P L A N
REVON sudah mengatur sebuah rencana. Ia sudah menyiapkan barang-barang yang ia perlukan. Ia sudah menyiapkan semuanya matang-matang.
Hari ini Jum'at. Sekolah tentu saja pulang lebih cepat daripada biasanya. Dan tak terasa, sudah hampir 3 bulan Aletta tinggal di rumahnya. Dan selama beberapa hari ini Aletta masih ngambek padanya.
Revon men-dial nomor Grace yang ia simpan.
"Halo?"
"Halo, Grace. Lo sama Aletta?"
"Iya, pokoknya santai. Gue bakal balik jam 8. Pokoknya lo tenang aja, dan selesaiin pekerjaan lo secepat mungkin. Lo tahu, lo punya waktu 7 jam buat melaksanakan rencana ini."
"Yoi. Makasih ya. Eh, bareng siapa aja lo? Berdua doang?"
"Bareng Adam. Si Fairus lagi ada ekskul di sekolahnya hari ini."
"Oh, oke. Hati-hati. Jagain Aletta."
"Uuuh, tayang-tayang. Protektif banget si abwang Revon," goda Grace dari seberang sambungan.
Revon mendengus. "Bacot. Ya udahlah, gue mau siap-siap."
"Oke. Semangat, Von. Demi cinta. Anjay, hahahah." Grace tergelak.
"Tai. Bye."
Dasar Revon. Sudah minta tolong, mengumpat pula. Dasar tidak tahu diuntung.
Revon meletakkan setelan seragamnya yang kotor di dalam keranjang pakaian kotor. Cowok itu pun mengganti bajunya dengan kaos oblong dan boxer selutut yang lebih santai.
Revon berjalan dari kamarnya ke kamar Aletta sambil membawa 2 buah kardus dan seember cat masuk ke dalam kamar Aletta.
Sesampainya di dalam kamar, Revon menggeser ranjang, meja belajar, dan lemari pakaian agar tidak menempel dengan tembok. Revon pun memulai pekerjaannya, mengecat kamar Aletta dengan warna biru muda. Tipe warna fresh yang membuat orang di dalamnya betah berlama-lama di dalam kamar.
Revon mengecat dengan cepat dan serapi mungkin. Setelahnya ia menyari hair drier milik Aletta (Revon baru tahu Aletta memiliki hair drier dan catokan rambut ketika ia sedang memilih dimana sebaiknya ia meletakkan coklat waktu itu).
Revon mengarahkan hair dryer tersebut ke tembok dan membuat catnya kering secepat mungkin.
Bukan Revon namanya kalau tidak memikirkan cara lain agar catnya cepat kering. Revon pun mengambil kipas angin besar dari ruang keluarga, membawanya ke dalam kamar Aletta, lalu menyalakannya dengan volume paling besar, yaitu 5.
Dalam waktu 2 jam saja, cat tersebut sudah lumayan kering.
Revon tersenyum puas melihat hasil catnya. Omong-omong, bau cat yang belum kering sudah agak hilang lantaran ada kipas angin di dalam kamar.
Revon menggeser ranjang, lemari, meja rias dan meja belajar ke tempat semula dengan perlahan dan sebisa mungkin tidak menempel ke tembok. Ia menyemprotkan pengharum ruangan mawar sebanyak-banyaknya sampai ia sendiri kepengin muntah menyium baunya.
Lalu, Revon mengambil tangga dari gudang rumahnya. Cowok itu menempelkan bintang-bintang dan bulan yang glow in the dark di langit-langit kamar Aletta. Revon juga menempel stiker siluet gedung-gedung dan bangunan di tembok kamar Aletta, kemudian melapisinya dengan cat fosfor.
Revon memukulkan palunya di atas paku, menimbulkan bunyi berisik. Setelah pakunya menempel di tembok di atas ranjang, ia pun menggantungkan dream catcher berukuran sedang berwarna biru dongker.
Sungguh, Revon merasa jadi tukang sekaligus designer interior dalam sehari.
Semuanya untuk Aletta.
Tak terasa, jam menunjukkan pukul 4 sore. Badan Revon mulai pegal-pegal. Revon berpikir, apalagi yang harus ia lakukan?
Revon rasa, ini sudah cukup. Ia tidak tahu harus berbuat apalagi. Semoga dengan ini Aletta bisa memaafkannya.
Revon pun membereskan alat-alat tukangnya. Seusai merapikan semuanya, Revon pun segera memasuki bilik kamar mandi di dalam kamarnya.
Revon bau keringat.
=
Seusai mandi, Revon ingin mengecek hasil pekerjaannya sekali lagi. Bau catnya sudah lumayan hilang. Kali ini ia iseng hendak merapikan koleksi novel dan buku-buku pelajaran milik Aletta.
Revon membuka loker yang berisi buku pelajaran dan buku-buku lainnya yang terletak di bawah meja belajar. Ternyata sudah rapi.
Revon baru saja hendak meninggalkan loker tersebut karena sudah rapi--tapi itu sebelum ia melihat sebuah buku hard cover berwarna hitam.
Revon mengambil buku tersebut.
Aletta's Diary.[]
YOU ARE READING
Something About Feeling
Short StoryBagi Aletta, sial itu ketika tinggal bareng Revon yang nyebelin level max itu. Bagi Revon, tinggal sama Aletta yang bawel itu salah satu daripada hal terburuk dalam hidupnya. Perbedaan pendapat juga selalu memicu perdebatan di antara mereka. Penasar...