Empat

5.4K 417 34
                                    

#IKnowYou

Kalau saja kaki Em tidak luka, Kongpob akan menyeretnya untuk ikut dengannya ke kampus malam itu.
 

'Sialan Em! Dia yang meminjam tugasku tapi tidak bertanggung jawab'
 

Dengan sisa-sisa kesabarannya, Kongpob harus menguatkan diri masuk ke gedung fakultas yang gelap gulita. Dia sendiri heran, kenapa lampu hanya dipasang di depan gedung fakultas? Harusnya lampu disetiap koridor juga dinyalakan!


Kongpob merasa dipermainkan Em dan Oak. Mereka bilang mau menemani dia ke kampus——tapi lewat telepon. Cih! Yang benar saja!

Orang gila mana yang merasa ditemani melewati gelapnya gedung hanya dengan suara temannya ditelepon? Ha!?

Seharusnya dia tak mengenal Em dan Oak sejak awal, tapi mau bagaimana lagi kalau takdir mempertemukan Kongpob dengan para penakut seperti mereka.

Kongpob teringat kembali cerita Tiw tentang hantu penunggu kampus, membuat dia bergidik. Dia akan cepat-cepat ke ruang kuliahnya di lantai 3 lalu pulang. Iya, ini tidak akan lama!

Kongpob menutup telepon karena harus menggunakan ponselnya sebagai penerang. Meskipun punya sikap tenang, Kongpob jelas bisa ketakutan seperti saat ini.

Kongpob bergerak cepat memasuki ruang kuliah 303—syukurnya dia langsung menemukan segepok kertas bertuliskan namanya di atas meja.

Tak menunggu lama dia segera keluar. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar keributan yang tak jauh dari tempat dia berdiri. Awalnya Kongpob panik, dia ingin berlari keluar gedung secepat mumgkin, tapi sahut-sahutan disana kini membuat dia penasaran.

Dengan sisa-sisa keberaniannya, Kongpob melangkah pelan mendekati ruangan—asal suara.

Ruangan itu tidak di kunci dengan rapat, ada celah yang terbuka sehingga suaranya terdengar keluar. Penerangan di dalam hanya menggunakan lilin yang diatur sepanjang ruangan, membuat nuansanya begitu sakral. Tapi agak seperti ritual menyembah setan juga.

Kongpob serius mengamati kegiatan di dalam sana dan sadar kalau orang-orang di dalam adalah para senior yang setiap hari bertemu dengannya di ruang ospek. Mereka tengah diberi pembekalan oleh seseorang yang berdiri di depan.

Yang paling menarik perhatian adalah, ARTHIT.

Dimanapun Arthit berada, Kongpob merasa pria itulah yang paling terang dan paling mudah ditemukan olehnya.

Kongpob sudah mulai mengenal Arthit, ia tau beberapa kebiasaan Arthit, ia menyukai semua ekspresi wajah Arthit, bahkan ketika Arthit membentak—Kongpob sadar dia ingin tersenyum dibalik rasa kesalnya.

Lalu saat ini, hanya diterangi cahaya lilin seadanya, penampilan Arthit tidak seperti biasanya, ekspresi Arthit—— apa adanya Arthit malam itu, sukses membuat Kongpob tak berhenti tersenyum. Arthit terlihat begitu manis dan mengemaskan. Tidak ada lagi si Arthit yang mengerikan, semuanya hilang karena wajah polosnya mendengar setiap nasehat dari senior mereka.
 

Beberapa saat kemudian, perkumpulan itu dibubarkan. Kongpob berusaha secepat kilat mencari tempat sembunyi, tak ingin di lihat oleh para senior.

Kongpob bersembunyi di balik meja dekat tangga sambil mengawasi senior-seniornya selesai menuruni tangga. Agak lama Kongpob menunggu hingga tak terdengar suara derap langkah, dia pun keluar dari tempat persembunyiannya. Namun siapa sangka, Kongpob terperanjat kaget karena perhitungannya salah. Tidak semua senior sudah pulang, masih ada satu senior yang baru keluar dari ruangan dan orang itu adalah Arthit.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesWhere stories live. Discover now