13.

3K 533 130
                                    

SESAAT, oksigen seakan berhenti tatkala Yeri mendengar sebuah pengakuan Jungkook secara terang-terangan. Ya. Jungkook menyukai gadis itu. Hei. Itu normal bukan? Seorang lelaki mengakui perasaannya terhadap perempuan? Lantas, dimana letak kesalahannya?

Sebenarnya, secara keseluruhan, Jungkook tidak salah. Justru, pengakuannya tersebut membuat perasaannya menjadi sedikit lega. Setidaknya, bebannya sedikit berkurang setelah ini. Hanya saja, pengakuan tersebut justru salah timing.

Ya. Disaat Yeri masih memiliki hubungan dengan kakak kandungnya sendiri, Jungkook justru mengungkapkan perasaannya. Itu letak kesalahannya. Dan tentu, hal ini membuat Yeri semakin dipusingkan oleh Jungkook, dan tentunya perasaannya sendiri.

"Maaf." Hanya itu kalimat yang terlontar dari Jungkook. Padahal, banyak sekali kata yang ingin ucapkan kepada Yeri, namun rasanya bibirnya sudah kelu. Susah.

"J-Jungkook–"

"Tanpa lo kasih penjelasan pun, gue udah tahu jawaban lo apa." Jungkook kemudian bangkit dari kursi, dan menatap gadis itu lamat-lamat. "Maaf, gue terlalu lancang."

Yeri menggeleng lemah, kemudian tertunduk perlahan–menahan tangisnya agar tak pecah lagi. Dan hal itu tetap saja gagal. Ia kembali terisak.

"Dan permintaan lo itu..." Jungkook terdiam sebentar, memikirkan kata-kata untuk melanjutkan ucapannya. "Gue bakal ngejauh. Cukup sampai hari ini kita kenal. Cukup hari ini, gue bisa ngomong sama lo, dan cukup hari ini gue bisa ngabisin waktu bareng lo."

Lemas sudah kaki Yeri mendengar semua ucapan Jungkook. Sejujurnya, Yeri sendiri masih bingung terhadapa perasaannya sendiri. Disatu sisi, memang Wonwoo lah yang berhasil mendapatkan hatinya terlebih dahulu. Namun, semenjak kekasihnya berubah, Jungkook hadir dan membuat Yeri merasa sedikit nyaman. Ingat. Sedikit.

Disaat dirinya butuh bantuan, Jungkook lah yang selalu hadir–tanpa diminta sekalipun. Terkadang, ia pula tak habis pikir. Mengapa Jungkook seperhatian itu pada dirinya?

Dan jawaban dari pertanyaan itu, sudah terjawab jelas.

Jungkook melongos, kemudian tersenyum getir kearah Yeri. "Udah, jangan nangis. Cukup hari ini aja gue liat lo nangis. Besok-besok jangan, ya?" Jungkook tertawa hambar setelah itu.

Baiklah. Jungkook akui semua ekspresi yang ia tunjukkan pada Yeri semuanya adalah palsu. Senyum dan tawa itu merupakan sebuah kesedihan bagi dirinya sendiri, dan Yeri tahu itu. Namun yang lebih  membuat Yeri tak mengerti, kenapa disaat seperti ini, Jungkook masih saja sempat-sempatnya tersenyum seolah tak terjadi apa-apa?

Yeri perlahan mendongak kembali, menatap wajah Jungkook yang teduh–seakan-akan memang tak bosan untuk dipandang.

"Langgeng sama Wonwoo." Jungkook menyahut pelan, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi meninggalkan Yeri sendirian di taman. Ya. Itu 'mungkin' adalah ucapan terakhir yang akan Yeri dengar dari Jungkook.

Sebelum hari esok datang.


 

  
  
  
  

****

   
    

 
 
  
 
 
Ujian Akhir Semester baru saja usai. Dan inilah yang sangat amat ia nantikan. Pekan olahraga. Sebenarnya, bukan hanya Jungkook saja yang menantikan hal tersebut. Namun, semua murid di SOPA juga jelas tak sabar dengan acara yang hanya akan diadakan setahun sekali ini.

Walau begitu, Jungkook sebenarnya sama sekali tak tertarik dengan lomba-lomba yang diadakan, seperti futsal misalnya. Ia sama sekali tidak tertarik untuk mengikutinya–meskipun Yugyeom sempat memaksa-maksa dirinya untuk menjadi perwakilan kelas. Dan pada akhirnya, si kacang kedelai hitam lah yang menjadi perwakilan kelasnya. Right. Siapa lagi kalau bukan Kim Mingyu.

ConfusedWhere stories live. Discover now