Gone

1.5K 174 3
                                    

Disclaimer:

Boboiboy selalu punya monsta

Warnings:

Masih sama seperti sebelumnya.

Happy reading.. :)

-------

"Apa yang kalian lakukan??!!!!"

Suara pintu yang didobrak dan teriakan yang menyusul setelahnya membuat Ice tersentak. Untuk sesaat ia merasa kehilangan kendali atas dirinya sebelum suara itu berhasil menyadarkannya dari rasa takut. Tubuhnya masih bergetar dan tanpa sadar si bungsu dari keluarga Boboiboy itu melangkah mundur bersamaan dengan mendekatnya orang tak dikenal itu ke arah kedua kakaknya.

"Siapa kau?!", Blaze berseru tidak terima. Matanya menatap garang ke arah pria itu. Ia tidak suka kegiatannya diganggu. Dan ia lebih tidak suka jika ada orang yang mau membela Halilintar di depan matanya.

Namun tak ada jawaban. Pria itu memilih untuk mengabaikan keberadaan siapapun di ruangan itu dan mendekati Halilintar yang masih meringkuk memeluk tubuhnya. Sepertinya ia tidak menyadari apa yang telah terjadi di sekelilingnya.

'Atau ia terlalu takut untuk menyadarinya' batin Rei miris. 

Matsuoka Rei berlutut di hadapan Halilintar kemudian memeluknya. Ia dapat merasakan tubuh dalam dekapannya menegang selama beberapa saat sebelum kemudian berontak berusaha melepaskan diri.

"Jun, kau dengar aku?", ia berusaha memanggil. Namun sia-sia, karena Halilintar terus berontak dalam pelukannya. Ia tampak begitu ketakutan, seolah-olah semua orang di dunia ia hanya akan menyakitinya, merusaknya, menghancurkannya. Dan pemandangan itu membuat Rei menggigit bibir bawahnya seraya mempererat pelukannya. Berusaha menyampaikan perasaannya. Berusaha memberitahu bahwa ia tidak akan melukainya seperti yang selama ini dilakukan dunia padanya. Ia harap Halilintar bisa mengerti dan merasakannya. Namun satu hal yang Rei tidak ketahui, justru hal yang paling ditakuti remaja itu adalah kasih sayang.

"Jun? Jun, kau mendengarku?" Rei berusaha membisikkan kata-kata itu ke telinga Halilintar. Mencoba untuk menarik kembali kesadarannya. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Tubuh itu perlahan berhenti bergerak, nafasnya tersengal dan ia mulai kehilangan kekuatannya.

  "A...ku... i..ngin....hi..dup..." 

adalah apa yang terucap dari bibir pucat itu sebelum kedua matanya tertutup dan kegelapan mengambil alihnya.

"Jun? Jun!! Bangun.. Buka matamu..."

Nihil. Tubuh itu sama sekali tidak merespon. Dan hal itu membuat Rei justru semakin panik. Di tengah kepanikannya ia mengambil ponselnya, mengetikkan beberapa nomor dan mendekatkan benda persegi itu ke telinganya.

"Jun kambuh. Aku akan ke rumah sakit sekarang. Cepatlah menyusul bersama Yuto."

Rei langsung mematikan ponselnya lalu menggendong Halilintar bridal-style. Ia tidak punya banyak waktu. Ia takut hal yang sama akan terulang kembali. Sungguh, ia tidak sanggup juka harus melihat Halilintar berada di kondisi menyedihkan itu. Dan ia yakin, baik Yuto maupun Iori tidak akan ingin merasakan hal yang sama.

Sebelum ia berjalan ke luar ruangan, Rei menyempatkan diri untuk menatap ketiga pemuda yang menjadi penyebab kambuhnya Halilintar seperti sekarang. Sungguh, ia ingin sekali marah pada mereka, membentak mereka, memberi mereka pelajaran dan menjauhkan mereka dari Jun kecilnya. Namun ia tau, ia tidak bisa melakukan hal itu sesukanya, sebab walau bagaimana pun mereka masih memiliki hubungan darah dengan Halilintar. Meski sepertinya tidak ada di antara mereka yang mengetahui hal itu.

TegamiWhere stories live. Discover now