Di chapter ini sampai end di chapter 28 nanti. Sudah masuk di pov author-nya ya...
Btw, mau ngucapin makasi buat kalian yang senantiasa meninggalkan jejak, comment/vote di setiap bab cerita ini. Untuk kalian, yang sudah menemaniku dari followersku cuma 10orang sampai sekarang ini. Kalian luar biasa dan menjadi readers kuat.
✓Kuat menunggu ceritaku update.
✓Kuat dengan segela jenis macam kehaluan yang kutulis di bagian endingnya😅
Hehehe... Lafyou guys...
Kiss jauh dari Bali😘
Happy Reading
•••
Author point of view....
Sejenak, Mondi membuang napas kasar setelah merebahkan kembali kepalanya di jok penumpang mobilnya.
Ini benar-benar memuakkan baginya. Terjebak macet di keadaan yang tidak semestinya. Pikirannya kacau, ia selalu memikirkan apa yang dilakukan Raya bersama Boy di rumah. Sejak mengetahui Raya kembali ke Jakarta bersama Boy dari mamanya. Sudah tak terhitung berapa kali ia mengumpat kasar lelaki itu. Bahkan, kejadian ini membuatnya langsung bertolak dari Surabaya ke Jakarta secepat kilat. Mengambil penerbangan pertama pagi-pagi buta. Meninggalkan rapat penting yang seharusnya ia hadiri nanti malam.
Masalah dimarahi papanya--- ia memutuskan untuk memikirkannya nanti saja. Yang terpenting sekarang adalah Raya.
"Tidak ada jalan lain selain jalan sialan ini?" tanya Mondi pada sopir pribadi yang menjemputnya di bandara.
"Maaf, den. Tidak ada."
"Lain kali kalau menjemput saya itu lebih pagi. Jangan se-siang ini. Kacau balau semua!"
Lelaki paruh baya itu hanya mengangguk dan kembali menatap ke depan. Yang ia tahu. Ia sudah menunggu bosnya ini satu jam lamanya di bandara. Bahkan, sebelum pesawat yang ditumpangi Mondi mendarat di Jakarta ia sudah menunggunya. Lelaki ini memang berbeda dengan Boy yang penyabar. Mondi lebih sering marah dan membentaknya.
Pikiran Mondi semakin kacau karena hujan tiba-tiba turun. Kepalanya mendadak pusing karena memikirkan hal yang tidak-tidak telah terjadi di rumah. Apalagi ia tahu kedua orangtuanya pada jam segini tidak ada di rumah. Mereka sibuk bekerja di luar.
"Tidak..." Geraman Mondi membuat Reva mengerutkan kening.
Mondi menggeleng, menepis pikiran buruknya. "Aku tidak bisa di sini terus. Reva, kamu tetap di sini. Aku akan pulang, berjalan kaki. Apa pun itu. Aku harus buru- buru sampai di rumah."
"Tapi, den---"
"Kamu mau mengatur hidup saya? Ya, terserah saya dong mau turun di mana. Jaga Reva dan pastikan dia tetap aman, kalau kamu masih mau bekerja dengan saya. Paham kamu?"
Sekali lagi, lelaki paruh baya itu mengangguk. Membiarkan Mondi keluar setelah memarahinya.
Berbekal sebuah ponsel Mondi berlari. Menembus jalanan yang macet akan kendaraan dan basah karena air hujan. Sedangkan Reva, wanita itu masih memandangi punggung suaminya yang semakin mengecil dan akhirnya hilang di tengah kemacetan. Berulang kali ia menghubungi papanya tapi tidak ada jawaban. Raya harus dilenyapkan dari hari dan pikiran Mondi detik ini juga, jika itu bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR HUSBAND√(Repost)
Romance[Cerita ini dikhusukan untuk Ramon Lovers 21++] Saat ia diharuskan menikah dengan laki-laki asing karena sebuah paksaan. Dan ketika dirinya harus menerima status isteri kedua. Membuat hari-hari Raya menjadi kelam. Ia harus rela berdampingan dengan...