Karya Belajar Part Enam

265 25 46
                                    

Untukmu

saat ini aku lagi suka menikmati hujan, menghitung titik demi titik kala menyentuh bumi lalu kian deras membuatku berhenti  melanjutkan hitunganku. Mungkin tidak jauh beda dengan rindu yang tengah menderaku saat ini. Jika kemarin kamu hanya sekejap singgah dalam benakku dan akan tertimbun dengan kesibukan yang kujalani namun sepertinya semakin kesini kamu mulai merajai pikiranku seolah satu-persatu kamu mendepak pesaingmu yang bersarang dalam benakku dan pada akhirnya kamu lah sang juara, ya kamu harus tahu hanya kamu seorang yang selalu kupikirkan hingga kini.

Jika kemarin secangkir kopi mampu menangkanku saat gelisah sekarang ini bahkan sekian cangkir kopi sepertinya tak mumpuni lagi. Wangi tubuhmu masih tersisa di indra pembauku, derai tawamu bersenandung indah bagi indra pendengarku, sentuhan lembutmu sungguh mengelisahkan hati ini dan wajahmu itu tak pernah barang semenit pun menjauh dari pelupuk mataku.

Jika kemarin senja mampu mendamaikan hatiku sekarang malah seakan menambah beban rinduku untukmu. Bukan oranye yang kulihat menghiasi hamparan langit yang mulai menggelap melainkan wajahmu yang seolah tersenyum hanya untukku. Bahkan desau angin seperti melisankan namamu. Kamu tahu rasa ini sungguh mengelisahkan dan menyiksa namun gilanya aku justru menikmatinya.

Aku tidak pernah berani mengharapmu merasakan yang serupa karena aku sadar siapalah diri ini. Mencintaimu dan mendambamu seperti ini pun sudah cukup bagiku. Tidak mengapa kamu tidak jatuh cinta kepadaku setidaknya aku masih bisa memilikimu dalam diam.

By: hitamblack

❤❤❤

Ketulusan Cinta

Aku menyukai suasana pagi, saat mentari terbit menggantikan gelap. Juga begitu menikmati sensasi sejuknya udara yang menyentuh pori-pori tubuhku.
Tapi semenjak mengenalmu, kebiasaan itu sudah tergantikan. Aku menyukai tatapan matamu yang melebihi hangatnya sinaran mentari, dinginnya sikapmu tidak lantas membuat aku beku lalu semangatku menyusut.

Entah sudah berapa lama aku memperhatikanmu dari balik pohon besar ini. Semut merah yang menyengat kaki tak kuhiraukan lagi, karena bagiku dengan melihat sosokmu adalah obat segala sakitku.

Pergerakan tanganmu dengan mahir menorehkan kuas ke kanvas. Aku menelusuri pandanganku pada tubuh tegapmu, apakah kelumpuhanmu yang menyebabkan sikap acuhmu pada dunia?
Tidak ada wajah ceria yang menghiasi wajah tampanmu itu. Lalu apa dayaku berharap dicintaimu, sedangkan kau tidak bisa mencintai dirimu sendiri.

Mata tajammu bertemu dengan mataku, detak jantungku berpacu cepat, kedua pipiku terasa panas. Kau memanggilku untuk segera mendekat.
Demi Dora yang tidak pernah berhenti bertanya, untuk pertama kalinya senyum terbit di bibirmu, dan betapa bahagianya aku itu hanya untukku. Dengan susah payah aku menormalkan ritme detak jantungku yang berdebar dag dig dug tidak menentu.

Aku alihkan pandanganku pada kanvas yang dari tadi sibuk kau gores, hanya untuk menghindari tatapan matamu. Bertambah panaslah kedua pipiku, melihat pemandangan itu. Di sana jelas tergambar ada seorang gadis berambut panjang yang sedang bersembunyi di balik pohon.

Aku berjanji padamu, Sayang. Jika kau merasakan hal yang sama denganku, aku rela kau jadikan bahuku sebagai sandaran saat lelah menderamu. Aku bersedia menjadi pengganti kakimu jika kau tidak sanggup berpijak.

By: anggaraini86

❤❤❤

Gelang Kesayangan

Sekelumit kisah, yang hingga kini seringkali mengetuk jendela ingatan. Saat usiaku menginjak lima tahun. Bagai magnet yang selalu menempel pada besi. Kedekatanku dengan ibu seakan tak bisa terpisahkan. Ke manapun ibu pergi, aku selalu ingin membuntuti hingga tanpa sengaja aku melihat sebuah gelang yang menarik perhatian. Aku sangat ingin memiliki gelang tersebut, bentuknya yang indah sungguh mengundang hasratku. Walaupun gelang itu imitasi. Aku yang ketika itu tengah mengantar ibu berbelanja di salah satu toko di dekat rumahku. Jiwa kanak-kanakku menyeruak, aku merengek tak tahu malu pada ibu.

Hasil Karya Puisi Tim Utamaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن