10. Kolase Rencana Semesta

262 34 16
                                    

"A Njep, ini Teh Olin wassap Darel. Katanya, A Njep pulang dinas nanti diminta Teteh mampir ke apartemen, terus Teteh juga ada nitip barang yang ketinggalan di rumah," sahut Darel terburu-buru.

Si bungsu dari keluarga Jamaludin itu baru saja keluar dari kamarnya lengkap dengan seragam sekolah dan tas ransel yang biasa dia gunakan. Hari ini Darel bangun sedikit terlambat daripada hari-hari sebelumnya, mungkin efek semalam marathon menonton anime series favoritnya.

 Hari ini Darel bangun sedikit terlambat daripada hari-hari sebelumnya, mungkin efek semalam marathon menonton anime series favoritnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Begadang terus setiap malam nggak baik untuk otak bikin cepat lupa," singgung Elena. "Apalagi kalau begadangnya buat main game, nonton film, nongkrong, dan semacamnya." Ucapan Elena tadi dihadiahi tatapan sinis oleh Jeffrey yang juga baru saja bergabung di meja makan.

"Kayak nggak pernah muda aja Ibu tuh!" decak Jeffrey. Ia mewakilkan Darel yang juga ingin menyahut dan membantah ucapan ibunya tersebut.

Sementara itu, Jamal terkekeh. Suasana seperti ini memang sering terjadi hampir setiap hari, apalagi jika Olin juga ada di rumah, keributan kecil seperti ini sulit untuk dihindari. Dia bersyukur Jeffrey akhir-akhir ini lebih sering tidur di rumah daripada di apartemen, karena dengan begitu Gino tidak terlalu kesepian.

"Adek, memangnya Teh Olin mau titip apa sama A Njep?" tanya Jamal kepada Darel, membuat cowok itu teringat sesuatu. Ingatan yang membuatnya bergerak cepat membaca kembali pesan yang dikirim oleh Olin semalam.

"Kata Teh Olin, minta tolong buat bawa kerudung warna coklat milo, baju yang warna biru langit, sama celana warna putih tulang," jawab Darel tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Teh Olin bilang, cari aja semuanya di lemari tapi jangan diberantakin, terus kalau salah ambil harus taruh barangnya rapi kayak semula."

"Ada lagi nggak?" tanya Jeffrey.

"Satu lagi," ujar Darel cepat. "Kata Teh Olin, pokoknya harus ketemu!"

"Halah, gitu doang mah ketemu belum lima menit juga," tantang Jeffrey. Sejak kecil dia sudah sangat hapal kebiasaan kembarannya itu, dan menemukan ketiga barang yang diminta Olin tadi sepertinya akan cukup mudah.

"Bu, minta tolong buatin Jeffrey bekal tapi jangan banyak-banyak, biar Jeffrey nggak beli makan di luar," ujar Jeffrey.

"Tumben banget kamu," cibir Elena. "Pasti ada maunya ini mah. Iya, kan?"

"Nggak, Bu. Tapi....." Jeffrey menggantungkan kalimatnya, "Boleh nggak, Bu, Jeffrey pinjam dulu serratus. Nanti besok Jeffrey ganti, hehe."

Elena menarik napas panjang. Saat Jeffrey tertawa, ia tersadar bahwa anak sulungnya itu sangat mirip dengan ayahnya walaupun jika di bilang seperti itu, Jeffrey selalu mengelak dan mengatakan bahwa dirinya jauh lebih tampan dari ayahnya, Jamal. Meski terlihat sudah dewasa dan gagah dengan seragam coklat kebanggannya, di matanya Jeffrey masih sangat menggemaskan seperti anak-anak.

"Eh, Dek," panggil Jeffrey. "Tanyain ke Olin, milonya berapa sendok?"

"Hah?"

Jeffrey memberikan cengiran lebar, "Katanya suruh bawain kerudung warna cokelat milo. Nah, milonya berapa sendok?"

Sekala Dalam Cerita | Kim Mingyu√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang