Dua Puluh Satu

3.2K 319 65
                                    

PERHATIAN: ini super absurd! Jangan marah kalau kalian menemukan hal-hal yang ga nyambung dari satu kalimat ke kalimat lain..
Tema chapter ini adalah, ABSURD 😂😂
Sekian.
___________________________

#WhenYouLoveSomeone
___________________________

Arthit tak menyangka dia akan bangun tidur dengan tubuh lemas tanpa tenaga. Tak ada alasan baginya bangun penuh semangat seperti biasa, tak ada hal menyenangkan yang bisa dilakukan di kampus seperti memberi ospek para maba. Semalam, semua susah payah, segala keluh kesahnya sebagai hazer--- sudah berakhir.

Rasanya hampa.

Tak akan ada lagi rapat evaluasi bersama tim hazer, tak ada lagi ruangan mencekam tempat mereka meneriaki para junior, tak ada lagi keluhannya mengenai kinerja tim ospek atau bahkan perkelahiannya dengan Kongpob.

Semua itu tak ada lagi, waktunya sudah usai.

Arthit berguling-guling di ranjangnya dengan malas. Dia tak ada semangat pergi ke kampus, dia mau tidur dan bangun besok pagi—lalu besok paginya dia mau tidur lagi dan bangun besoknya lagi, begitu hingga dia lelah dan tersadar kalau dia akan menghadiri acara wisudah teman-temannya.

Hayalan yang menyebalkan.

Arthit terlonjak kaget saat bunyi ponselnya memekakkan telinga. Ada panggilan masuk dari Bright, membuat dia mengernyit heran. Ini pukul 8 pagi dan Bright  menelponnya? Seorang Bright sudah bangun di jam 8 pagi??

Tapi setelah dipikir-pikir Arthit rasa dia tahu kenapa Bright menelponnya.

"Ada apa?"

"Hey sialan! Kau dimana?? "

Arthit menjauhkan ponsel dari telinganya, "ada apa bajingan?!" teriaknya di layar ponsel—kemudian meletakkan kembali benda itu di telinga.

"Hari ini kuliah Profesor Pirath dan kau belum datang juga?? Arthit, tugas makalahku ada di laptopmu brengsek!!"

Arthit mendengus sebal. Dunianya yang normal telah kembali.

Dia akan menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman super menyebalkan di ruang kuliah maupun tempat nongkrong. Dia akan menjadi Arthit yang di anggap paling labil dan manja meski aslinya dia tidak begitu, dia akan ke kampus dengan wajah normal dan akan tersenyum bahkan tak sungkan tertawa pada siapa saja yang menyapanya.

Itulah dunia normalnya sebelum kegiatan ospek berlangsung.

"Tugasmu di laptopku?" ulang Arthit nyaris terbahak, "mungkin maksudmu adalah tugasku yang mau kau salin, begitu?"

Bright tertawa datar, "aku tahu kau selalu paham maksudku, itulah kenapa aku sangat menyayangimu"

Arthit tergelak, "Mati saja kau brengsek! Kalau begitu jemput aku sekarang"

"Baiklah anak nakal, aku akan sampai asramamu dalam lima menit"

"Ya ya ya pembohong besar. Lima menit versimu selalu berbeda dari versi kami orang waras"

"Aku semakin sayang padamu.. Mau jadi pacarku, Arthit?"

"Enyah kau bajingan!" Arthit langsung menutup panggilan sepihak.

Temannya Bright itu memang ajaib. Sudah pemalas, tak bisa diatur pula. Tak heran kalau Arthit dan gengnya itu harus menanggung beban hidup tambahan yang disebabkan oleh pria berotak sengak itu.

Tapi sekarang Arthit jadi punya alasan ke kampus, bertemu temannya itu.

Arthit bangun dari ranjang empuknya, bergegas mengambil kaos yang sudah kering di jemuran yang ada di balkon.

[Republish] Another Story of: SOTUS the seriesWhere stories live. Discover now