Chapter 9 : Don't Touch Me

1.7K 141 17
                                    

'Ledakan bom terjadi di pusat kota Valencia sekitar pukul 3.25 PM waktu setempat. Kamera CCTV yang terdapat di sekitar kejadian tidak berfungsi saat ledakan terjadi. Di duga pelaku ledakan bom ini adalah salah satu teroris yang juga meledakan kantor kedutaan Inggris di Jerman sekitar dua bulan silam. Hingga saat ini belum diketahui jumlah korban secara pasti, namun diperkirakan ratusan orang tewas akibat ledakan ini.'


Tubuh Clay menegang saat melihat berita yang tersiar di salah satu saluran tv di kampusnya. Ia mendengarkan dengan baik setiap kalimat yang dilontarkan oleh pembawa acara. Tapi apakah pembawa acara itu benar-benar menyebutkan kota Valencia?

Ia yakin telinganya masih berfungsi dengan baik. Dan ia juga yakin ia mendengar pembawa acara itu menyebutkan kota Valencia. Dan dari tayangan yang ia lihat di layar, gedung-gedung yang sudah tidak asing baginya, semakin membuatnya yakin jika ledakan bom itu benar-benar terjadi di Valencia.

Dan tubuhnya semakin menegang saat mengingat percakapannya dengan Louis melalui handphone siang tadi.

'Aku ingin ke pusat kota dulu, ada suatu pekerjaan yang harus segera aku selesaikan. Aku akan menghubungimu lagi besok.'

Pusat kota. Ledakan bom itu terjadi di pusat kota sekitar satu jam yang lalu. Dan tiga jam yang lalu Louis bilang jika ia ingin pergi ke pusat kota. Itu berarti Louis sedang berada di pusat kota saat ledakan bom itu terjadi?

Refleks Clay menutup mulutnya memikirkan hal itu. Jantungnya berdegup sangat kencang, takut hal buruk terjadi pada kakak tirinya itu. Keringat dingin sudah memenuhi tubuhnya menunjukkan perasaannya yang sedang diliputi kegelisahan.

Sejurus kemudian, Clay langsung membuka tasnya, mencari sebuah benda berwarna putih, berbentuk persegi panjang yang tak lain adalah handphonenya. Dengan tangan yang bergetar, Clay menekan nomor Louis pada layar handphonenya. Ia mendekatkan benda itu di telinganya.

"Ahh...."

Clay mendesah kesal ketika hanya mendapati nada sambung yang memberitahukan jika handphone Louis sedang tidak aktif. Seakan tidak menyerah, Clay mencoba menghubungi Louis lagi namun hasilnya tetap sama. Bahkan sampai tiga kali ia mencoba pun Louis tetap tidak bisa dihubungi.

"Louis, jangan membuatku khawatir," gumaman kecil terus terlontar dari bibir Clay selama ia mencoba menghubungi Louis. Kakinya sudah melangkah tidak menentu arah seiring dengan fikirannya yang semakin tidak karuan.

Tutttt

Ini sudah percobaan ke-sembilan yang dilakukan Clay untuk menghubungi Louis, namun hasilnya tetap nihil. Clay semakin merasa gelisah. Ia sudah berdiri di depan gerbang kampusnya namun tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia yakin pasti Zayn sudah menunggunya di ruang musik sekarang. Namun apa pedulinya, yang ada difikirannya saat ini hanyalah Louis.

Ia tidak mau kehilangan orang yang ia sayang lagi. Tidak. Cukup kedua orang tuanya yang pergi meninggalkannya. Ia tidak bisa membayangkan jika Louis juga ikut pergi meninggalkannya. Karena hanya Louis lah satu-satunya keluarga yang ia punya saat ini. Walaupun hanya sebatas saudara tiri.

Seakan mendapat suatu penerangan, Clay kembali mendekatkan handphonenya ke telinganya. Namun kali ini bukan Louis lagi yang dihubunginya, melainkan satu-satunya orang yang ia fikir bisa membantunya saat ini. Sam.

"Hallo."

Suara seseorang di sebrang sana membuat Clay sedikit bernafas lega. "Oh God, Sam, akhirnya aku bisa menghubungimu."

"Ada apa, honey?"

"Apa kau sudah melihat berita di televisi? Terjadi ledakan di pusat kota Valencia dan sepertinya Louis sedang berada di sana saat ledakan terjadi. Aku sudah mencoba menghubunginya berkali-kali tapi handphonenya tidak aktif. Aku sangat takut terjadi sesuatu padanya, Sam," jelas Clay sambil menggit bibir bawahnya, kebiasaannya ketika gugup.

The Best RevengeOnde histórias criam vida. Descubra agora