Chapter 16

49 9 0
                                    

Agak nggak jelas ni Chapternya,maklum ya jaringan otak Autors bukan H+ buat chapter ini jaringanya lagi E__
----------------------------------------------

Aquene pov

Pukul 19.00 aku baru terbangun dari bobo cantikku,dengan terhuyung huyung aku berjalan kekamar mandi.

Setelah selesai melakukan ritual mandi yang menguras waktu sebanyak setengah jam tepatnya 30 menit,aku berjalan ke dapur karena perutku sudah memprotes meminta diisi dan akupun membuka kulkas mengambil sekotak susu putih,dan menuangnya ke gelas.Inilah kebiasaanku setelah bangun tidur,meminum susu terlebih dahulu baru mengisi perut.

"Nona lapar tidak?"tanya Decha yang tiba tiba sudah ada disebelahku,sedang mencuci piring.

Aku menarik kursi meja makan dan mendudukan bokongku disana,susu dihadapanku yang terlihat menggoda  kureguk dengan lapar hingga tandas tak menyisakan satu tetes pun.

"Sangat Decha!aku sangat lapar!"
"Ini makanlah."ucap Decha sambil meletakkan sepiring nasi beserta lauk pauknya yang terlihat menggiurkan sampai aku harus menelan salivaku dengan susah payah.

Aku mulai menyantap makanan yang dibuat dari tangan ajaib Decha dengan lahap,dan seperti orang yang berhari hari sudah tak makan.Setelah selesai makan aku baru ingat kalau hari ini aku akan kerumah Shasha untuk mengerjakan tugas Matematika yang diberi Mrs.Franda kemarin.

"Hmm..Decha hari ini aku ingin kerumah Shasha mengerjakan tugas matematika,pulangnya mungkin agak malam.Tidak apa apa kan?"Decha mendekat kearah ku dan menghelus rambutku sayang.

"Tidak apa apa Nona."aku  mengangguk lalu berjalan pelan kekamar.

Setelah masuk kamar aku teringat akan ponselku yang tadi  kucabut baterainya,aku melirik ke nakas dan menemukan ponselku tergeletak mengenaskan disana.

Secepatnya aku memasang kembali baterainya dan menghidupkanya,mulut ku ternganga sampai meneteskan air liur. Panggilan tak terjawab sebanyak 104,dan dilakukan nomor yang meneleponku tadi.

"Beuh benar benar tak tau diri,sudah tau aku mematikan daya ponselku masih saja bersikukuh menghubungiku.Siapapun orangnya kuyakini dia mengalami gangguan jiwa akut."setelah mengumpati orang gila yang menelponku,aku meraih tas punggung ku yang kutaruh asal di sofa.Dan segera otw kerumah Shasha.

***

"Lucas kau pulang saja ya,nanti kalau aku sudah ingin pulang aku akan menghubungimu kembali."ucapku seraya turun dari mobil.

Aku memasuki pekarangan depan rumah Shasha yang ditumbuhi banyak pohon pohon besar sehingga terlihat asri dan sejuk,tapi ada pemandangan yang mengganggu mata ku.Disana dibawah pohon mangga ada sebuah motor yang tak asing di di indra penglihatanku.Namun aku  tak terlalu menghiraukanya,di tekannya bel rumah Shasha.

+TiingTong!!+
"Iya sebentar!!"seru Shasha dari dalam rumah.

Bunyi kenop pintu dibuka terdengar,memunculkan sosok Shasha dibalik pintu dengan cengiran khasnya.

"Ayo masuk."Shasha memundurkan tubuhnya,untuk memberi jalan bagiku masuk.

Tanpa babibu lagi aku langsung masuk ruang tengah rumah Shasha dimana tempatku bersarang saat sedang dirumah Shasha,dan meninggalkan sang empunya rumah,aku sudah menganggap rumah Shasha seperti rumahku sendiri jadi aku tak pernah merasa sungkan berbuat apa saja dirumahnya,dan begitupun sebaliknya Shasha juga menganggap rumahku sebagai rumahnya sendiri.

Broken Angel Where stories live. Discover now