04. Bersama Dika & Teman-temannya

341 63 28
                                    

Rabu siang itu kalau bukan karena Dika yang memaksa serta merengek meminta Olin menemaninya makan siang, gadis itu mungkin tidak akan menyentuh makanan seharian. Sejak dua hari yang lalu, Olin sangat sibuk. Pekerjaan kantor yang menumpuk, belum lagi dia tengah mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi. Waktu luang dia habiskan hanya untuk menatap layar laptop hitam kesayangannya sambil ditemani lagu-lagu yang sebenarnya sudah diputar berkali-kali. Gadis dua puluh tiga tahun itu, sama sekali tidak peduli dengan hal-hal lain, contohnya dia sampai tidak sadar jika baterai ponselnya sudah berwarna merah. Dia bahkan tidak menyadari kalau Dika sejak satu jam yang lalu sudah menunggunya di loby untuk mengajaknya makan siang bersama.

"Be, mau cari tempat makan yang lain aja?" Dika menawari, tapi langsung dijawab gelengan oleh Olin. Laki-laki yang baru saja mendapat kenaikan pangkat itu menghembuskan napas kasar, kemudian merebut ponsel yang sedang dimainkan oleh gadis di depannya tersebut.

"Simpan dulu ponselnya, nanti makanannya keburu dingin," titahnya. "Jam makan siang bentar lagi habis, tapi kamu belum makan apa-apa sejak tadi. Kalau maag kamu kambuh atau yang paling buruk kamu jadi kurang gizi, gimana?"

"Dika, nggak usah lebay kayak gitu, deh. Kamu mah selalu hiperbola!" Tukas Olin yang disambut dengan cengiran khas oleh Dika. "Oh, iya! Kamu ada power bank nggak, Bo? Aku pinjam dulu, boleh?"

Dika mengerutkan dahi, "Tumben banget, kamu lupa ngisi daya apa gimana?"

"Kok malah balik nanya, sih? Kenapa nggak langsung jawab aja, bawa apa enggak, boleh apa nggak," protes Olin.

Sontak, Dika terdiam. Sepertinya ini sudah mendekati tanggal-tanggal menjelang haidnya Olin, makanya gadis itu mudah sekali marah.

Olin bicara lagi, "Aku lagi pusing banget akhir-akhir ini, Bo. Kerjaan lagi banyak, masih nyari beasiswa juga buat lanjut sekolah, dari tadi aku nggak peduliin hal-hal di sekitarku. Itu pun kalau bukan Teh Euis yang bilang, mungkin sampai pulang pun aku nggak bakal tahu kalau kamu nunggu selama itu."

Entah kenapa Olin mendadak merasa bersalah karena sudah berbicara dengan nada yang lebih tinggi kepada Dika. Meski sebenarnya ini bukan pertama kali, tapi tetap saja dia takut membuat cowok itu tersinggung. Olin merasa seharusnya dia tidak perlu melampiaskan semuanya kepada Dika, kasihan cowok itu selalu mendapatkan omelan darinya hamper setiap kali mereka bertemu.

"Maaf ya, kamu pasti kesal karena aku selalu kayak gini dari dulu. Suka marah-marah nggak jelas gini," ujar Olin.

Melihat Dika hanya diam dengan kedua tangan yang terlipat di atas meja, Olin melanjutkan, "Selain itu, ini udah mendekati jadwal haidku, jadi aku kayak sensi terus."

"Ya ampun, Be. Kamu ini kayak baru pertama kali aja kayak gini, udahlah santai aja."

"Berarti aku udah sering banget, ya, kayak gini sama kamu?"

"Yaa, nggak gitu juga maksudku," sangkal Dika.

Belum sempat menyahut, Olin terpaksa menutup rapat mulutnya kembali karena ponsel Dika berdering, pertanda ada satu panggilan baru saja masuk.

"Bentar ya, Be. Aku angkat telpon sebentar," pamit Dika buru-buru berdiri untuk menjawab panggilan yang entah dari siapa itu.

Sejenak setelah Dika berpamitan, Olin mulai menyentuh makanan di depannya sedikit demi sedikit. Beberapa kali matanya melirik ke arah Dika yang terlihat serius berbincang dengan seseorang di sebrang sana, sepertinya laki-laki itu baru saja mendapat laporan tugas baru atau mungkin hal lain semacam itu. Setahun belakangan ini, Dika sering bercerita kalau banyak sekali kasus yang dia tangani dan terakhir kasus yang Dika tangani adalah kasus besar suap yang melibatkan petinggi salah satu instansi penting. Berkat keberhasilan menangani kasus tersebut, dia dan dua orang lainnya mendapatkan promosi kenaikan pangkat. Dari yang Olin tahu, sebelum sampai di tahap ini, Dika pernah di tempatkan di Sabhara yang memiliki tugas pengamanan masyarakat seperti demo atau kerusuhan, tak jarang juga disuruh patroli kalau diperlukan.

Sekala Dalam Cerita | Kim Mingyu√Where stories live. Discover now