.03. SUARA

125 11 1
                                    

Aku, terlalu jatuh    

TIDAK lama setelah hari itu—hari dimana aku melihat dia pulang bersama seorang perempuan, sekaligus seangkot bersama mereka berdua—aku mendengar kabar dari siswa-siswi sekolahku bahwa mereka berdua telah menjalin hubungan. Dan sepertinya kabar itu bukan hanyalah gosip yang dibuat-buat, tetapi itu adalah fakta berdasarkan bukti. Seringkali aku tidak sengaja melihat mereka berdua di kantin, perpustakaan atau di lapangan basket. Mereka tertawa dan bercanda bersama dan terlihat sangat bahagia.

"Kamu nggak apa-apa kan, Gem?" aku hanya menggelengkan kepalaku.

Bohong jika aku bilang tidak apa-apa dan baik-baik saja. Jujur, baru pertama kali ini aku suka sama seseorang, ah ralat. Jatuh cinta pada seseorang. Tapi, apakah jatuh cinta memang sesakit ini? Atau aku yang terlalu dalam untuk jatuh? Ah, mungkin semua yang dikatakan Cece benar saat itu.

"Kamu benar naksir dia, Gem?" aku mengangguk antusias. Kala itu, sekolahku tengah mengadakan classmeeting. Dimana momen itu selalu diadakan setelah melaksanakan Ujian Akhir Semester. Saat itu, dia berjuang untuk memenangkan kelasnya. Dan saat itu juga, aku menyukainya saat dia berhasil menang dan mengembangkan senyuman lebar di wajahnya.

"Hushh! Jangan dilihatin terus, dia itu, udah ada pawangnya tahu."

Alisku mengkerut dan senyumanku memudar, apa maksud Cece kalau dia sudah punya pawang? Dia sudah punya pacar?

"Maksudmu? Dia udah punya pacar?"

Cece menghembuskan napas, "Bukan, tapi pacarnya lagi di jalan. Alias, masih jadi gebetan."

Aku hanya bergumam tanpa membalas lagi perkataan Cece. Kalau statusnya hanya gebetan dan bukan pacarnya, itu sih wajar. Aku masih punya kesempatan untuk deket sama dia.

"Aku sih nggak mau deh tuh cinta-cintaan gitu. Takut jatuh nantinya."

Kepalaku berhasil menoleh ketika Cece berujar seperti itu, "Kamu belum coba, tapi udah takut jatuh. Nggak semua jatuh cinta itu jatuh kali, Ce."

"Aku cuma mengantisipasi aja, aku nggak mau masuk jurang dulu kalau aku belum siap. Ketimbang aku belum siap terus tiba-tiba masuk jurang, gimana hayo? Siapa yang mau nolong? Sukur-sukur ada yang nolong, kalau enggak? Ya mau nggak mau diam dalam jurang itu sampai akhirnya ada yang bisa nolong. Kalau nggak ada yang nolong juga? Ya membusuk disana."

Begitulah sekiranya perkataan Cece sewaktu aku pertama kali memutuskan ingin jatuh cinta. Ternyata apa yang dibilang Cece itu ada benarnya. Aku sangat menyesal kenapa aku mudah sekali jatuh cinta padanya. Dan aku benci terhadap perasaanku yang terlalu jatuh pada dia.

Tapi,

Apa bisa seseorang ingin menentukan dirinya ingin jatuh atau tidak?

Ah! Sudahlah, aku sudah lelah dengan pembahasan cinta ini. Sudah ingin menutup buku harianku tentang dia.

BRUK

"Aw!" aku meringis kesakitan ketika seorang lelaki yang memiliki tubuh tinggi itu menabrakku dengan cukup keras di lorong perpustakaan. Aku berusaha bangun dari posisi jatuhku sampai akhirnya laki-laki itu membantuku berdiri.

"Lo nggak apa-apa? Sori, sori banget. Gue nggak sengaja."

Aku meniup-niup telapak tangan kananku yang berdarah Karena sempat bergesekkan dengan bangku yang ada di lorong sana.

"Tangan lo berdarah, gue anter ke UKS ya?"

Aku belum berniat untuk menoleh ataupun meng—iya—kan perkataannya. Kata Ibu, kalau masih bisa sendiri, nggak perlu bantuan orang lain, apalagi nggak sengaja.

"Ayo ke UKS." Ujar laki-laki itu sekali lagi. Aku pun menoleh ke arahnya lalu berkata, "Saya nggak apa-apa. Biar saya sendiri aja yang ke UKS. Lain kali, kamu kalau mau lari atau jalan hati-hati, liat sekelilingmu dulu ada orang atau tidak. Yaudah, saya permisi."

"Eh, iya gue minta maaf. Jangan gitu dong, ayo gue anter ke UKS." Laki-laki itu masih mencoba untuk membawaku ke UKS.

"Ayo." Ujarnya lagi ketika aku menoleh. Aku melepaskan tangan kanannya yang berada di tanganku pelan-pelan.

"Saya masih bisa sendiri. Terima kasih atas tawarannya, permisi."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 24, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SuaraWhere stories live. Discover now