KAMU DAN CINTA '3' (OUR HUSBAND CHAPTER 18)

21.1K 2.1K 184
                                    


Klick mulmed ya..


Setidaknya, malam ini aku sudah berusaha tidak membuat kalian menunggu lama dan menahan kerinduan....

🌺Happy Reading🌺


Kalian pernah merasakan, bagaimana rasanya dipermainkan?

Atau, mungkin, kalian pernah merasakan; bagaimana rasanya tak didengarkan sama sekali, sekalipun yang kalian katakan itu sebuah kebenaran.

Tak berteman, sepi tanpa seseorang di samping kalian untuk menenangkan ketika air mata kalian tak dapat terbendung lagi.

Setidaknya, itu yang kulihat terjadi pada Mondi semalam, setelah datang dari pesta itu. Mondi ribut dengan seorang lelaki paruh baya. Entah karena apa, tapi yang jelas lelaki itu menampar Mondi sebelum pergi. Menamparnya setelah ribut di tengah keramaian.

Satu hal yang kutakutkan, semua itu terjadi karena Mondi ikut membawaku ke pesta semalam. Dia menggenggam tanganku bahkan setelah keluar dari mobil yang mengantar kami. Aku tahu, di sana ada banyak mata yang memperhatikanku. Aku tahu, ada banyak lensa kamera yang mengabadikan kebersamaan kami dan--- di sana untuk pertama kalinya aku melihat Reva bisa berdiri di depan banyak orang. Walau dia masih setia dengan nada mengada-adanya. Saat berbicara, dia masih terbata-bata. Aku benci ketika Reva menatapku dan Mondi sendu seperti itu di tengah keramaian. Terlihat seperti terluka dan tidak pernah melukai Mondi sebelumnya.

Dan setelah sampai di vila, aku baru tahu bahwa lelaki yang menampar Mondi itu adalah papa Reva, papa mertuanya, Surya Adi Nata. Aku tahu, dia sangat berpengaruh dalam semua keputusan yang Mondi buat selama ini. Entah kenapa, aku merasa, Mondi menyimpan ketakutan saat ada di dekatnya.

Satu hal lagi yang ada dipikiranku; kenapa Mondi begitu takut dan sulit melepas Reva? Apa yang sebenarnya dia rencanakan setelah ini? Dan semalam, aku mendengar Mondi menghubungi papa mertuaku untuk membicarakan sesuatu.

Apa yang sebenarnya akan terjadi?

"Tidak akan terjadi apa-apa." Suara Mondi disambut deburan ombak di depanku. Aku duduk di atas pasir dengan Mondi berbaring di pangkuanku. Sejak tadi aku sibuk memikirkan hal apa yang akan terjadi setelah aku kembali nanti. Sedangkan Mondi, dia sedari tadi memejamkan mata tanpa suara. Sudah dua jam lamanya kami berada di sini dan saling mendiamkan. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Maksudmu?" tanyaku.

"Aku tahu, kamu dari tadi memikirkan keributan semalam. Jangan takut, dia tidak akan bisa menyentuhmu." Mondi membuka matanya kemudian tersenyum, sesaat sebelum mata indah itu kembali terpejam.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu tidak menginjinkan aku terlibat dalam pembicaraan kalian semalam? Kenapa kamu---"

"Aku takut kamu terluka mendengarnya," jawab Mondi. Dia kemudian bangun dan duduk di sampingku. Matahari semakin turun ke peraduan, kulihat. Membuat suasan semakin terasa menyedihkan. Bahkan nyaris tak berpenghuni saat kami kembali saling diam dengan tatapan yang sulit ditebak.

"Mendengar apa?"

"Sebuah penghinaan."

"Lalu kenapa kamu ditampar?" tanyaku, dan hal itu membuat Mondi menarik napas dan membuangnya kasar.

OUR HUSBAND√(Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang