My Heart is [still] Yours » l.p

2.7K 55 6
                                    

bacanya sambil dengerin lagi di multimedia ya :) kalau udah habis, diulang lagi xx.

***

"Mungkin semuanya benar," Danielle yang sedang terduduk ditaman dengan kekasihnya tiba-tiba membuka pembicaraan.

"Maksudmu semuanya benar apa?" Liam dibuat bingung dengannya.

"Hubungan kita. Ini semua gak berjalan dengan apa yang kita inginkan,"

"Tapi hubungan kita juga gak tergantung dengan apa yang kita inginkan, bukan? Haha sudahlah, Dani,"

"Aku serius. Bukan begitu yang aku maksud, Liam!" Danielle menaikkan suaranya.

"Lalu apa? Kamu mau semua yang udah kita jalanin, tersia-sia hanya cuma-cuma?" Yang mendengar ucapan Danielle dengan serius, Liam pun langsung duduk dengan tegak dan menatap pujaan hatinya dihapannya.

"Kamu sibuk! Kamu terlalu sibuk! Itu yang salah," Danielle langsung menatap lurus kedua mata milik Liam.

Mata Liam seketika melebar. Tak percaya dengan ucapan Danielle. "Mengapa kalau aku sibuk? Toh, bukan cuma aku disini yang sibuk. Kamu juga!"

"Tapi aku gak sesibuk kamu ngerti gak? Karna kesibukan kamu itu, kamu jadi lupa segala hal! Kamu lupa mengabariku, kamu lupa dengan janji kamu, kamu lupa dengan apa yang udah kita bicarakan sebelumnya! Segalanya kamu lupa! Dan kamu... kamu lupa dengan keberadaan aku disini," Butiran air mata pun mulai mengalir dari matanya.

"Benar begitu, Dani? Benar? Apa kamu ingat, saat itu waktu sesudah konser? Aku bela-belain diguyur dengan hujan hanya untuk menemuimu! Dan kamu tahu apa yang aku dapatkan saat sampai disana? Kamu gak ada! Itu yang maksud kamu, aku lupa janji?"

"Aku bukannya gak ada! Hanya saja aku letih menunggumu disana, sendirian, hanya ditemani angin yang lewat, di malam hari. Tiga jam aku menunggumu, Liam. Tapi kamu gak kunjung datang juga! Bukan hanya itu saja. Kamu menurunkanku dari mobil di malam hari, karna hanya urusan bandmu yang ternyata hanya mengabari bahwa di esok hari kamu harus merekam sebuah lagu! Lalu ada lagi. Ini kejadian yang masih membuat hatiku teriris-iris. Saat itu kamu janji sama aku bahwa kita akan makan malam untuk memperingati hari jadi kita yang kedua tahun. Aku sudah menunggu di restoran yang kamu beri lama. Aku seperti orang bodoh yang hanya melihati para tamu makan. Dan saat aku sms kamu 'kamu sedang dimana', kamu ingat kamu jawab apa? Kamu sedang menonton film dengan kawan-kawanmu itu! Sedih aku Liam, menunggu yang gak pasti itu sakit,"

"Maafkan aku, aku sungguh lupa saat itu,"

"See? Aku kira kamu akan berubah, aku kira kamu gak akan mengabaikan janji lagi, aku kira kamu gak akan egois lagi. Tapi aku salah. Aku capek Liam, sangat capek!"

"Aku sungguh menyesal, Danielle,"

"Dimana rasa kamu sebagai pacar aku? Sekarang siapa yang menyia-nyiakannya? Aku apa kamu!" Rintik hujan mulai turun, Danielle pun langsung berdiri dan masih menatap Liam dengan nanar.

"Maafkan aku, maaf aku... aku-" Mata Liam memerah, ia menatap ke bawah. Tak ingin Danielle tahu, jika dia menurunkan air matanya.

"Sudahlah, Liam. Aku gak butuh maafmu, karna kata 'maaf' disini udah gak ada artinya lagi,"

Hendak Danielle ingin pergi, Liam pun langsung menarik tangannya. Ia berdiri memandang Danielle dengan tatapan 'jangan pergi'. Sekarang pun tangisan mereka menyatu dengan air yang turun dari langit, juga pakaian yang basah. "Aku janji, aku akan memperbaiki semuanya. Aku janji,"

"Apa lagi yang kamu janjikan padaku?" Danielle memotong kalimatnya, melepaskan genggaman tangan Liam. "semuanya sudah cukup untukku. Lagi pula aku gak butuh janji, aku membutuhkan bukti,"

"Aku akan membuktikannya padaku. Please give me another chance,"

"Sudahlah, Liam. Semua sudah terlambat. Aku sudah cukup mengalah, kini giliran kamu yang mengalah untukku,"

"Mak-maksudmu?"

"Hubungan kita hanya sampai disini. Maafkan aku,"

"Tapi.. apa kamu serius? Kamu udah memikirkan ini dua kali? Sungguh, Danielle, ini yang kamu mau?"

"Maafkan aku, Liam,"

"Lalu jika kamu pergi, apa yang aku punya?"

"Kamu punya segalanya. Kamu punya keempat kawanmu yang menyayangimu, keluargamu yang baik dan para penggemarmu yang setia menemanimu kapanpun,"

"Tapi kamu adalah segalanya bagiku. Jika kata 'kamu' gak ada, lalu apa itu arti segalanya bagiku?"Mendengar ucapannya, tangisan Danielle pun langsung dibuat kejar. Ia memeluk Liam erat. Lelaki itu pun ikut memeluk tubuh mungil milik Dani.

Sebenarnya mereka masih mencintai satu sama lain, tapi pekerjaan mereka berdua lah yang membuat semua ini berakhir.

"Tapi aku gak bisa. Maafkan aku, Liam. kamu adalah hal termanis yang pernah masuk ke dalam hidupku yang pait," Danielle melonggarkan pelukannya lalu mencium bibir Liam dengan lembut sekilas.

Sebelum Danielle benar-benar pergi, Liam mengeluarkan sebuah kotak kecil dari kantungnya. "Tadinya aku ingin memberimu ini. Sebuah cincin yang akan mengikat cinta kita yang abadi. Aku ingin memberimu ini disaat bulan purnama sedang menyinari sinarnya yang rembulan, tapi sekarang perempuan yang ku cintai pergi,"

"Maafkan aku, Liam. Tapi cincin itu lebih pantas dipakai pada seseorang yang memang benar-benar memikat hatimu, bukan meninggalkanmu disini sendirian,"

"I still need you, Danielle. I want nobody, but you,"

Danielle memandang bootsnya, lalu kembali menatap Liam. "I love you to the moon and back, Liam." Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Liam lalu mencium pipinya. Dan pergi meninggalkannya sendirian.

"But I love you more than just to the moon and back, Dani."

THE END

astaga gilss buat yang baca ini maaf aneh bingitz heheheh dan maaf ya tik lama nunggu hoho. yang udah request ditunggu yaaaa xxx

SMOKE [One Shots]Where stories live. Discover now