61 - Kita lupakan semua

1.8K 162 0
                                    


Kita lupakan semua

Drew menemani Alin menangis hampir satu jam. Alin masuk ke apartemen dengan langkah gontai. Malam sudah cukup larut namun ternyata belum ada yang beranjak tidur saat Alin tiba. Melihat Alin masuk Hye Ri langsung bersiap melangkah ke kamar.

"Onni." Panggilan Alin menahan langkah Hye Ri.

"Bisakah kita lupakan semuanya? Aku tidak mau hubungan kita dingin seperti ini. Aku tahu aku salah karena tidak bisa menepati janjiku padamu. Janji untuk melupakan Juno.. Dan sekarang..." Alin berjalan lebih mendekat pada Hye Ri.

Ella, Eun Ji dan Yoo Jin ikut berdiri mengantisipasi apa yang akan terjadi antara Alin dan Hye Ri.

"Aku akan benar benar melupakannya."

"Entahlah, aku sudah sulit percaya padamu." Hye Ri menggeleng dan tersenyum sedikit sinis.

Alin berjalan lebih mendekat. Ia meraih tangan Hye Ri.

"Onni, tolong aku. Jangan seperti ini. Aku sudah melakukan semampuku. Tolong bantu aku." Alin terisak di depan Hye Ri.

"Aku yang salah membuat kita semua jadi seperti ini." Alin menoleh pada Yoo Jin dan memandang Ella dan Eun Ji bergantian. "Maafkan aku." Hye Ri tak bisa berkata apa apa. Dia masih tampak enggan untuk percaya kata kata Alin. Namun tangisan gadis itu membuat ia tak kuasa untuk akhirnya mengalah dan menghilangakn semua kemarahannya. Ia seorang pemimpin dan tidak seharusnya ia bersikap keras hati seperti ini.

"Baiklah. Aku juga minta maaf. Kita lupakan semua." Hye Ri mendekati Alin dan memeluk gadis itu. Ella, Yoo Jin dan Eun Ji mendekat dan kelimanya saling berpelukan. Alin menangis semakin keras. Selain karena ia lega dan gembira karena hubungannya dengan Hye Ri membaik, ia juga menangisi nasib cintanya dengan Juno.

Kata kata Juno terakhir tadi sebelum ia turun dari mobil benar benar melukai perasaannya.

***

What should I do? I really miss you!

Malam itu Alin merasa air matanya tak mau berhenti mengalir.

"Na eotteokhae?? Niga bogo sshipeojeo." (Aku harus bagaimana? Aku tetap merindukanmu) bisik Alin di sela isaknya. Dia menenggelamkan wajahnya dalam dalam ke bantal, menahan sekuat tenaga agar tangisnya tak terdengar oleh Eun Ji dan Yoo Jin.

"Onni," Eun Ji menarik selimut Alin. Dan sekejap Alin semakin menenggelamkan wajahnya yang penuh tangis di balik bantalnya. "Kamu mau pindahkan sungai Han ke sini?" sambung Eun Ji yang semakin membuat bahu Alin terguncang. Dia semakin keras menangis.

Yoo Jin bangkit. Dia tidak bisa membiarkan Alin terus menangis di kamar ini. Karena itu ia memaksa Alin untuk bangun. Meski susah dan harus setengah dipaksa dan dibujuk, serta perlu diberi peringatan tentang Hye Ri yang bisa saja mendengar tangisnya. Akhirnya Alin bergerak bangkit.

Yoo Jin mengambil syal tipis dan melingkarkannya ke leher Alin, memasangkan beanie ke kepalanya dan jaket rajutan ke tubuhnya. Alin hanya pasrah. Yoo Jin memberi tanda pada Eun Ji, dan sepertinya Eun Ji mengerti. Dia juga mengenakan atribut yang hampir sama. Alin yang masih menyisakan isak tak bisa membantah saat ditarik oleh Yoo Jin dan Eun Ji keluar. Mereka berjalan mengendap endap agar Ella dan Hye Ri tidak mendengar langkah mereka.

Ketiganya memasuki sebuah tempat karaoke (Noraebang) tak jauh dari apartemen. Di dalam ruangan berukuran 4x4m persegi dengan dilengkapi sofa setengah lingkaran dan TV plasma 32 inchi, Yoo Jin dan Eun Ji mulai sibuk mencari lagu dalam daftar yang sudah di sediakan. Yoo Jin menoleh pada Alin yang sibuk menyeka hidungnya yang berair, ia menyerahkan daftar lagu pada Alin. Dengan dagunya Yoo Jin memberi tanda agar Alin memilih salah satu lagu di sana.

INORE  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang