besok masih jomblo juga kebangetan lo

Ckck, aku tertawa pelan mendapati sederetan komentar dari rekan-rekan internal-ku.

@Agathanayara : @gustinugraha01 @jjannet @januariusss jodoh belum terlihat guys, btw cewek di sini serem-serem loh

Ballroom ini memang terasa sesak dipenuhi oleh wanita cantik dan pria tampan yang saling memantulkan cahayanya seakan berlomba-lomba menjadi yang paling bersinar. Di sini aku merasa ciut karena dandananku tidak seheboh mereka, dress satin putih yang kukenakan juga terlihat begitu simpel dibandingkan wanita-wanita dengan dress ketat berbelahan dada rendah di sebrang sana. Untungnya semalam Pak Argus --Pak Afgan, eh atasanku-- menyuruhku menggunakan lipstick berwarna gonjreng. Setidaknya warna merah cabai yang kugunakan saat ini bisa aku tonjolkan dibanding warna-warna lipstick nude yang kebanyakan wanita-wanita disini kenakan.

Aku melemparkan padangan ke sekeliling mencari rekan sekantor yang kukenal, tapi karena hampir semua orang di sini berdempul aku tidak bisa mengenali wajah mereka dengan jelas. Saat sedang celingukan seorang pelayan datang menghampiriku.

"Silahkan." tawar seorang pria, dengan tinggi sekitar 180 cm berkemeja putih serta celana bahan hitam dilengkapi rambut yang ditata menggunakan gel, sambil menawariku collin glass berisi minuman dingin. Wow bahkan pelayannya saja terlihat berkelas.

Dirut baru yang gosip-gosipnya perfeksionis itu ternyata memang totalitas dalam mengerjakan sesutu. Padahal ini project pertama beliau tapi output-nya bisa sekeren ini.

"Ah, trims." Aku menyambut pemberian pria itu dan menyeruput minuman tersebut. Aku merasakan aliran lemon squash memenuhi seluruh tenggorokanku. Manis dan segar.

Tapi tiba-tiba aku merasakan gejolak nyeri dan panas berekerumun di sekitar perutku. Aku mulas di saat yang tidak tepat. Tidak, aku tidak hamil. Sepertinya akibat samyang yang aku makan tadi pagi. Aku memang pecinta cabai-cabaian tapi perutku tidak pernah sejalan dengan lidahku. Ya, tadi pagi itu aku memang makan tidak tanggung-tanggung sih, sebungkus samyang ditambah taburan bon cabai level 15. Biasanya aku selalu makan yang pedas-pedas saat weekend karena tau pasti akan diare setelah makan, pasalnya aku lupa hari ini aku tidak di rumah.

Sambil memegangi perutku yang sudah tidak sabaran, aku mengendap-endap mencari toilet di area belakang panggung.

"Permisi, dimana toiletnya?" Aku memanggil salah seorang crew dan menanyakan letak toiletnya.

Crew yang terlihat sibuk berbicara dengan mikrofon kecil di pipinya itu hanya melirikku sekilas. Dia menunjuk-nunjuk ke arah depan dengan gulungan kertas hvs yang sedang dibawanya. Aku mengangguk paham seraya mengucapkan terima kasih, kemudian berlalu ke arah yang crew tersebut tunjukkan.

Red Lipstick [TERBIT]Where stories live. Discover now