Chapter 22 : Veve Tidak Takut!

2.5K 200 22
                                    


Karena kejadian di lapangan hari ini, Veve harus rela datang terlambat di pelajaran pertama.

Sebelum mengetuk pintu, ia menghela napas berat.

Murid dan guru yang baru saja memulai pelajaran menoleh ke arah pintu.

"Masuk," sahut guru yang sedang mengajar.

Veve yang mengetuk pintu tersebut masuk ke dalam kelas.

"Pak, maaf saya terlambat masuk," ucap Veve.

"Iya, silahkan duduk."

"Makasih, Pak."

"Kamu kenapa bawa bunga?"

"Ah, ini ... Ini titipan, Pak," jawab Veve.

"Titipan cinta dari Dio," sahut anak-anak di kelasnya memicu suara sorakan yang riuh membuat Veve menunduk malu.

"Diam! Veve segera duduk!" Veve mengangguk dan duduk di bangkunya.

🍦🍦🍦

Suara bel istirahat menggema. Membuat para siswa-siswi yang sudah kelaparan segera berhamburan menuju kantin.

"Ve." Rey menyentuh bahu Veve.

Veve menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.

"Lo sampai kapan diemin gue gini?" tanya Rey dengan nada sendu.

"Gue nggak ngrasa diemin lo tuh?" sewot Veve.

Rey mengembuskan napas berat. "Tadi pagi lo terima Dio jadi pacar?" tanya Rey lagi.

"Apa urusannya ya sama lo? Gue jadian atau nggak itu nggak ngaruh sama kehidupan lo, kan?" ucap Veve lalu berdiri dan meninggalkan Rey.

Veve terlonjak kaget saat melihat Dio berada di depan kelasnya dengan tangan dilipat di dada dan bersender di tembok.

"Dio?" panggil Veve.

"Eh, bidadarinya Dio udah keluar kelas," ucap Dio lalu berdiri tegak.

"Lo ngapain?"

"Nungguin sang pujaan hati, biar bisa ke kantin bareng."

"Lo nungguin gue? Dari kapan? Siapa yang nyuruh lo? Dan emangnya gue mau ke kantin sama lo?"

"Iya. Gue nungguin lo, nggak lama sih, baru setengah jam doang, ini kemauan gue sendiri, sebagai pacar yang baik, gue nggak pengen pacar gue ke kantin sendirian, dan lo harus mau karena gue nggak terima penolakan."

"Gue-"

"Jangan kelamaan deh, keburu bel masuk," tukas Dio, menggenggam tangan Veve, dan berjalan ke kantin.

"Tangan lo lepasin!" bisik Veve saat melihat banyak yang memerhatikannya.

"Nggak akan. Ntar lo kabur."

"Gue nggak akan kabur, tuan pemaksa!" bisik Veve geram.

Dio menoleh ke Veve. "Tuan pemaksa?"

"Iya, lo tuan pemaksa! Lo nggak terima penolakan, kan?"

"Oke, gue emang pemaksa dan lo pacar gue. Lo duduk sini dulu ya, gue pesenin makan dulu."

Veve mengangguk dan duduk. Sambil menunggu Dio, ia mengeluarkan ponsel dan mengotak-atiknya.

"Heh!" Tiba-tiba seseorang menggebrak meja Veve yang membuat Veve hampir menjatuhkan ponselnya.

Veve mendongak dan melihat Sherly yang menggebrak mejanya. Ia menatap geram Sherly.

"Heh, lo itu pakek pelet apaan sih? Sampe Dio bisa-bisanya jatuh cinta sama lo!" bentak Sherly. Tatapan siswa-siswi di kantin pun melihat ke arah mereka berdua.

Ice Cream Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang