Bagian 1

121 15 3
                                    

Suasana ramai akan terlihat jika kau memasuki kantin SMA Negri 35 Jakarta saat jam istirahat dimulai.

"Lo pesen apa Van? Gue pesenin sekalian."

"Pesenin gue juga ya." Jeje memberikan tatapan memohon kepada Maura yang tengah menatapnya sebal.

"Ya ya, cepet kalian mau pesen apa?"

"Gue nasi goreng pedes satu deh, sama es jeruk satu." Vanya menatap keadaan kantin yang selalu ramai seperti biasanya.

"Gue samain kayak Vanya ya sist."

"Udah itu doang-kan?"

"Iya itu aja deh, gue lagi diet ini." Jeje menarik kedalam kedua pipi gembulnya agar terlihat kurus.

"Diet makan nasi, jenius."

"Lo niat pesenin gak! Ngoceh mulu." Vanya menatap sebal kearah Maura yang hanya menyengir lucu.

"Iya iya ini berangkat Bunda Ratu."

"Lo tau-kan nenek sihir disekolah kita, masak kemarin dia apload foto di-instagram, pakek caption yang mengundang kontroversi disekolah kita."

"Emang dia pakek caption apa?"

"Gini makasih bebs surpraise-nya aku suka deh, btw jangan sampai lupa ya hari ini tanggal jadian kita. Love you bebs @revangs."

"Hah, muka sampah tu orang! Kemana sih rasa malu dia sebagai cewek." Vanya menggebrak meja yang berhasil membuat Jeje berjengit kaget dan mengusap dadanya.

"Lo sewotnya bisa b aja nggak? Gausah segala gebrak meja! Kan gue kaget."

"Siapa suruh lo kaget." Jeje membelakkan matanya mendengar perkataan absurd sahabatnya.

"Obat lo habis ha! Ah rese lo."

"Ih ngambekan dasar." Vanya tertawa melihat tingkah sahabatnya yang terkesan kekanakan.

"Tara pesanan para Ratu telah datang." Maura datang dengan membawa nampan berisi tiga menu yang sama.

"Lama lo oncom, perut gue udah gak bisa kompromi ini." Vanya segera mengambil piring berisi nasi goreng dan segera melahapnya.

"Yee, lo kok kampret sih gong! Namanya juga ngatre jelaslah lama."

"Ih kalian bacot deh, gue makan kan gak bisa tenang." Jeje dengan segala tingkah absrudnya, hey ini bukan restaurant jadi untuk apa dia menggunakan serbet makan dengan tissue yang diletakkan dipahanya.

"Pufttt, kebiasaan absurd lo masih tetap tertanam sampai sekarang je?"

"Ini cara makan yang elegan tau."

plak. Vanya menempeleng kepala Jeje yang dirasa mengalami kekonsletan akut. "Ih Vanya kenapa mukul gue." Jeje bersungut marah sambil mengusap kepalanya yang masih terasa sakit.

"Ini kantin sekolah bukan restaurant kalangan atas yaampun." Vanya menekankan kata kantin sekolah untuk menyadarkan jeje dari godaan syetan yang terkutuk.

Teetttt

"Ais sialan, udah bell aja. Gue masih laper dan ini belum habis kampret. Ini semua gara gara lo Ra." Vanya dan jeje menatap sedih kearah makanan mereka yang masih sisa setengah.

"Kok gue sih, ah besok lagi ogah gue mesenin kalian lagi." Maura melenggang pergi dengan sebal.

"Gara gara lo tuh Je, ngambekkan dia."

"Kok gue sih! Kan yang nyengak situ."

"Benarkah?"

"Lo kehabisan obat nih, iya bener stock obat lo udah abis."

"Lo yang Gila bukan gue." Vanya menjulurkan lidahnya lalu berlari pergi meninggalkan Jeje yang sudah bertanduk.

"Dugong! Sini lo, sialan. Gue bunuh lo." Jeje berlari mengejar Vanya yabg tengah berlari sambil tertawa.
_____________

"Van, lo udah liat postingannya becca?" Nauv melihat Revan yang tertidur dan menutup mata dengan lengannya.

"Udah."

"Terus tanggepan lo apa?" Nauv merasa heran, jika biasanya Revan akan mencak mencak tapi saat ini dia terlihat tenang atau jangan jangan itu bukan gossip tapi fakta.

"Buang jauh jauh semua fikiran buruk lo itu, gue cuma udah males aja ngaladeni tingkah mak lampir itu."

"Huftt, untung itu cuma hoax." Tanpa sadar nauv mengusap dadanya dan menghembuskan nafasnya lega.

"Kenapa, lo cemburu?"

"Mit amit jabang bayi yaallah, ngapain gue cemburu sama mak lampir kayak dia." Nauv mengetukkan kepalan tangannya kekepala dan meja sebanyak tiga kali.

"Terus." Revan menyingkirkan lengannya dan memandang Nauv dengan alis naik sebelah.

"Ya seenggaknya sahabat gue masih waras, buat gak pacaran sama mak lampir."

"Gue juga gasudi kali." Revan memutar bola matanya malas.

"Btw, nanti malam kita jadi balap montor kan?"

"He-em."

"Apa lo masih belum bisa lupain dia Van?" Nauv menatap khawatir dengan keadaan sahabatnya.

"Hah, gue juga pengen banget hapusin dia dari hati gue." Revan menatap sendu kearah langit biru diatas rooftop sekolah.

"Kalo kata quotes cewek, kalau lo mau move on, lo harus nemuin pengganti."

"Lo percaya sama yang kayak gitu." Revan tersenyum kecut. "Mencoba gak ada yang salah-kan?"

"Tapi siapa? Semua cewek disini kalau gue deketin pada jingkrak kesenengan semua. Gue gak suka sama respon yang kayak gitu."

"Kok lo tanya gue sih, biarin hati lo yang ngerasain sama siapa lo ngerasain kenyaman."

"Lo udah ganti marga ya, dari Nauv Angkasa jadi Nauv Teguh."

"Sialan lo,untung temen. Coba kalau bukan." Revan tersenyum miring mendengar perkataan nauv.

"Gak niat balik ke kelas Rev?" Nauv melirik Revan yang terbaring disampingnya dengan pandangan bertanya.

"Lah lo sendiri?"

"Gue masih pengen disini."

"Lo masih mencintai kakak perempuan lo sendiri?" Terkdang Revan merasa prihatin kepada sahabatnya yang mengalami kisah cinta terlarang.

"Huh, andai gue mampu ngilangin dia dari pandangan gue, mungkin gue bisa lupa sama prasaan gue sendiri." Nauv menerawang tingkah kakak-nya yang sukses membuat jantungnya berdebum tidak setabil, bahkan saat memikirkan dia saja jantungnya sudah berdetak tak karuan.

"Hmm maybe."

Dua remaja lelaki bersahabat, yang memiliki masalah sama yaitu Gagal move on. Seandainya mereka memiliki kuasa, ingin rasanya memilih untuk tidak mencintai.
_________

Aku ngerombak segala hal dari cerita ini, kecuali nama Revan-Vanya. Kenapa Al kok dirombak semua sampe ke alur-alurnya juga?
Karena  menurutku cerita yang sebelumnya terlalu absurd dan aku mengalami jalan buntu untuk next cerita itu. Maka dari itu aku mencari jalan keluar dengan memutar otak untuk membuat chapter 1 ini dengan alur yang berbeda.  Thanks for your attention guys. Happy reading!❤ and don't forget, give me stars please😘

REVANYA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang