4. Quality Time

4.1K 433 339
                                    

Pergi jalan gak harus sama pacar kok, kita bisa pergi sama sahabat.

-Dz-

•••

Semenjak kejadian Dino menabrak Cicil dan menumpahkan jus di seragam Cicil. Hubungan mereka mulai merenggang, Dino dan Cicil jarang mengobrol bahkan menyapa saja tidak.

Shella dan Cicil sedang berbicara tentang sesuatu hal hingga mereka berencana akan melihat film di sebuah bioskop. Cicil mengajak Shella dan Shella akan menjemputnya sore nanti.

"Gue jemput jam empat sore ya, gimana?" Cicil mengangguk setuju dengan usulan Shella.

Shella dan Cicil sangat antusias akan meihat sebuah film ber-genre romantis yang baru saja keluar bulan-bulan ini. Cicil merasa jenuh dan otaknya sudah membutuhkan penyegaran. Mungkin dengan menonton film ini otaknya sedikit segar.

Cicil tengah menunggu Shella di kursi yang diletakkan Anin tepat di teras depan rumahnya. Sembari memainkan ponselnya dan membuka aplikasi instagram, Cicil mulai me-scroll down beranda pemberitahuannya. Betapa kagetnya dia saat Ari yang kemarin telah meminjaminya seragam sekarang me-follow-nya.

"Padahal dulu gue sempat di unfoll sekarang dia nge-follow lagi, follback gak ya?" tanya Cicil pada dirinya sendiri. Tak beberapa lama sebuah pesan masuk, ternyata Ari lah yang sudah mengiriminya sebuah pesan yang menyuruh Cicil untuk me-followback akun Ari.

"What? Kok ke love sih, haduh bagaimana ini?" tanya Cicil pada dirinya sendiri lagi-lagi.

Cicil dengan cepat menuliskan beberapa kata di tempat pengiriman pesan.

Maaf kepencet btw udah di-follback kok

Hehe, iya gak apa Cil :v

Aksi stalking foto di instagram berhenti ketika Cicil sudah mendengar suara klakson dari mobil Shella, Cicil langsung berjalan ke luar dan menutup pintu pagar rumahnya. Di dalam mobil, Cicil langsung memarahi Shella karena sudah telat beberapa menit untuk menjemputnya.

"Yadeh, yadeh maaf. Rumah Dino di mana?" tanya Shella setelah mendapatkan ocehan dari mulut Cicil.

"Noh lihat sendiri rumah warna merah menyala."

Shella melihat ke arah jari yang ditunjuk oleh tangan Cicil. "Wah, bagus banget rumahnya. Enak ya lo bisa punya tetangga yang ganteng kek Dino?"

"B aja, malahan gak enak punya tetangga aneh dan songong kayak tuh orang."

"Masih mending lah, gue malah punya tetangga kecebong-kecebong kecil yang nakalnya gak kira-kira banget."

"Tetangga lo katak?" jerit Cicil syok mendengar penuturan Shella.

"Bukan maksudnya tuh anak kecil kan kayak kecebong yang masih kecil-kecil gitu."

Setelah cukup berbincang-bincangnya, Shella menjalankan mobilnya dan membelah jalanan menuju ke sebuah bioskop yang berada di dalam sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota ini. Mengantri tiket dan memesan beberapa popcorn untuk menemani suasana menonton film saat ini. Setelah selesai menonton film, Shella dan Cicil keluar dengan wajah orang baru saja menangis, kedua orang itu masih terharu dengan jalan alur film yang sangat menyayat hati.

"Gila gue terharu sampai sekarang gue lapar banget," cicit Shella sambil mengelus perut ratanya yang sudah berbunyi agar segera diberi makan dan asupan.

"Laki-lakinya jahat banget masa dia selingkuh aduh baper gue, hehe iya laper."

Shella menarik tangan Cicil ke sebuah kafe yang ramai didatangi oleh kaum muda-mudi untuk sekedar menghabiskan waktu untuk makan, Shella langsung menyuruh Cicil untuk duduk di sebuah meja lalu dia pergi untuk memesankan makanan.

"Kita makan di sini aja, katanya sih masakannya enak dan kekinian." Cicil mengangguk mendengarkan penjelasan dari Shella. Shella sedang sibuk mengajaknya berfoto selfie berdua. Hingga muncullah laki-laki yang wajahnya sangat tidak ingin dipandang oleh mata indah Cicil.

"Kalian pada di sini? Gue boleh nebeng satu meja gak? Soalnya tempat lain udah penuh." Datanglah Dino beserta makanannya, dia datang dengan wajah songongnya itu, Cicil sangat muak.

"Wah boleh dong, silakan duduk Dino ganteng!" seru Shella dan Cicil langsung menatap tajam ke arah Shella dan Dino.

Shella meminta izin untuk ke kamar mandi sebentar mengangkat telepon dari Ibunya. Sekarang hanya tersisa Cicil dan Dino yang sedang sibuk memakan makanannya masing-masing. Dino menatap Cicil, Dino masih belum enak atas kejadian menumpahkan jus pada seragam Cicil waktu itu.

"Cil!"

"..."

"Cicil!" Dino sudah dua kali mencoba mengajak Cicil agar mau berbicara dengannya namun nihil hasilnya, Cicil masih keukeuh menutup mulutnya.

"Cil, gue mau minta maaf atas kesalahan gue, gue bener-bener gak enak sama lo. Maafin gue."

"..."

"Cil, dengerin gue dan jawab permintaan maaf gue, gue mohon!"

"Ya udah gue maafin, jangan teledor lain kali."

Mulut Dino terbuka dan matanya berkaca-kaca, dia sudah mendapatkan maaf dari Cicil, Dino dan Cicil saling melempar senyum dan melanjutkan memakan makanan masing-masing.

"Guys, maafin gue gak bisa ikut kalian habisin makanan ini. Ibu gue bilang nenek gue barusan masuk UGD dan gue harus cepetan ke sana, jadi gue pulang dulu ya. Cil, lo nanti pulang bareng Dino aja ya, ya Din, lo mau nolongin gue kan?"

Dino dan Cicil mengangguk. Shella menaruh beberapa uang untuk makanan yang telah ia pesan sekalian membayari makanan Cicil. "Cil, ini uang makanan lo sama gue. Gue pulang dulu, bye!"

Dino segera mengantarkan Cicil pulang ke rumahnya. Cicil berharap Bundanya tidak melihat dia yang baru saja diantar pulang oleh Dino, jika Anin melihat pasti Cicil akan digodain hingga pagi nanti.

"Makasee loh ya."

"Ye, maama." Dino lalu menjalankan motornya ke rumah sebelah Cicil. Cicil sedikit heran ketika Dino berkata "maama". Seorang laki-laki hitz mengatakan hal segeli itu. Batin Cicil tertawa.

•••

Saat Cicil masuk ke dalam rumah, dia dapat melihat Anin sedang mengintip di area jendela ruang tamu. Anin memasang wajah cengengesan lalu ia mencubit gemas dagu Cicil. Anin berjalan dengan gaya bak model lalu meninggalkan Cicil yang masih terpaku.

"Bundaa," jerit Cicil menyadari bahwa Anin baru saja mengintip kejadian yang baru saja terjadi antara dirinya dan Dino.

---------------

Salam sayang
Dzurrqa

DIFFICULTWhere stories live. Discover now