7

16.9K 2.2K 82
                                    

Mobil merah menyala melaju kencang menuju kediaman orang tua Jetro. Daddynya -Jovan Achiless memintanya untuk menemui.

Tak butuh waktu lama Jetro sudah sampai di rumah bergaya Yunani itu. Dia langsung menuju ruang kerja di mana Jovan sudah menunggunya.

"Pagi Dad."

"Pagi Jet."

"Apa aku mengganggumu?"

"Enggak, Dad. Jet baru selesai joging. Ada apa Daddy memanggilku?"

"Kamu sudah dengar pertunangan Jazco dan Lily?"

"Ya."

"Kamu tahu akibatnya bukan?"

"Ya, sahamnya akan jauh lebih banyak dibanding saham yang kumiliki jika mereka akhirnya menikah. Tapi itu bukan halangan, Dad. Jet bisa mengatasinya."

"Daddy pegang kata-katamu."

"Jet akan berusaha yang terbaik. Lagipula Daddy tetap jadi pemilik saham terbesar di J Group, bukan?"

"Bukankah dulu kamu yang bilang sendiri bahwa kamu akan di atas tanpa kekuasaan yang Daddy miliki?"

"Ya, Dad. Jet akan mengurus hal ini. J mall akan selalu di tangan Jet."

"Daddy selalu suka sikap optimismu."

"Oh ya, Daddy bertemu Pak Hermawan kemarin. Dia mengajak kita makan malam. Anaknya yang baru menyelesaikan study pulang."

"Daddy saja. Jet nggak mau melakukan hal yang sama dengan seseorang demi sebuah jabatan."

"Daddy tahu akan mendengar jawaban seperti itu. Tapi makan sianglah di sini."

"Sorry, Dad. Jet sudah ada janji."

"Ini hari Minggu, Jet. Berhentilah bekerja."

"Ini bukan urusan kerjaan, Dad. Lagipula bekerja di hari libur itu aku mencontoh dari orang tua yang sekarang sangat sukses dan memiliki anak yang luar biasa hebat," balas Jet dengan senyuman lebar lalu mereka tertawa bersama.

Dalam perjalanan pulang Jetro mampir di salah satu warung bebek goreng. Memesan beberapa menu untuk makan siang. Saat menunggu pesanan bayangan Jenia membuatnya senyum-senyum sendiri.

Tingkah Jenia cukup membantunya sedikit rileks dari penatnya pekerjaan. Semakin di atas seseorang maka tanggung jawab dan usahanya pun lebih besar. Seperti yang dialami Jetro. Semua waktunya hanya dia lakukan untuk pekerjaan hingga perempuan yang dulunya dia cintai memilih pria lain yang memiliki lebih banyak waktu.

Jetro mendengus mengingat bagaimana nasib buruk percintaannya. Pacaran lebih dari tujuh tahun kalah oleh ujian waktu. Benar kata orang, kesuksesan pekerjaan tak akan bisa selaras dengan kesuksesan percintaan. Akan ada salah satu yang kalah, tergantung orang itu lebih memprioritaskan yang mana. Jetro memilih pekerjaannya. Maka percintaannya kandas, Lily memilih seseorang yang memiliki banyak waktu untuk bersama.

"Silakan pesanannya, Pak."

"Ok, terima kasih."

My Lovely BossWo Geschichten leben. Entdecke jetzt