Bab 8

68.5K 2.9K 27
                                    

Rasyid tersenyum sekedarnya ketika melihat seorang perempuan yang sedang melambai-lambaiķan tangannya kearahnya,Winda Atmaja namanya.Gadis itu menunggu Rasyid dibandara Adi sucipto,Yogyakarta bila tahu tentang kedatangan Rasyid untuk melihat proyek baru yang akan berjalan.Rasyid berjalan ceoat menuju Winda yang cantik memakai pakaian kerjanya yang fashionable.Rasyid tersenyum lagi dan matanya tidak berkedip memandang penampilan Winda."Kita mau kemana dulu tuan Rasyid?"tanya Winda."kita ke lapangan proyek dulu"jawab Rasyid sambil memakai seatbealt.

Rasyid tidak menyangka kalau wanita disebelahnya ini adalah seorang pimpinan proyek baru di perusahaannya.Seorang wanita yang tangguh bisa memimpin suatu proyek yang biasanya dipengang oleh kebanyakan pria.Mungkin bisa disandingkan dengan ibunya,Nyonya Ambar."Kamu orang sini?"Rasyid memulai percakapan."Tidak.Saya orang surabaya.Ketika usia saya 9Th,orang tua saya pindah kesini.Setelah itu saya sekolah menengah di jogya,kemudian sambung belajar di UI,Jakarta".Panjang lebar Winda memberikan penjelasan.Rasyid hanya mengangguk ketika mendengar penjelasan Winda.

Suasana kembali sepi.sesekali Rasyid memandang Hpnya.Mengapa dia tak menelfon.Apakah semuanya baik?Rasyid memandang keluar.Fikirannya tidak mengarah ke proyek baru yang ingin dilihat.Tidak juga kepada wanita yang ada disebelahnya,tapi Aisya yang ada dipikirannya.Beberapa hari setelah peristiwa itu,Rasyid membekikan Hp untuk digunakan Aisya.Rasyid cemas akan keselamatan dan kesehatan Aisya.Ingin sekali dia menujukkan gejolak perasaan yang semakin tidak menentu,mengganggunya.Tapi,dia tidak mau Aisya tahu tentang perasaannya,ego lelakinya masih berperan.

Rasyid tidak peduli persaan Aisya.Masih ada yang ingin dia kejar dan ingjn dia capai.Dia tidak mau Aisya menjadi masalah yang membuat segala keinginannya hancur berantakan.Aisya miliknya,suka atau tidak suka,Rasyid tidak perduli.Yang penting Aisya hak miliknya mutlak."Ehmm..Melamun saja tuan Rasyid,"tegur Winda.Rasyid tersenyum,Winda juga tersenyum.Manisnya senyuman dia.Hati Rasyid tetap nakal.Lupa seketika pada Aisya."Tuan Rasyid menunggu telefonkah?"Winda sadar akan tingkah laku Rasyid."Kalau dia tidak telefon,tuan Rasyidlah yang telefon dia.Apa salahnya sesekali mengalah".Winda melirik Rasyid yang masih tersenyum,lirikan Winda membuat Rasyid terpanah."Kelihatannya tuan Rasyid sedang bertengkar nih?Mungkin kekasih tuan Rasyid ingin dirayu,hal remeh mengalah saj tuan Rasyid.Tak rugi apa pun,nanti juga dia akan menjadi hak tuan Rasyid juga."Rasyid hanya tersenyum."Kenapa tersenyum saya tidak salah bicarakan?"."Tidak,kamu dari tadi bicara tidak memberi kesempatan saya untuk membalas untuk memberi penjelasan."Winda tertawa.Rasyid juga tertawa.Alangkah bagusnya kalau Aisya ikut tertawa seperti ini.Pasti wajahnya semakin ceria.kecantikannya semakin terlihat.Hmm...semuanya kesalahanku.susah jadi orang kaya,terlebih lagi menjadi anak sorqng Ambar Adiwijaya.

Setibanya ditempat yang dituju,Winda menjelaskan perkembangan proyek yang sedang dibangun.Rasyid memberikan perhatian penuh pada penjelasan Winda.Dia ingin membuktikan dirinya kepada ibunya bahwa dia mampu mengantikan tempat ibunya suatu hari nanti.Dia tidak mau hanya anak perusahaan saja yang dibawa kekuasaannya.Dia mau menjadi pimpinan tertinggi dari semua perusahaan yang dimiliki oleh almarhum ayahnya,yang sekarang dipimpin oleh ibunya.

Hampir menjelang malam,setelah melihat pembangunan proyek,Winda mengantar Rasyid ke Hotel tempat Rasyid menginap."Malam ini mau kemana?".Winda memulai perbincangan ketika memasuki mobil."Rasanya tidak kemana-mana ingin istirahat",jawab Rasyid.Winda diam dan menghidupkan mesin mobil."kalau tuan Rasyid berubah pikiran,telepon saya,boleh kita pergi,mana tau tuan Rasyid bosan di hotel seorang diri".Rasyid tersenyum dan mengganguk.Tapi fikirannya asyik pada Aisya.Dia ingin mendengar suara Aisya.Dia tahu Aisya benci padanya.Dia ingin memberikan ketenangan pada Aisya dengan tidak datang ke apartemen beberapa hari ini.

Rasyid tahu Aisya tidak nyaman jika ia berada di apartemen,Aisya menuruti semua perintahnya karena janji.Rasyid sadar,Aisya patuh karena takut,bukan hormat kepadanya.Biarkan dia sendiri untuk sementara ini.Malam ini Rasyid bertekad untuk menelgon Aisya ingin tahu kabar darinya.Hati dan pikirannya masih terbayang Aisya yang berada di Jakarta.Sedang apa dia?Melihat tv kah?Atau dia nyenyak tidur karena aku tidak ada bersamanya.Rasyid memandang hpnya.kenapa kau tidak berbunyi?cepatlah berbunyi.Manalah tau Aisya mau menelfonnya.Dia duduk ditepi tempag tidur dengan pikiran yang masih tertuju pada Aisya."Tak apalah,biar aku menelfonnya dia"Rasyid membuat keputusan.Dia menunggu dengan sabar.Hpnya sudah ditelinga,tapi tidak ada jawaban."Jaringan okey,tapi tidak dijawab.Kemana dia pergi?"Rasyid mulai marah,semakin marah ketika telefonnya tidak diangkat-angkat.Dia sudah berfikiran yang tidak-tidak.Mana tahu kalau Aisya keluar dan melanggar peraturan dan janji-janjinya.Rasyid termenung di sofa.

ISTRI BERASA SIMPANANWhere stories live. Discover now