4

307 16 10
                                    



Jihyo mengerutkan keningnya saat asistennya memberitahu bahwa ada seseorang yang menunggunya di ruang privasinya. Tidak ingat atau bahkan tidak tahu siapa yang hendak menunggunya sekarang. Shooting beauty show-nya sudah selesai dan ia masih dengan make up serta dress yang ia kenakan saat di show. Suara yang dihasilkan antara heels dengan lantai keramik terdengar di seluruh lorong karena keadaan yang sepi dan Jihyo yang berusaha berjalan sedikit cepat walaupun pencil skirt selututnya membuatnya terlihat kesulitan. Ia mendorong pintu ruangannya perlahan dan merasakan udara yang lebih sejuk. Jihyo menghirup wangi pengharum ruangan favoritnya dalam-dalam. Dan di situ, tepat di sofa tempat Jihyo akan membaca buku ketika ia menunggu jam shooting show dimulai, ia melihat seorang lelaki yang tak asing baginya. Lelaki itu duduk dengan kurang santai, kedua sikunya diatas paha dan tangannya menopang dagu. Badannya sedikit membungkuk dan lelaki itu melihat ke arah lantai. Kemeja denim-nya digulung sampai siku, membuat tato di lengan kirinya terekspos sangat jelas. Rambutnya rapi, tanpa cap atau snapback. Lelaki itu seketika melihat kearah Jihyo ketika ia memasuki ruangan. Jihyo hanya terdiam di depan pintu ketika melihatnya, dan lelaki itu mendongak, "Jihyo-ya."

Perempuan itu terlihat sangat terkejut melihatnya. Kini Gary menyodorkan senyum yang sudah lama tak diberikan pada Jihyo. Yang sebenarnya selama ini Jihyo inginkan. Gary bergeser di sofanya, membuat tempat yang cukup luas untuk Jihyo duduk. Jihyo kini duduk di sofa yang sama, dengan jarak yang cukup jauh dari Gary. Ada sedikit perasaan kesal di wajah Jihyo saat ia melihat Gary untuk pertama kalinya setelah kurang lebih dua bulan ia tak menemuinya. "Apa yang kau lakukan disini?"

Kali ini perempuan di hadapan Gary mengenakan make up, tak seperti biasanya saat Gary bertemu dengannya sehari-hari. Tidak berlebihan dan tetap cantik, tapi Gary lebih menyukai Jihyo tanpa make up. Dengan blouse putih bermotif yang bagian bawahnya disembunyikan ke balik pencil skirt baby pink-nya. Gary selalu suka apa yang ia kenakan. "Kau.. Senang bertemu kembali denganmu."

Jihyo tersenyum seadanya di hadapannya. Ada perasaan kecewa yang amat dalam pada Gary, tapi disisi lain Jihyo juga merindukannya. Sama seperti apa yang Gary rasakan.

Gary kembali bicara saat melihat Jihyo hanya tersenyum akan pernyataannya. "Aku selalu melihatmu di televisi. Entah itu dalam showmu yang ini atau.. Running Man."

"Kang Gary.." Jihyo berhenti, dan mengabaikan pengakuan yang baru saja Gary sampaikan. "..apakah kau pernah berpikir tentangmu yang meninggalkan show? Apakah kau berpikir bahwa setelah kau meninggalkan show itu akan menjadi lebih mudah?" Ia kembali berhenti dengan kata-katanya, wajah Gary terlihat sedikit terkejut, menyadari bahwa ia datang kemari bukan untuk membicarakan hal itu, melainkan untuk menemuinya dan bicara hal-hal tidak penting yang mereka sukai biasanya. "Apakah kau pernah berpikir tentang aku?"

Ruangan menjadi amat hening. Gary masih menatap Jihyo seakan ia tak percaya bahwa Jihyo akan bicara seperti itu. Melihat tak ada respon, Jihyo kembali bicara. "Kau tahu sendiri, orang-orang akan sangat senang jika kita memang memiliki hubungan spesial diluar show. Kau juga tahu sendiri, kita adalah loveline utama dalam show. Setelah bertahun-tahun dan setelah kau meninggalkan show, orang-orang selalu bertanya pertanyaan yang sama, 'Apakah kau berkencan dengan Kang Gary?' 'Apakah kau keberatan saat ia meninggalkan show?' Dan yang pasti kulakukan adalah tersenyum dan menjawab 'Tidak sama sekali'."

Kata-katanya terdengar bergema di seluruh bagian ruangan dan Gary terlihat sangat kaget saat menyadari apa yang telah Jihyo katakan.

"Kalau aku bilang ya," suara Jihyo kini bergetar. Bola matanya terlihat tidak tenang, "..kalau aku bilang ya, kita tidak akan memiliki privasi, dan mereka akan beranggapan bahwa kita belum berakhir." Jihyo mengambil nafas dalam-dalam, berusaha agar tidak mengeluarkan air mata dan menjaga agar suaranya tetap stabil. "Pernahkah kau berpikir soal itu semua?"

Lalu ada hening beberapa saat dan mulutnya hendak kembali membuka untuk bicara.

"Aku ingin semuanya benar-benar berakhir."

Jihyo selesai dengan kalimatnya, dan Gary masih tetap diam. Sebelum Gary bisa mengatakan sesuatu, Jihyo bangun dari duduknya dan berbalik tanpa mengatakan apa-apa lagi pada Gary. Ia berjalan kearah pintu dan meninggalkan ruangan. Jihyo meninggalkannya, sama seperti apa yang telah Gary lakukan pada Jihyo dua bulan lalu di cafe itu.





***

Lonely NightWhere stories live. Discover now