EIGHT

56.7K 7K 284
                                    

"Josephine, seingat saya ada peraturan di dalam kelas yang melarang kamu untuk mengenakan topi," kata Pak Sargasa guru matematika mereka. "Bisa kamu melepaskan topi kamu?"

Semua murid di dalam kelas membalikkan tubuhnya termasuk Max dan Karissa kearah Jo yang mengenakan topi hitam. Jo menunduk, tapi ia tidak melepaskan topinya. "Pak, saya ke ruang kepala sekolah saja ya."

Jo berdiri dari tempat duduknya, mengambil tasnya, tidak memedulikan semua orang yang menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya dan pergi keluar dari kelas. Jo berjalan menunduk menuju ruang kepala sekolah yang menatapnya dengan kasihan. "Josephine, ada apa?" Bu Lanny kepala sekolahnya menatap Jo tiba-tiba memasuki ruangannya.

"Saya memakai topi di dalam kelas Bu Lanny, saya harus berdiri dimana?" tanya Jo kepada Bu Lanny yang menatapnya dengan bingung. "Lapangan sekolah atau di depan ruangan Ibu?" tanya Jo yang ingin cepat-cepat mendapatkan hukuman yang sudah ia tahu.

"Josephine, I'm not that kind of headmaster yang akan menghukum muridnya tanpa alasan yang jelas, ada apa? Kamu seharusnya kelas Pak Sargasa bukan?" tanya Bu Lanny sekali lagi kepadanya.

"Iya, dan aku memakai topi Bu, jadi harus berdiri dimana?" tanya Jo sekali lagi.

"Josephine, I will call your mom mengenai hal ini, kamu tahu kan?"

"Iya, tapi aku akan menerima hukuman apapun Bu Lanny, so please, aku harus berdiri dimana dan aku akan menerima hukuman itu dengan..."

"Josephine, I'm going to ask you once again, ada apa? Dan kenapa kamu memakai topi di kelas?" tanya Bu Lanny sekali lagi dengan nada sabar.

Jo membuka topinya dan Bu Lanny menunggu hingga Jo menjelaskan apa yang terjadi dengan rambutnya yang semakin pendek. "Aku akan melakukan apapun, tapi jangan sampai..."

"Semua orang tahu kalau rambut kamu semakin pendek?" tanya Bu Lanny meneruskan kata-kata Josephine. "Siapa yang melakukan ini Josephine?"

"Aku tidak sengaja... memotongnya."

"Josephine, kalau sampai Ibu tahu di sekolah ini ada yang melakukan tindakan bullying..."

"Tidak," Jo menggeleng-gelengkan kepalanya. "Salah aku sendiri dan aku malu."

Bu Lanny mendesah karena ia tidak bisa melakukan apapun untuk memaksa muridnya untuk berbicara, "Kamu bisa berdiri di lapangan hari ini. Seharian Josephine, and I mean it. Kecuali kamu ingin mengatakan apa yang terjadi."

"Baik Bu," Jo berjalan kembali keluar dari ruangan kepala sekolahnya dan menuju kearah lapangan. Jo menaruh tasnya di pinggir, lalu mengernyit karena sinar matahari yang panas membuat matanya sakit dan tubuhnya berkeringat.

Ia melihat jam tangannya dan mendesah, dua puluh menit lagi waktu istirahat dan ketika semua orang keluar dari ruangan, mereka akan melihatnya ditengah-tengah lapangan terbuka. Jo memperbaiki letak topinya dan menghembuskan napasnya.

Dua puluh menit kemudian bel istirahat berbunyi, murid-murid mulai keluar dari kelas dan melihat Jo dari lantai kelas mereka. "Jo, kenapa lo ada di tengah-tengah lapangan?" beberapa temannya bertanya dengan penasaran.

"Itu Jo?" bisik-bisik mulai terdengar ketika murid-murid berjalan ke arah kafetaria untuk membeli makanan. "Ngapain ya? Dihukum?"

Jo tidak memedulikan semua kata-kata tersebut. Ia hanya ingin cepat mengakhiri hari ini. Jo tahu kalau ia tidak bisa terus memakai topi di dalam kelas, tapi hari ini ia tidak siap. Ia tidak siap untuk menunjukkan keadaannya seperti ini. Terutama kepada Max.

Hari ini Jo melakukan hal ini untuk satu hal: menghindari Max. Besok, Jo akan menemukan alasan lain untuk menghindari laki-laki itu, tapi hari ini, ia lebih rela berdiri di tengah terik matahari daripada berbicara kepada laki-laki itu.

Jo menghembuskan napasnya dan keringatnya sudah turun dari dahinya ke lehernya. Terlalu panas, pikirnya. Ia mulai tidak bisa melihat sekeliling lapangan karena terik matahari yang menyinarinya. Jo menghapus keringatnya dengan punggung tangannya dan sekali lagi menghembuskan napasnya. Jo memutuskan untuk menutup matanya, mencoba untuk memikirkan hal lain selain panas matahari yang membuatnya sulit untuk bernapas.

"Satu..." Jo mulai menghitung.

"Dua..." terlalu panas. Jo menutup matanya. Aku akan pingsan, itulah yang Jo katakan kepada dirinya sendiri.

"Ti..." sebelum Jo menyelesaikan gumamamnya ia sudah yakin ia akan terjatuh ke depan dan pingsan ditengah-tengah lapangan.

"I'm here, idiot. Gue disini, Jo."

Seseorang menangkapnya dan Jo sangat tahu siapa yang menyelamatkannya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EVERMORE | BLUE SERIES #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang