1. Perasaan

3.7K 195 466
                                    

S W E E T R E V E N G E

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

S W E E T
R E V E N G E

-Prequel-

☄☄

Gista berumur 18 tahun ketika ia pertama mendapatkan seorang teman di kursi sekolah menengahnya. Bertemu Ravi menjadi kunci utama yang membuatnya merasakan hal lain.

Bisakah itu disebut jatuh cinta pandangan pertama?

Sebagian orang mungkin tidak mempercayai jatuh cinta yang seperti itu. Tetapi, Gista Evaniera telah merasakannya saat Ravi mengumbar senyum pesonanya.

Ah, siapa yang melihat bola matanya? Ravi memiliki bola mata cokelat dan semua yang lihat pasti menyukainya.

Dia tipikal cowok baik untuk menjadi pacar.

Gista akhirnya dengan enggan mengakui bahwa ia telah naksir. Agar adil, naksir dengan cowok seperti Ravi tidak jadi masalah, kan?

Tahun ajaran terus bergulir, pertemanan Gista dan Ravi semakin memuncak dalam pendekatan. Sebelum Ravi menyadarinya, dia memiliki teman yang menginginkan lebih dari pertemanan.

"Hei, mau ke mana?"

Gista berhenti melangkah saat kedua tangan Ravi telah menghalangi jalannya. Hanya helaan napas yang bisa Gista lakukan. Ravi masih tersenyum dan berdiri di hadapannya, sangat manis.

"Mau ke kantin." jawab Gista.

"Aku temenin makan, ya?"

"Rav, emangnya kamu belum makan?" balas Gista.

Cowok itu menggeleng pelan sambil memegangi perutnya yang terdengar seperti keroncongan. "Kebetulan belum." jawab Ravi.

"Ya udah, kita makan bareng!"

Ravi menyengir sambil menggandeng tangan Gista. Yang Gista rasakan benar-benar tidak biasa. Sentuhan tangan Ravi membuat Gista mati kutu di dekatnya.

☄☄

Mereka sampai di tengah keramaian kantin. Gista agak canggung karena beberapa dari murid sudah memerhatikan mereka berdua. Seperti halnya pasangan ... mungkin?

"Kamu mau makan apa?" tanya Ravi, sekedar menawarkan tetapi Gista tidak tahu mau makan apa.

Gista memilah-milah makanan yang ada di meja kantin, tampak bingung karena Gista hanya biasa makan sandwich melalui bekalnya.

"Hmm ..." Gista bergumam.

Ravi masih memandangnya dan bertanya, "Kenapa? Kamu pasti bingung, ya?"

"Kamu, kan tau sendiri kalo aku cuma biasa bawa bekal sandwich ke sekolah," balas Gista.

"Nah, makannya itu, Ta! Kamu sekali-kali harus makan di kantin sekolah. Makanannya enak-enak kok."

Gista mengangguk kecil. Ravi mengambil menu makanan dan mencoret nama makanan yang dia inginkan. "Kamu mau pilih makanan apa, Rav?" tanya Gista.

"Mie ayam."

"Oh."

"Kamu mau juga?"

"Boleh kok."

"Yaudah, bentar gue pesenin dulu," Ravi beranjak dari duduknya dan kemudian Gista tersenyum manis.

Ketika Ravi memesan makanan, seseorang tiba-tiba saja mengambil posisi duduk di sebelah Gista. Dia tersenyum, lalu melipat kedua tangan di atas meja. Gista mengernyit heran di saat orang itu menatapnya dengan serius.

"Ta, gimana lo sama dia?" tanya Kesya.

Gista melihat sekitar, takut kalau Ravi tiba-tiba mendengar perbincangan mereka. Tidak tahu apakah Ravi merasakan hal yang sama dengannya, tetapi Gista sudah menyimpan semua perasaannya. Itu tidak mudah, dia memendam begitu lama.

"Begitu-gitu aja, Sya." jawab Gista.

"Nggak ada perkembangan, ya?"

Gelengan pelan Gista lakukan karena ia benar-benar tidak bisa mengungkapkan perasaan secepat itu. Mungkin nggak, sih kalau Ravi suka juga?

"Ta, gue kasih tau nih," Kesya menggeret kursi untuk lebih mendekati temannya itu. "Kayaknya sih, gue rasa tuh selama ini Ravi juga suka sama lo." katanya.

"Sya, itukan cuma perasaan lo aja. Perasaan gue sama lo beda!" balas Gista.

Kesya menyenggol lengan Gista dan membalasnya, "Tapi kalo perasaan lo sama dia hampir sama, kan?"

Gista tidak menjawab melainkan ia tersenyum malu-malu setiap kali Kesya menggodanya. Ini adalah fase di mana kalian merasakan jatuh cinta. Tidak serumit itu, tetapi jika kalian bisa merasakannya lebih jauh lagi akan ada fase dimana kalian siap untuk terluka.

"Perasaan dia siapa?"

Deg!

Gista terkesiap ketika Ravi tiba-tiba muncul dari belakang sambil membawa pesanannya. Kemudian Kesya menggeret kursi ke samping dan memberikan ruang agar Gista bisa mendekat ke Ravi.

"Eh, Ravi!" seru Kesya, tidak lupa menepuk pundak cowok itu sambil membantu meletakkan makanan di atas meja. "Pas banget gue kebetulan laper. Repot-repot banget sih, lo pesenin makanan buat kita berdua." lanjutnya.

"Buat siapa?" tanya Ravi. .

"Buat gue sama Gista, kan ini?"

"Enak aja lo!" Gista menyingkirkan tangan Kesya ketika mau merebut makanannya. "Ini makanan buat gue sama Ravi. Kita mau makan berdua dan mendingan lo pesen sendiri aja." bisiknya.

Kesya tahu apa yang temannya itu inginkan. "Iya deh, gue tau yang udah pengen banget ja-" Dengan cepat Gista telah membungkam mulut Kesya hingga Ravi agak kebingungan melihatnya.

"Apa?"

"Nggak papa kok." jawab Gista.

"Mmm ..." Kesya seperti kehabisan napas dan tidak lama dia menggigit tangan Gista agar dapat melepaskannya.

"Argh! Kesya!" pekik Gista.

"Gila! Tangan lo itu bisa menyebabkan gue kehabisan napas tau." balas Kesya.

"Biarin. Siapa suruh lo nyebelin?"

"Oh, jadi gue nyebelin?" Kesya menghela napas jengkel pada Gista lalu melanjutkan, "Awas aja lo kalo sampai datang ke gue buat curhat soal-"

Lagi-lagi Gista membungkam mulut Kesya, bahayanya jika Kesya mengatakan semua itu di depan Ravi. "Kesya, lo lebih baik diam." bisik Gista.

Sementara itu, Ravi hanya tertawa-tawa geli ketika melihat dua gadis di depannya itu bertingkah konyol. Memikirkan hal itu Gista langsung melepaskan tangannya dari mulut Kesya dan ia melihat Ravi yang masih memandangnya.

Gista tidak mau Ravi mendengarnya.

☄☄

Prequel Sweet Revenge akan menceritakan bagaimana Gista dan Ravi bisa bersama sampai terpisah.

Siapa yang mendukung tim Ravi dan Gista?

Siapa yang mendukung tim Ravi dan Gista?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prequel Sweet Revenge: High School SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang