Please? » l.t

524 21 4
                                    

HAII wilda! maaf lama ya karna kemarin pala penat gara-gara UN hehe. bytheway puter lagu di multimedia ya! xx

***

Sakit bukan, melihat orang yang kalian cintai, orang yang kalian sayangi, orang yang kalian 'kira' hanya milik kalian seorang, ternyata selama ini berbohong pada kalian?

Sakit bukan, melihat orang yang kalian cintai itu bergenggaman tangan erat banget, dengan kedua mata kalian sendiri?

Sakit bukan, pandangan dari orang yang kalian cintai yang seharusnya hanya untuk kalian sendiri, ternyata dibagi kepada orang lain?

Sakit bukan, jika memori itu terus berputar dalam otak kita?

Sakit bukan, menangisi orang yang belum tentu menangisi kita juga?

Sakit bukan, untuk merasakan sakit ini sendirian?

Itu yang aku rasakan. Pedih seperti terkena air panas yang tak kunjung reda.

Aku mengambil bingkai foto yang terisi oleh fotoku dengannya. Aku inget banget, saat ini kita sedang bercanda. Dan saat ini belum ada kepedihan yang terasa oleh hati ini. Hanya kasih sayang dan ketulusan.

"Louis, liat deh lucu banget ya anak kecil itu. Memandang lurus kupu-kupu yang bertengker dihidungnya, membuat matanya menjadi juling. Aduh aku rasanya pengen jadi anak kecil lagi deh," Aku langsung berpaling ke arah Louis.

"Kamu gak usah jadi anak kecil, juga udah lucu kok," Dia merangkulku dan mencium puncuk kepalaku. Aku pun hanya tersenyum malu.

Namun tiba-tiba dia berdiri dan bergegas meninggalkanku.

Dia bilang, sih ingin ke toilet sebentar. Tapi udah 10 menit gak kunjung dateng juga.

"Ih, dia kemana, sih?" Aku berdiri, celingak-celinguk mencari keberadaannya tapi aku gak ngeliat batang hidungnya.

"Aduh, Louis kamu ngerjain aku ya?" Aku bertanya pada diriku sendiri seraya berjalan pelan mencarinya, tapi tetep aja gak ketemu.

Saat aku ingin memutuskan untuk pulang ke rumah, tangan yang sangat lembut memegang tanganku. Aku membalikan badanku dan ternyata seorang anak kecil. Aku pun berjongkok untuk menyamakan tinggi kita. "Hey, anak kecil, ada apa?"

"Kakak yang namanya Wilda, kan? Ini ada bunga buat kakak,"

"Tapi dari sia Hey!" Tiba-tiba aja anak kecil itu lari tanpa memberi info yang jelas.

Setangkai bunga mawar buatku? Tapi dari siapa? Dan anak kecil itu tau darimana kalau ini buat aku?

Gak lama setelah itu seorang anak kecil lainnya pun menghampiriku dan terus berkelanjut dengan bawaan yang sama. Yaitu setangkai bunga mawar. Dan aku pun masih bertanya-tanya, apa mereka jangan-jangan salah orang?

Tiba-tiba penglihatanku jadi gelap gulita. Seseorang menutup kedua mataku. Ini pasti kerjaannya Louis!

"Louiss!" Aku mencubit pelan tangannya dan saat aku mendongak, dia langsung mencium keningku. Dia berputar untuk duduk disebelahku, namun aku langsung membelakangi dia.

"Jangan ngambek dong," Berani-beraninya dia udah salah tapi gak merasa bersalah! Malah colek-colek pipi aku lagi, ih.

"Iya deh aku ngaku aku salah. Sebagai permohonan maaf, hmm nih buat kamu," Mendengar ucapannya pun aku langsung berputar perlahan.

"Es krim?" Perlahan aku mengambil sebuah es krim coklat yang ada digenggamannya. "Dan juga sebuah bunga,"

"Jadi ini...,"

"Yap,"

Saat itu juga aku kembali tersenyum dan kami bercanda. Ia sesekali mencolek hidungku dengan es krim miliknya dan alhasil es krim yang seharusnya untuk dinikmati, tapi sekarang sudah merata dipipi kami berdua.

Aku gak bisa berhenti tertawa karna mukanya yang lucu itu. Tiba-tiba dia mengeluarkan handphonenya lalu dia merangkulku dan dia mengambil foto kita, disaat muka kita sedang belepotan dengan es krim? Duh!

Aku memeluk foto itu erat dan tangisanku pun makin menjadi. Namun tiba-tiba seseorang menelponku, segera ku angkat tanpa melihat siapa penelponnya terdahulu.

"Hallo, Wilda,"

Louis? Aku menjauhkan handphoneku dari telinga lalu ku letakkan kembali ke telingaku.

"Maafkan aku," Suarannya terdengar serak dan juga terdengar jelas hujan yang sangat deras disana. "aku mengerti sekarang,"

"Apa yang kamu ngerti? Menyakiti perasaan seseorang? Mematahkan hati seseorang yang mencintai kamu? Membuat seseorang yang mencintai kamu, menangisimu, begitu?" Aku menggigit lidahku, menahan agar suara isakanku tidak terdengarnya.

"Maafkan aku. Aku mengerti, kamu kecewa. Aku mengerti, kamu sakit. Aku mengerti, aku telah mengkhianati cintamu yang telah kamu berikan dengan tulus. Dan aku juga mengerti, bahwa gak ada satu pun perempuan di muka bumi ini yang pantas merasakan sakit hati, terutama dari seseorang yang mereka cintai. Tapi sekarang aku sadar, aku hanyalah lelaki bodoh yang membutuhkanmu, Wilda,"

Aku gak kuat. Tangisanku pun meledak.

"Jangan menangis, Sayang. Kamu gak pantas buat menangisi lelaki bajingan seperti aku. Tapi boleh aku meminta sesuatu? Sekarang aku minta kamu buat melirik jendelamu,"

Aku pun langsung mengikuti perintahnya dan... He's standing out there under the rain and none of any reasons that I know.

Aku menutupi mulutku yang terbuka ini dan berlari ke bawah. Ku buka pintu rumahku dan dia menghampiriku. Dia memelukku dan begitu juga denganku.

"I'm sorry, I know you're so disappointed with me because everything you've seen, but I can make you sure, I never meant it, even I knew I did," Dia memegang kedua bahuku dan mengusap air mata yang turun dari mataku.

"I─I'm scared," Aku menatapnya lurus dan masih dengan air mata yang turun. Aku benar-benar gak tau dengan perasaanku saat ini. Semuanya bercampur aduk.

"Don't be scared because I ain't going no where. I will always be here, by your side. And here I am, asking you for one more chance. Can we start it all over again? Can we fall for one more time, Baby? Can we?"

"Aku─" Aku menunduk, menggelengkan kepalaku entah apa yang aku akan katakan.

"Please?"

Aku mendongak dan menatapnya lurus. "I love you, Louis."

"Me love you more," Louis langsung melumati bibirku perlahan. Dia menariknya dan memelukku kembali. "Aku janji, aku gak akan mengulangi masa-masa buruk itu lagi. Aku janji. I love you so much, Wilda. I do."

SMOKE [One Shots]Where stories live. Discover now