s e p u l u h

5.7K 1.3K 263
                                    

"Hah ini...rokok?"

Aku menatap horor batangan putih yang Rena sodorkan padaku.

"Lo ngerokok Ren?!" Aku beranjak dari sofa. Seketika, aku kembali teringat dengan hal terpenting dalam mencari teman di buku panduan itu.

HAL TERPENTING DALAM MENCARI TEMAN : Dilarang berburuk sangka terhadap temanmu. Yakinlah mereka mempunyai alasan tersendiri dalam melakukan apapun.

"Tunggu ... lo pasti punya alasan lagi untuk ini kan?" Aku menatap Rena masih dengan ekspresi tidak percaya.

Ekspresi Rena tidak dapat ditebak. Kemudian, Rena menaruh batangan putih itu di mulutnya dengan santai. Seolah itu bukan apa-apa.

"Ren?!" Aku berseru frustasi. Rena sendiri hanya mengendikkan bahu seolah berkata inilah-gue.

Rupanya seruanku didengar Mama yang tidak sengaja kembali ke lantai dasar. "Ada apa ini?" Mama menghampiri kami dan seketika matanya tertuju pada benda di mulut Rena.

"Rena?!" Astaga, Mama heboh seperti biasanya, dia pasti akan memarahi Rena karena--

"Ini kan favorit Mama sama Fiansa dulu!"

Hah?

Mama menerima batangan putih lainnya dari Rena. Membuat rahangku seketika jatuh. "Mama ngerokok juga?!"

Mama dan Rena menoleh bersamaan padaku yang perlahan mundur karena masih tidak mengerti. Sedetik kemudian, tawa Mama dan Rena memenuhi ruang keluarga.

"Ah ya, kamu pasti belom pernah nyoba rokok ... cokelat ini kan?"

HAH?

Aku yakin ekspresiku sangat priceless. Rokok? COKELAT?

"Gue sukses ngerjain lo!" Rena berujar santai sambil menunjuk wajahku.

"Iya, dulu Mama sama Fiansa bisa lengket kayak perangko sama amplop gara-gara Mama lupa bawa uang pas beli jajanan favorit ini di kantin sekolah!" Mama bercerita tanpa kuminta.

Aku menepuk dahi refleks dan melirik Rena.

"Mirip siapa yak?" kataku akhirnya setelah jeda yang cukup lama. Rena terkikik geli sambil menyodorkan sebatang 'rokok' lainnya padaku yang kusambut dengan ringan.

Tinggal Mama yang menatap kami bingung.

"Siapa emangnya?"

Aku dan Rena bersitatap lalu tertawa lepas.

Buku panduan itu tidak pernah salah. Terkadang, hanya pikiranku saja yang berlebihan. Mungkin karena aku jarang bersosialisasi. Aku jadi terlalu cepat menilai ucapan seseorang. Karena aku terbiasa sendiri.

Ya, buku panduan itu, tidak pernah salah.

***
PANDUAN BERSOSIALISASI UNTUK ANAK KUPER!
END

anis' note : halo! terimakasih banyak buat semua waktu yang kalian luangkan untuk membaca cerpen anis, cerita ini kudedikasikan untuk temen, namanya Dinda I, HAHA, nggak, dia nggak sekuper itu btw.

jangan lupa tinggalkan kesan dan pesan kalian untuk cerita ini, i'd love to hear that!

sampai ketemu di cerpen berikutnya!
cerpen coming soon : Nan Jauh di Antariksa

Antariksa punya sejuta mimpi-mimpi hasil imajinasi semua orang yang sengaja atau tanpa sengaja menginginkannya.

Kebahagiaan dan kesedihan. Satu banding satu. Seimbang. Tidak ada yang namanya berat sebelah, semua pasti pernah bahagia, tetapi semua pasti juga pernah merasa sedih, bukan?

Jadi, kuajak kau untuk menyaksikan itu semua, dari sudut yang tidak akan diketahui orang lain.

Bersediakah?

Panduan Bersosialisasi Untuk Anak Kuper! [END]Where stories live. Discover now