FOUR

58.2K 7.4K 542
                                    

"Good morning Max," Karissa Fenty Warprakasa memanggil teman kecilnya, lalu dengan cepat berkata kepada Jo, "Thanks ya Jo." Jo menyadari kata-kata dan tatapan Karissa yang menginginkannya untuk pergi dari tempat duduknya.

"Sorry," kata Jo dan ia pun berdiri mengambil tasnya. Jo mengambil tempat duduk dibelakang Max sementara Max membalikkan badannya dan bertanya, "Kok lo pindah?"

"Kan tempat gue Max. Jo kan selalu dibelakang kita duduknya," ujar Karissa.

"Lo balik dari Melbourne just to finish grade twelve di Indonesia?" tanya Max kepada Karissa.

Karissa dengan ceria berkata, "Gue bosan di Melbourne dan gue kangen kalian. Ya kan Jo? Hidup lo nggak menyenangkan tanpa gue?" Karissa membalikkan badannya dan menatap Jo.

"Yeap, nggak menyenangkan. Nggak ada yang berisik," Jo berkata dengan senyum yang ia paksakan. Karissa lalu bertanya kepada Max dan Jo, "Lo berdua masih sering taruhan konyol ya pasti?"

"Maserati-nya Max Selasa depan milik gue."

Max tersenyum dan berkata, "Audi barunya Jo milik gue Selasa depan."

"Woah, chill guys. Are you guys serious?" Karissa menunggu hingga kedua temannya menjawabnya. "Kita serius Sa," jawab Jo kepadanya mewakili Max.

Karissa mendengus, "Gila ya lo pada. By the way, malam ini lo pada ke rumah gue kan?"

"..." Tidak ada dari keduanya yang menjawab.

"Jo?" tanya Max yang menunggu jawaban dari Jo.

"Ngapain?" Jo bertanya kepada Karissa.

"Bonyok gue akan mengadakan small cocktail party malam ini. Kan anak bungsunya, moi, akhirnya pulang," balas Karissa. "Datang ya, gue yakin bonyok lo juga pasti datang karena mereka diundang. Apalagi orangtua lo Max."

Pada saat itu Bu Susi memasuki kelas dan pelajaran pertama dimulai dengan cepat. Tiga jam kemudian bel istirahat terdengar dan semuanya dengan cepat menutup laptop mereka. Jo sama sekali tidak memerhatikan bunyi bel tersebut karena ia terlalu sibuk melihat layar laptop-nya yang masih terbuka. "Gue sama Max mau makan ke kafetaria, mau ikut Jo?"

Jo menggeleng-gelengkan kepalanya. "Duluan aja."

Karissa dan Max berjalan keluar dari kelas, meninggalkan Jo sendiri sibuk dengan apapun yang ia kerjakan di laptop-nya. Karissa yang merasa begitu senang Jo meninggalkannya dengan Max, berjalan dengan cepat menyamai langkah Max yang terlihat santai. Beberapa mata memerhatikan mereka dan Karissa menyukainya.

Dirinya dan Max. Seharusnya memang seperti itu. Sekarang ia akan memastikan semua orang melihatnya. "Max, jadi gimana kabar lo selama gue pergi?"

"Baik," jawab Max dengan jawaban singkat. Typical Max.

"Nggak kangen sama gue?"

"Udah lama kita nggak pergi fishing. Minggu depan mau?" tanya Max kepada Karissa. Dulu mereka bertiga sangat menyukai memancing karena ayah Karissa memiliki danau yang sangat luas dibelakang rumah mereka. Ketika Karissa pindah ke Melbourne, mereka sudah tidak pernah lagi memancing.

Karisssa tersenyum, "Boleh, gue udah lama juga nggak mancing." Max hanya mengangguk menanggapi kata-katanya, terpaksa Karissa mengajukan pertanyaan lainnya, "Sudah apply untuk US?"

"Sudah."

"Harvard?"

"Maybe."

"Kok gitu?" tanya Karissa mencoba untuk memperpanjang pembicaraannya dengan Max.

"Kalau Jo nggak di Harvard, gue juga nggak."

"What?" Karissa tidak percaya dengan kata-kata Max. "Lo berdua udah gila?"

"Gue taruhan sama siapa kalau dia nggak ada? Bosan."

"Lo suka ya sama Jo?" tanya Karissa. Kali ini ia benar-benar memberanikan dirinya. Ia ingin tahu siapa yang Max suka dan ia harap bukan Jo yang laki-laki itu pilih. Jangan Jo. Jo adalah teman baiknya dan Karissa sama sekali tidak ingin Max berada ditengah-tengah mereka.

Ketika ia meninggalkan Jakarta, empat tahun yang lalu, Jo dan dirinya bertengkar hebat karena Max. Pada saat itu Karissa sadar bahwa ia benar-benar cemburu dengan kedekatan Jo dan Max, ia tidak bisa menjadi orang ketiga di dalam pertemanan mereka. Sekarang, ia juga tidak bisa. Jangan Jo, ulangnya.

"Nggak mungkin gue suka Jo," jawab Max.

Ada sedikit kelegaan yang Karissa rasakan ketika Max mengatakan kata-kata itu, tapi ketika ia mendengar Max mengatakan kalimat berikutnya, ia menahan napasnya sendiri, "Karena gue suka Kasa, adik tirinya Jo."

"Sejak kapan?"

"Sejak Kasa menolak gue. Gue udah suka dia."

"Bukan Jo?" Karissa mengerutkan dahinya.

"Jo? Nggak mungkin Sa." 

EVERMORE | BLUE SERIES #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang