Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir

Bab 9 - Klarifikasi

49.4K 4.4K 83
                                    

"Iya, jadi kebayang dong keselnya saya kayak gimana sama dia? Cowok itu nyebelin emang, udah pacaran beda banget sama waktu PDKT-an."

Semua orang yang berada di sana tertawa mendengar gerutuan Adinda sementara Rama hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Luar biasa sekali akting wanita judes di sampingnya ini. Sejak tadi, ketika Rama selesai mengklarifikasi mengenai kesalahpahaman mereka, Adinda mulai menyuarakan kekesalannya dan mencaci Rama habis-habisan di hadapan wartawan. Wanita itu berapi-api ketika mengatakannya, seolah-olah memang ia sangat kesal pada Rama. Bukan hanya kata-kata Adinda saja yang mengganggunya, kadang wanita itu juga memukul pahanya, atau mencubit lengannya dengan gemas.

Mendalami peran sih ya boleh saja, tapi tidak begini juga.

"Kalian masih marahan ya?"

"IYA LAH!" teriak Adinda dengan kencang.

Beberapa orang tertawa sementara Rama memejamkan mata. Ini semua gara-gara Bagus. Semua gara-gara ide Bagus yang membuatnya harus dipermalukan seperti ini.

"Jadi, itulah kenapa mbak Adinda nggak terlihat mesra sama mas Rama?"

'Mau mesra gimana? Si Adinda nggak mau gue pegang-pegang, bahkan tangannya doang'.

"Saya masih kesel mbak sama dia. Kemarin tuh dia kasih saya bunga, saya lemparin ke mukanya. Abisnya kesel, kalau cewek lagi kesel harusnya kan dibiarin dulu, biar tenang dulu, baru dikasih ini itu."

Rama menimpali, "Mbak, dulu dia kesel dan saya biarin dia tenang tapi saya malah dimarahin, katanya kalau cewek kesel itu dibujuk kek, diajak kemana kek, biar keselnya ilang. Sekarang beda lagi. Duh, cewek mah begitu ya? isi kepalanya bener-bener nggak bisa dimengerti sama sekali."

Seisi restoran tertawa atas kefrustrasian Rama.

"Tapi kalian tidak memutuskan untuk putus?"

JEDER! Pertanyaan itu tak pernah terpikirkan sama sekali oleh Rama. Rama menelan ludahnya, sementara Adinda sudah tersenyum dengan lebar, ia membuka mulutnya untuk berbicara, "Kita memu—"

"Kemarin dia nggak saya kabarin aja sampe nangis-nangis bikin heboh se-Indonesia, gimana kalau saya putusin?" canda Rama.

Adinda mengerucutkan bibirnya. Mau banget ya, si Rama jadi orang penting yang membuat seseorang sedih saat berpisah dengannya?

"Lupa dia, siapa yang bujuk-bujuk sampe bawa bunga dan voucher belanja. Emangnya aku bakal luluh? Nggak semudah itu!"

Sekarang, restoran Rama jadi bukan seperti tempat press conference seperti pertama kali ketika mereka mulai, tetapi menjadi tempat berbincang-bincang ringan mengenai hubungan Adinda dan Rama.

Karena Adinda masih kesal dengan Rama, memarahi Rama adalah satu-satunya fokus dirinya sejak tadi sementara Rama hanya bisa tersenyum, membelalakkan matanya, tertawa, dan kemudian menyanggah sesekali.

Bagus yang memperhatikan mereka berdua tertawa dengan geli, "Dih, tahu gini nggak bakalan gue briefing tuh mereka."


***


"Selesai juga," ucap Adinda dengan lega. Restoran sudah kosong, para wartawan itu sudah pergi setelah dijamu oleh Rama.

Iya. Selesai, selesai dan meninggalkan citra buruk bagi Rama. Setelah ini Rama yakin kalau para ibu-ibu di luar sana akan berpikir berjuta-juta kali untuk mempertimbangkan Rama sebagai menantunya.

Ingin sekali ia berteriak di depan wajah Adinda, hanya saja ... bagaimanapun kesalnya dia, Rama tak bisa menampik kenyataan bahwa Adinda telah membantunya.

icon lock

Tunjukkan dukunganmu kepada Kupukupukecil, dan lanjutkan membaca cerita ini

oleh Kupukupukecil
@Kupukupukecil
Bagaimana jika seorang yang terbiasa dengan menyentuh bertemu dengan...
Beli bab baru cerita atau seluruh cerita. Yang mana pun itu, Koinmu untuk cerita yang kamu sukai dapat mendukung penulis secara finansial.

Cerita ini memiliki 55 bab yang tersisa

Lihat bagaimana Koin mendukung penulis favoritmu seperti @Kupukupukecil.
Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang