Chapter 11

205 11 6
                                    

"Sebenarnya aku .."

"Hai Arum!" Tiba-tiba seorang pria menyapanya.

"Kamu??" Ucap Arum ragu-ragu.

"Iya, masa kamu lupa sama aku. Aku kangen banget sama kamu, Arum." Ucap pria itu lalu memeluk Arum.

Tama bingung dengan keadaan ini, ia tak tahu siapa laki-laki itu, ada hubungan apa dengan Arum, dan mengapa mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sudah lama tak bertemu??? Tama hanya bisa memperhatikan dan berusaha menghindar agar tidak mengganggu mereka.

"Maaf ya, waktu itu aku pergi gak pamit dulu sama kamu, aku nyesel udah ninggalin kamu, aku..."

"Udah, gak apa-apa, aku ngerti kok, yang penting kan sekarang kamu udah disini. Oh iya, kamu kok bisa tiba-tiba ada disini??" Arum begitu semangat menanyakan hal ini pada laki-laki yang belum diketahui namanya itu..

"Emm.. mungkin jodoh?" jawabnya diikuti tawa lembut Arum.

Galau, itulah kata yang tepat untuk melukiskan perasaan Tama saat ini. Bagaimana tidak? Kata-kata pria itu tadi cukup membuat hati Tama terpukul, belum lagi keakraban yang terjadi antara mereka, mungkin lebih tepatnya romantis. Dengan kejadian ini, Tama lalu menyimpulkan bahwa laki-laki itu adalah pacar Arum yang telah meninggalkan Arum. Akibatnya, Arum sering melamun dan susah untuk membuka hati pada orang lain terutama Tama.

"Mungkin dia itu sosok Dika yang sering Arum panggil dan sering membuat Arum memanggilku dengan nama itu." Pikir Tama.

Melihat Arum yang sepertinya sudah tak membutuhkan Tama lagi, Tama pun berpikir untuk pergi tanpa pamit terlebih dahulu. Tama pergi dengan perasaan yang tak karuan. Keputusan Tama memang tepat, dari pada ia harus tetap berada di dekat Arum tapi tak dihargai, lebih baik Tama pergi.

***

Sesampainya di rumah..

"Sepertinya aku memang harus menjauh dari Arum, mencintainya adalah hal yang keliru, keberadaanku selama ini pun mungkin hanya sebagai parasit baginya. Ini bukan salah Arum, ini memang salahku, aku yang selalu merasa bahwa Arum memiliki perasaan yang sama denganku, aku yang terlalu percaya dengan rumus "hasil tidak akan mengkhianati proses". Ya, aku salah karena aku yakin kalau usahaku selama ini akan terbayar suatu saat nanti dengan mendapatkan balasan cintamu. Aku salah karena aku telah mencintaimu sepenuh hatiku."

"Argh!!!"

"Aku benar-benar bodoh, bodoh karena telah memberikan seluruh hatiku padamu yang tidak bisa menjaganya, dan kini semuanya hancur tak bersisa." ~RM~

"Ini bukan salahmu, ini memang salahku, salah karena terlalu mempercayaimu dan pada akhirnya kekecewaanlah yang kau berikan padaku." ~RM~

Malam ini menjadi malam terburuk bagi Tama, ia benar-benar terlihat rapuh. Pecahan hatinya yang sudah dengan susah payah ia kumpulkan kini kembali hancur berkeping-keping. Tangisnya pun tumpah untuk kedua kalinya, dan kali ini lebih deras. Bagaimana tidak?? Arum yang Tama pikir bisa mengobati luka dihatinya, justru membuatnya semakin meradang.

Tiba-tiba handphone Tama berdering..

Dengan terburu-buru Tama mengambil hp nya dan disana tersurat nama Arum. Butuh waktu untuk menjawab panggilan dari Arum, tak begitu lama Tama segera menjawab sapaan Arum.

"I-iya, ada apa Rum??"

"Kamu gak apa-apa??" Pertanyaan Arum membuat Tama sedikit heran.

"Aku gak apa-apa, memangnya kenapa??" Jawab Tama dengan cepat.

"Syukurlah, aku hanya memastikan, sejak tadi perasaanku tidak enak." Dari nada bicaranya, terdengar bahwa Arum lega mendengar jawaban Tama.

Tama tidak menanggapi perkataan Arum, ia justru sibuk mengelap jejak-jejak air matanya.

SUMON (Susah Move On)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang