Bantuin akun nekan bintang yes hehehe....
3284 kata aku tulis untuk kalian hari ini.
Happy Reading
Semoga kalian suka
Semoga chapter ini membekas di hati kalian, cintah
____________________
Sinar mentari yang semakin leluasa masuk dari celah jendelaku membuat tidurku terusik. Belum. Aku belum ingin bangun dari mimpi indah ini, Tuhan. Biarkan aku merasakan sentuhan Mondi sedetik lagi. Aku masih enggan mengakhiri semuanya saat ini. Aku masih ingin merasakan bagaimana Mondi menyentuh sisi kiri wajahku dengan begitu lembutnya. Dan aku masih belun rela, melepaskan rengkuhan tangannya yang besar. Senyum Mondi yang baru pertama aku lihat begitu menenangkan, aku menyukai ujung matanya yang berkerut ketika dia tersenyum. Menyukai bagaimana ia bertutur lembut denganku. Sungguh, jika ini mimpi aku rela tidak bangun untuk selamanya. Tidak bisa dipungkiri aku mulai mencintainya. Aku mulai berharap dia benar-benar bisa menerimaku.Sentuhan kecil di kepalaku membuatku harus benar-benar membuka mata dan mengakhiri semuanya. Tangan mungil itu mengelus rambutku yang sedikit berantakan. Sentuhan lembut yang sering aku rasakan di setiap pagiku setelah tinggal di rumah ini dan bertemu dengan Clara. Anak itu memang lemah lembut jika berhadapan denganku, seperti papanya. Seperti kak Boy yang selalu bertutur halus dan bersikap sopan.
"Selamat pagi, Bunda."
Betapa beruntungnya aku sebagai seorang wanita. Aku belum pernah merasakan bagaimana rasanya hamil, belum pernah merasakan bagaimana rasanya melahirkan. Tetapi, di dunia ini masih ada orang yang dengan tulusnya menyayangiku dan memanggilku Bunda. Aku memeluk Clara setelah menegakkan tubuhku, duduk di atas kasur membiarkan Clara mengumpulkan nyawanya di bahuku. Setelah, mungkin, dia bermimpi indah semalam. Kukecup keningnya, lalu beralih melipat selimut yang aku pakai semalam.
Tapi tunggu... Aku melihat seseorang di sofa sedang tertidur, dengkurannya terdangar pelan ketika aku dekati. Astaga, aku menepuk tiga kali wajah kantukku. Berharap ini memang kenyataan. Kenyataan bahwa sentuhan-sentuhan yang aku rasakan semalam bukan hanya mimpi, karena pagi ini, aku melihat Mondi terlelap di sofa. Wajahnya terlihat tenang, dia mendekap dadanya dengan kedua tangannya. Dan saat aku menyalakan lampu di dekat meja, matanya mengerjap menandakan tidur lelapnya terganggu. Aku kembali mematikan lampu di kamarku, membuka sedikit kordennya dan membiarkan cahaya matahari masuk leluasa. Aku tersenyum saat kembali melihat kening Mondi mengkerut. Sungguh dia sangat tampan dengan rambut berantakan seperti ini. Wajah Mondi seperti bayi, tenang, tanpa ada tatapan menakutkan. Seperti yang biasa dia perlihatkan jika bertemu denganku.
"Pasti dia bermimpi." Clara mendekati Mondi, dan menyentuh kening suamiku. "Tuh, kan. Pasti bermimpi bertemu dengan, Eun sung. Karena biasanya, si Kim Tan selalu memikirkan kekasihnya itu. Iya, kan, Bund?"
Aku benar-benar tidak paham apa yang dikatakan Clara barusan. Aku juga tidak mengenal nama yang disebutkan Clara. "Siapa mereka?" Tanyaku.
"Aduh... Bunda. Masak nggak tahu. Itu, yang ada di drama korea yang sering Ala tonton sama si mbok."
Aku memijat pelipisku, memberikan rasa nyaman di permukaannya setelah mendadak menegang. Anak sekecil ini sudah tahu drama korea yang rata-rata penuh dengan romansa? Aku langsung menarik tangan kecil Clara, sedikit menjahui Mondi.
"Kurasa dia tidak mirip dengan, Kim Tan. Dia tidak seperti orang korea." Bisikku. "Dia pemarah."
"Uhum, seperti Tan yang sering marah sama Eng sung, saat kekasihnya itu dekat dengan laki-laki lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HUSBAND√(Repost)
Romance[Cerita ini dikhusukan untuk Ramon Lovers 21++] Saat ia diharuskan menikah dengan laki-laki asing karena sebuah paksaan. Dan ketika dirinya harus menerima status isteri kedua. Membuat hari-hari Raya menjadi kelam. Ia harus rela berdampingan dengan...